Thursday, February 5, 2015

Not His Story: Ugh! The day-off is almost over!

Sebagian besar pelajar atau mahasiswa rasanya begitu menanti yang namanya liburan. Bahkan para pekerja-pun gak bisa lepas dari liburan. Lucunya, sejak kecil, sekolah adalah salah satu yang gue rindukan..BUKAN RINDU BELAJAR tapi lebih kepada kangen sama temen-temen yang biasa ditemui pada masa-masa sekolah. Yaaa tapi tetep aja ketika liburan mulai mendekati akhir, rasanya gak mau masuk ke masa tersebut dan kembali ke rutinitas lagi: kuliah, nugas, nongkrong, dan kurang tidur.

Gue merasa bersyukur bahwa liburan kali ini gak begitu banyak dihabiskan cuma dengan tidur. Mengingat liburan semester ini bisa dibilang liburan terakhir yang bisa bener-bener liburan (karena liburan semester depan bakalan ada penelitian buat salah satu mata kuliah yang penting di jurusan gue, dan liburan semester depannya lagi ada kemungkinan untuk mulai disibukkan oleh skripsi), jadi gue sangat sangat bersyukur dengan kesempatan berjalan-jalan dalam bentuk apapun itu. Di pertengahan Januari, gue Alhamdulillah bisa pergi ke negara lain..itung-itung menuhin passport sekaligus beribadah. Kemudian di awal Februari ini, berkesempatan buat main ke Doraemon Secret Gadget Expo di wilayah utara Jakarta dan menambah koleksi foto di laptop.

1. Trip to Saudi Arabia
Umroh...suatu kegiatan yang sebetulnya sering luput dari wishlist gue selama dunia perkuliahan. Kenapa? karena sebetulnya ada keinginan ketika bisa menghasilkan uang bulanan sendiri, gue bisa memberangkatkan orang tua gue ke Mekkah untuk beribadah (+jalan-jalan pastinya). Tapi rupanya ada rezeki berlebih yang dikasih ke orang tua gue sehingga pergi Umroh bisa dilaksanakan lebih awal. Sebetulnya gue deg-degan banget sama kegiatan ibadah yang satu ini, secara banyak cerita dari orang-orang lain mengenai Umroh yang bikin gue ngeri sendiri. Penting untuk jaga sikap, jaga omongan, jaga fikrian, dan jaga hati, katanya. Tapi yang sebetulnya bikin gue deg-degan adalah selama perjalanan Jakarta-Jeddah dan ketika pulang dari Madinah-Jakarta yang memakan hampir seharian penuh di pesawat. Kenapa? Agak parno setelah kejadian Air Asia di akhir Desember kemarin plus mengingat nyokab gue pernah mengalami turbulence yang cukup parah sampai harus transit di Singapore ketika pulang dari Dubai (saat Umroh) ke Jakarta tahun 2013 yang lalu. Saking parnonya, gue sampe berencana bawa kaca mata renang di tas dan bawa sarung hp anti air.....oke memang itu berlebihan...

Perjalanan 9 hari di Saudi Arabia itu mendorong gue untuk bisa menjaga kedua orang tua gue. No wonder gue berhasil menaikkan berat badan dari 81 jadi 83 karena terus menerus makan di sana supaya gak gampang sakit, berhubung di Mekkah anginnya kenceng banget dengan suhu 19-20 derajat Celcius dan di Madinah bisa menyentuh angka 9 derajat celcius....suhu yang sama sekali gak familiar buat gue maupun kedua orang tua gue. Alhamdulillah sampai hari terakhir, kondisi fisik gak drop...asma gak kambuh dan bisa nemenin nyokab ke Raudah setelah selama dua tahun mengidam-idamkan masuk ke kawasan itu, bisa bantu bimbing nyokab dan bokap tawaf wada' jam 3 pagi karena memang ga ada bimbingan dari pihak travel-nya. Secara garis besar, gue menyebut umroh yang gue jalani kemarin sebagai proses mendewasakan diri sendiri: belajar gak egois, belajar nahan amarah, belajar sabar, belajar menyusun strategi, dan belajar untuk memasrahkan diri.

Hidup gak jauh-jauh dari yang namanya penyesalan, kan? Setidaknya ada 3 penyesalan yang gue rasakan: Keputusan gue untuk gak bawa instax ke Arab, gak bawa sweater yang tebal, gak banyak ibadah di masjid Nabawi dengan alasan jagain bokap yang lagi sakit. Instax yang pada awalnya ada di list bawaan gue untuk umroh gue rasa gak begitu butuh. Penyesalan muncul ketika gue berkunjung ke Jabal Rahmah dan disana gue liat ada orang-orang yang jadi fotografer dengan pake instax 210 (wide) dan mematok harga 10 SR (sekitar 40.000IDR) sekali foto...MAHAL BOK!! Pengen banget punya foto instant gitu, secara itu salah satu kecanduan gue dari dulu. Nyesel fix! Penyesalan kedua itu yaaaa muncul karena gue gak ngecek suhu di Arab dengan seksama...padahal kalau bawa sweater itu..pasti anget banget :"). Penyesalan terakhir baru berasa di Jakarta sebetulnya. Gue mengunjungi Masjid Nabawi hanya sekali, padahal kunjungan ke Madinah itu sekitar 3-4 hari. Kunjungan itu gue lakukan sambil nemenin nyokab yang memang mau ke Raudah..Alhamdulillah sih bisa dapet sholat Duha, Zuhur, dan Ashar..cuma nyesel aja gak bisa ngerasain i'tikaf dan mengobservasi kehidupan di sekitar sana lebih sering.

My favorite view, ever!
Kata orang, di Tanah Haram kita bakalah 'dibayar tunai' atas doa, fikiran, keinginan, dan perbuatan. Gue merasakan itu meskipun gak se-wow beberapa cerita yang pernah gue denger sendiri. Sebelum berangkat umroh, gue sebetulnya gak punya permintaan spesifik, tapi pada hari H keberangkatan, hal-hal yang gue sukai terwujud, misalnya gue suka banget kalau di bus atau pesawat duduk di dekat kaca dan Alhamdulillah ketika perjalanan Jakarta-Dubai dan Dubai-Jeddah, gue selalu dimudahkan untuk bisa duduk di dekat kaca dan melihat kekuasaan Tuhan di langit. Selain soal duduk dekat jendela, gue memang suka kondisi suatu kota di malam hari karena banyak lampu-lampu dari gedung-gedung yang ada...eeeh Tuhan langsung mengabulkannya dengan memberi kesempatan gue sekeluarga (dan rombongan) untuk menjalankan Tawaf wajib pada jam 3 pagi, dimana Zam-zam Tower dihiasi oleh lampu-lampu yang sesuai dengan kesukaan gue. Meskipun ternyata Tawaf pertama itu dipenuhi dengan beberapa kesalahan yang gue sendiri gak menyadari HAHAHA, tapi jadi menambah ilmu soal ibadah :D

Satu hal yang membuat gue merasa kurang khusyuk: proyek perluasan kawasan Masjidil Haram yang tiada henti


Jabbal Rahmah, tempat bertemu kembali Adam dan Hawa. FYI, katanya monumen yang tinggi itu hanya setinggi kaki Nabi Adam...wew
Kawasan Masjid Nabawi. Meskipun dingin, tetap jatuh cinta dengan langit tanpa awan diatas <3
Tadi gue sempet menyinggung soal bertambahnya berat badan. Nah makanan bisa dibilang jadi my weekly obsession selama di Mekkah dan Madinah, terutama es krim. Meskipun udara dingin, es-krim gak pernah gagal menghangatkan diri gue selama di sana #tsaaah. Selain es krim, gue jatuh cinta sama just buah yang dijual di dalam zam-zam tower. Agak lebih pricey sih..tapi menurut gue mix juice-nya itu gak terlalu manis dan seger banget karena ada buah-buahannya gitu.
The best ice cream in my WHOLE life! 3SR, lokasinya di dekat hotel Saraya Ajyad, must try the mix ice cream!

Another tasty ice cream in Mecca!

Ice cream truck in Jabal Rahmah

Sedikit cerita selama wisata kuliner di Mekkah. please pay attention to the size karena ada beberapa makanan yang kita kira cukup buat satu orang ternyata bisa dihabiskan buat 3 orang. Jadi di hari terakhir sebelum berangkat ke Madinah, gue dan nyokab-bokap iseng-iseng mau cari kebab, akhirnya kita jalan ke sekitaran jalan Ajyad dan menemukan sebuah kios di tengah-tengah taman yang menjual berbagai makanan, seperti kebab, hot dog, dan kawan-kawan. Nah! Gue sebetulnya agak kaget melihat harga kebab yang sampe 15SR satu porsinya, tapi karena penasaran yaaa jadinya beli dan karena kita bertiga, akhirnya beli 3 kebab. RUPANYA kebabnya itu beda sama kebab yang ada di tataran kognisi (halah) kita bertiga...jadi sebetulnya satu kebab di kios itu bisa untuk bertiga. Kenapa? karena rupanya kebabnya itu model-model DIY gitu...jadi dalam satu kotak ada beberapa potongan daging seukuran dua jari manusia gitu ditambah kentang goreng. Kemudian akan dikasih roti yang buat wrapping-nya gitu plus mayonnaise dan saus tomat. Satu porsi itu aja bisa buat makan bertiga dan berkali-kali...alhasil kita makan 2 porsi dan satu porsi lainnya buat keluarga dari Bokap yang memang barengan kita umrohnya.

The menus on that kiosk

Percayalah, ini satu porsi
Soal size tetap harus jadi perhatian di Madinah berhubung memang food container-nya berukuran sama dengan yang di Mekkah. Favorite gue adalah nasi briyani (12SR udah dengan ayam didalam nasinya) yang dijual di sebuah counter makanan dengan Masjid Nabawi (dekat gate 11 kalau gak salah). Pedesnya pas dan  benar-benar berhasil menghangatkan tubuh! Samosa-nya (1SR each) juga mantap banget!!

Makannya komunal aja :p
Masih gak jauh-jauh soal makanan, hidangan yang di sajikan maskapai Emirates selama perjalanan pulang-pergi juga gak kalah seru! Sayangnya ketika perjalanan pulang (Madinah-Dubai), gue gak begitu menikmati sarapan karena kondisi fisik yang mulai melemah karena demam (iya..demam dan naik pesawat 10 jam..bayangin aja deh). Salah satu kesukaan gue adalah dessert yang disajikan pas makan siang di perjalanan Dubai-Jakarta...gingerbread dengan saus jeruk gitu dan cream...maknyus banget!!

Kalau kata bokap gue, perjalanan umroh kemarin itu sama aja kayak wisata kuliner-nya nana :p

2. Enjoying the wave to Doraemon's Pocket
AKHIRNYA keinginan tante gue buat berkunjung ke pameran Doraemon terwujud juga. Tante gue beberapa waktu lalu sempet mention di instagram soal pameran tersebut, bikin pengen memang berhubung museum Doraemon itu jauh di Jepang dan mahal akomodasinya, jadi kehadiran pameran ini cukup membantu. Lokasi pameran adalah di Ancol Beach City Mall, dimana lagi kalau bukan di kawasan Ancol....which is jauh dari rumah. Nah, kebetulan sepupu gue, Dyah emang ngajakin untuk mencoba (kind of) waterpark baru yang ada di Pondok Indah, dan kemudian tante gue ngajakin setelah berenang untuk ke pameran Doraemon itu. Jawaban keponakan-keponakannya? HAYUK!

Sedikit review kali yaa untuk The Wave, waterpark yang ada di kawasan Pondok Indah. Biaya masuk ketika weekdays adalah Rp 100.000 yang gue nilai agak mahal. Dengan biaya segitu kita bisa menikmati semua wahana dan gak perlu lagi bayar untuk peminjaman loker, gak seperti Waterbom Pantai Indah Kapuk. Pas dateng kesana, kolam sebesar itu berasa miliki bertiga (yang kebetulan ikut berenang hanya gue, Dyah, dan sepupu gue lainnya bernama Odi). Wahana pertama yang kita coba adalah kolam arus. Plus side dari kolam arus ini adalah arusnya berasa banget! Beberapa kolam arus yang pernah gue jajaki rasanya gak pernah seasik itu arusnya. Sisi negatifnya? ban yang digunakan punya diameter yang kecil! Gue sendiri mengalami kesulitan buat memanfaatkannya...gak plus-size-visitor friendly lah dan satu hal lagi adalah kolam arus yang kecil. Puas keliling-keliling di kolam arus, kita bertiga nyobain slide-nya yang terbuka (ada juga slide yang tertutup tapi kita bertiga gak suka karena alasan khawatir sesak nafas dan alasan khusus dari gue adalah takut nyangkut). Masalah gue di slide ini selain ukuran ban adalah ukuran slide-nya itu sendiri. Jujur aja, gue selama nyobain slide tersebut ngerasa takut kebanting dan keluar track...secara semakin besar beban jadi semakin kenceng...dan iya itu kenceng banget! Setelah dagdigdugduer main sendiri, gue nyoba bareng dyah dengan ban yang emang khusus berdua. Kemudian ketika mau memulai perjalanan, si mas-mas penjaga slide-nya bilang bahwa kita harus pegangan yang kuat karena khawatir kita bakalan kebalik (posisi ban di atas kita, instead of dibawah kita)...MAMPUS LAH! Tapi karena penasaran yaa kita coba aja dan emang bener di tengah perjalanan, kita memang hampir kebalik di slide dan alhasil berhasil kebalik ketika sampai di ujung slide. Sebagai plus-size-visitor, gak recommend buat yang bertubuh besar kecuali nekat.


Favorite gue di The Wave ya kolam ombaknya itu sendiri. Ombaknya mantap dan gak nanggung-nanggung, bener-bener berasa di pantai! Lucunya, setelah kita bertiga menikmati ombak itu selama sekitar 10-15 menit, wahana tersebut gak dinyalain lagi sampai kita bertiga pulang...kasian sama yang baru dateng :p Well, overall gue kasih nilai The Wave 5.5/10

Setelah bermain di The Wave, kita bertiga dijemput sama tante gue dan pacarnya Odi untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Ancol Beach City (ABC) Mall. Mall-nya sendiri terletak dekat Jimbaran Lounge dan dihiasi pasir putih. Bisa dibilang, ada sedikit bagian dari Bali yang pindah ke utara Jakarta. Sayangnya, pemandangan laut terutup sama masih maraknya kegiatan reklamasi...huff reklamasi aja terus deh mas mbak developer, tapi tanggung jawab kalau banjir rob ya. Sampai di ABC Mall, kita beli tiket dulu..kalau gak salah harganya Rp 65.000 untuk dewasa dan dilanjutkan dengan makan siang. Lokasi tempat makan siang kita punya akses ke pantainya jadi gak boleh lupa foto-foto pastinya!

Di exhibitionnya sendiri, gue cukup terhibur dengan banyaknya patung-patung doraemon dan lokasi buat foto-foto.
Story behind the blue cat robot




Bahkan di pameran ini tersedia photoboothnya loh! Salah satu yang gue suka adalah laci meja belajarnya Nobita.
#OOTD: H&M Mint Long Sweater, Unbranded Shirt, Unbranded Grey Legging, Pink Sandals from Payless, and F21 necklace

Serupa: Yang satu berbadan besar, yang satu berbadan kecil dan keduanya adalah partner in crime. pas!
favorite spot!
My review for this exhibition?

Buat pecinta doraemon, lumayan sih ke exhibition ini sambil nyicil nabung buat ke Jepang dan main ke museum-nya Doraemon. Dengan harga Rp 65.000 yang bisa dikategorikan agak pricey mengingat lokasi pameran yang jauh dari rumah, bisa menghibur dan nambah cerita selama liburan. Yang gue suka dari pameran ini adalah pelaksana pay attention to detail banget sama benda-benda yang ada disini. Menurut gue sih photobooth-nya bisa diperbanyak. Oh ya! Di photobooth ada juru foto-nya yang nantinya foto itu bisa dicetak dengan harga Rp 80.000, mahal memang tapi menurut gue frame yang terbuat dari kartonnya itu lucu. Kalau emang maniak sama doraemon, pastikan bawa uang lebih nih buat belanja pernak pernik doraemon (sayangnya bener-bener hanya berisi doraemon dan gadget-nya aja). Gue kasih nilai exhibition ini 7/10. 

time for WEEKLY OBSESSION!
 Tteokbokki!
Belakangan lagi pengen banget snack korea ini. Di instagram memang ada yang jual paket tteokbokki dan rappoki (tteokbokki+ramen) tapi rasanya kok mahal gitu. Kecintaan gue sama makanan korea ini berawal dari perjalanan ke Bandung saat kegiatan turun lapangan untuk tugas mata kuliah, salah satu temen gue yang emang suka banget sama Korea sengaja bikinin kita rapokki dan rasanya...BIKIN NAGIH! Akhirnya gue iseng-iseng nyari di google tentang tempat di Jakarta yang jual makanan ini. Alhamdulillah bisa nemuin Tteokbokki di Lotte Mart Ratu Plaza. Harganya Rp 27.000 satu porsi, dan itu menurut gue dikit. Plus side-nya yaaa rasanya sesuai yang gue mau: pedas! Karena merasa kurang, akhirnya gue yang instant dengan harga yang lebih gokil...Rp 33.500 di Lotte Mart. Bentuknya seperti pop mie gitu...tapi tanpa mie. Pagi ini gue bereksperimen dengan bikin rapokki sendiri menggunakan mie indomie (tanpa bumbunya) dan bakso sebagai pelengkap. Kekurangannya adalah air sehingga bumbunya gak banyak gitu dan rasanya cenderung tawar-pedas.