Friday, April 24, 2015

Not His Story: Ojek and Taxi in One Touch!

Kemudahan teknologi makin menyentuk unsur-unsur terdekat dengan kehidupan manusia, termasuk dalam urusan transportasi. Sekitar 5 tahun terakhir, penggunaan internet untuk memesan transportasi didominasi oleh transportasi udara dan sejumlah mode transportasi yang bisa membawa kita ke lokasi yang terbilang jauh. Tapi belakangan ini, sejumlah applikasi yang dapat diakses melalui smartphone untuk memesan kendaraan atau mengecek jadwal perjalanan semakin banyak sehingga mempermudah para penggunanya. 

Hari ini, saya iseng-iseng mencoba dua aplikasi untuk memesan transportasi umum yaitu ojek dan taksi. Tujuannya sih karena saya memiliki kebutuhan untuk pergi ke suatu tempat tetapi tidak ada kendaraan pribadi yang bisa digunakan. Biasanya, saya mengandalkan telefon untuk booking taksi jika harus pergi ke lokasi yang akses transportasi umum-nya (angkot, bus, maupun kereta) terbilang cukup tricky. Bermodalkan sejumlah review pengguna applikasi transportasi terkait, saya menjajaki applikasi tersebut.

1. Bluebird Application
Si taksi biru ini sudah jadi langganan sejak lama dan saya menaruh kepercayaan pada brand ini untuk mengantarkan saya ke lokasi yang dituju. Biasanya, untuk bisa mendapatkan taksi biru ini saya memanfaatkan call center mereka atau mencari taksi yang memang sedang lewat (dan sedang kosong). Tetapi saya akui, menghubungi call center butuh upaya tersendiri terutama di jam-jam padat (berangkat dan pulang kantor) karena seringkali tidak ada tanggapan atau tidak ada pengemudi yang memberikan respon atas order. Dulu applikasi ini sempat saya download di Blackberry namun sering mengalami kegagalan, jadi saya pasrahkan saja. Jujur, saya seringkali pesimis dengan applikasi dari perusahaan Indonesia karena punya stereotype bahwa applikasi macam itu kurang canggih atau kurang ter-maintain. Tetapi pandangan itu dipecahkan hari ini!

Ceritanya saya ingin datang lebih awal ke lokasi tujuan (Jl. Kebayoran Lama Raya) karena ada wawancara program magang yang harus saya datangi tetapi saya belum dapat bayangan bagaimana perjalanan ke sana, apakah macet atau ada pengalihan jalan, dan sebagainya. Jadi saya melakukan order via applikasi di iPhone saya. Registrasi juga terbilang mudah, karena hanya perlu data diri seperti nama, nomor hp, dan email untuk kemudian memasukkan kode verifikasi yang dikirim via e-mail. Setelah itu, kita bisa menyimpan sejumlah alamat untuk lokasi pemesanan taksi. Saran saya, ada baiknya menggunakan wifi dalam menentukan lokasi penjemputan, karena biasanya lokasi akan lebih tepat. Pastikan GPS handphone dalam keadaan aktif sehingga bisa membantu mendeteksi lokasi pengguna. 

Setelah menentukan lokasi, kita bisa juga menentukan waktu penjemputan. Kebetulan saya memesan pada pukul 10.30 untuk penjemputan jam 13.50 dan setelah pemesanan, status saya in queue alias dalam proses. Baru sekitar jam 12.15 saya mendapat notifikasi tentang kode pemesanan, nomor taksi, dan nama supir taksi yang akan menjemput saja. Menarik! Dan seperti biasa, taksi biru ini selalu datang lebih awal, jadi yaaa si bapak supir terpaksa menunggu saya dandan terlebih dahulu hehehe.

Oh ya, dari hasil tanya-tanya dengan bapak supir, rupanya dia baru tahu kalau ada applikasi untuk smartphone tersebut. Ia juga menyarankan, lebih baik menggunakan applikasi atau men-stop taksi ketimbang menghubungi call center

Secara garis besar, applikasi untuk taksi ini boleh juga. Karena setelah baca beberapa review tentang sejumlah applikasi untuk order taksi, si biru ini rupanya tidak bekerja sama secara resmi dengan applikasi seperti Grab Taxi. Kalau ada taksi biru ini di grab taxi, itu berarti si supir-nya yang 'nakal'. Meskipun yaaaa kan mencari rezeki...

Saya beri 4 out of 5 untuk applikasi dan jasa taksi tersebut.

2. Go-Jek
Ceritanya, kemarin ada dua orang teman di Path yang share foto terkait dengan memanfaatkan go-jek. Yang pertama memanfaatkan fasilitas ojek ini untuk mengambil barang, sedangkan teman saya yang lain memanfaatkannya untuk membeli makanan. Karena penasaran, saya coba download applikasi Go-Jek di smartphone saya. Tahap registrasi juga mudah banget! Hanya butuh nama, nomor hp, e-mail, dan password yang akan saya gunakan. Setelah itu, kita sudah bisa login dengan e-mail dan password yang kita pilih. Nah, kemudian kita ditawarkan 4 jasa: kurir, transportasi, go-food, dan shopping. Untuk kali ini, saya mencoba jasa transportasi dari Kebayoran Lama Raya ke Jl. Sungai Sambas.

Uji coba saya untuk go-jek sebetulnya karena saya gak berhasil menemukan taksi ditambah agak malas untuk berjalan mencari, hehe. Jadi saya rasa itu waktu yang tepat untuk mencoba jasa tersebut. 

Untuk jasa transportasi, saya cukup menentukan lokasi penjemputan dan lokasi tujuan. Karena bekerja sama dengan google map, saya lebih merasa nyaman karena untuk wilayah Jakarta sendiri, google map sudah bisa diandalkan. Untuk mempermudah, dalam penentuan lokasi penjemputan, applikasi go-jek menyediakan kolom untuk menambahkan keterangan terkait lokasi. Saya manfaatkan kolom tersebut untuk memberikan deskripsi ttg saya, agar lebih mudah. Menariknya, ada estimasi waktu kedatangan si abang ojek, jadi kita bisa memperkirakan berapa lama sampai kita bisa naik ojek menuju lokasi tujuan. Tidak hanya itu, ada detail tentang pengendara motor, bahkan kita bisa menghubungi via telfon atau sms kepada pengendara tersebut. Benar-benar memudahkan saya yang suka khawatir hehehe :D. Fitur itu juga bagus untuk mengabarkan orang-orang terdekat terkait transportasi yang kita gunakan. Dalam kasus saya misalnya, saya bisa kirim nama pengendara ke orang tua untuk pegangan mereka. 

Selama perjalanan saya merasa aman karena diberikan fasilitas helm, meski tanpa masker dan penutup kepala yang katanya merupakan bagian dari fasilitas go-jek. Tapi bagi saya, helm saja cukup kok. Si abang ojek yang bernama Pak Tubagus mengendarai motor dengan baik sehingga saya gak ngeri kalau ada di jalan ramai. Pak Tubagus juga ramah dan menjawab dengan baik ketika saya menanyakan soal gojek padanyaa. 

Untuk pembayaran, saya tidak mengeluarkan uang SEPESERPUN! Kok bisa? Iya, karena saya memaskkan kode yang di bagikan oleh salah seorang pengguna go-jek di blog-nya ketika ia menuliskan review. Kode tersebut jika dimasukkan oleh orang lain, maka pemberi kode akan memperoleh saldo 50.000IDR pada 'dompet go-jek' nya ketika orang lain itu melakukan booking go-jek. Kita yang memasukkan kode tersebut juga memperoleh saldo 50.000IDR loh! Maka dari itu saya gak bayar. Perjalanan dari Kebayoran Lama-Melawai menghabiskan biaya 25.000IDR yang langsung terpotong dari saldo kita. Menarik kan?

In case ada yang membutuhkan, bisa pakai kode saya niih: 542607383 lumayan banget, kalian bisa dapet saldo 50.000 dan saya juga dapet saldo sejumlah yang sama jika kalian melakukan booking :)

Saya beri 4.5 out of 5 untuk layanan dan applikasi go-jek.


Well, semoga informasinya bermanfaat. Lumayan banget bisa booking transportasi via smartphone...hemat pulsa telfon :D

Weekly Obsession

AVENGERS AGE OF ULTRON!!

Akhirnya bisa nonton sekuel kedua dari kelompok superhero paling kece ini. Selain karena cast-nya yang memang menarik, ceritanya juga menarik karena menggambarkan banyak hal tentang apa yang ada dibalik layar, seperti gimana Korea Selatan punya teknologi yang udah bisa disetarakan dengan Amerika, lalu bagaimana manusia hidup dengan upaya untuk mencapai keinginannya tapi tanpa memikirkan apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang, dan sebagainya. Sangat-sangat wajib untuk ditonton! Saya sendiri siap nonton untuk kedua kalinya di studio 4DX3D hehehe :p 

Friday, April 17, 2015

Fashion Addiction: Back with Fashion Stuff!

Bagi mereka yang membaca blog ini sejak lama, mungkin pernah mengetahui bahwa gue sempat mencoba untuk menjadi seorang fashion blogger, terutama untuk plus-size. Kurangnya komitmen membuat gue melupakan keinginan tersebut. Nah, kali ini gue mau berbagi pandangan gue seputar dunia fashion dan plus-size woman di Indonesia.

Semua berawal ketika  negara api menyerang  sebuah notification email muncul di iPad gue. Menurut e-mail tersebut, ada seseorang yang menulis comment di salah satu tulisan gue di blog ini. Saat gue membaca isi comment tersebut, gue cukup tidak menduga bahwa ia memberikan saran terkait dengan belanja pakaian bagi wanita berukuran plus-size


Kemudian, gue membuka web dan instagram yang diberikan oleh Mbak Felicia Carissa. Hasil penelusuran gue terhadap web maupun instagram The Fat Doctor dapat dibilang cukup menarik, karena minimnya pengetahuan gue tentang keberadaan sejumlah online shop yang menjual pakaian untuk wanita plus size. Untuk size-nya memang didedikasikan untuk para wanita bertubuh besar, sayangnya sejumlah pakaian yang tersedia tidak sesuai dengan apa yang secara pribadi gue suka. Fokus gue bahkan tidak banyak diarahkan pada apa yang dijual, lebih kepada apa yang gue temukan pada feed instagram: sejumlah wanita plus size yang menjadi model untuk pakaian tersebut. Jika berdasarkan penglihatan gue, tubuh mereka lebih besar dari tubuh gue, tetapi rasa percaya diri mereka patut diacungi jempol! Kemudian melihat adanya kesempatan untuk menjadi model, which is one of my childhood dream, gue kemudian melanjutkan penelusuran ke website mereka dan ternyata terdapat bagian terkait untuk pendaftaran sebagai model. Ketika membaca persyaratan untuk menjadi model, gue kaget dan untuk pertama kali-nya gue merasa terlalu kurus untuk jadi model bagi brand tersebut. Dalam persyaratan tersebut, berat minimal untuk mereka yang ingin menjadi model adalah (kurang lebih) 90kg, sedangkan berat badan gue adalah 84 kg. 

Pada saat itu juga gue merasa kecil, masa iya mereka yang berbadan lebih besar dari gue bisa sangat percaya diri sedangkan gue enggak?!

Pemikiran itu muncul bertepatan dengan kurangnya rasa percaya diri gue untuk dressing up. Sehingga tentu setelah melihat ketentuan sebagai model tersebut, gue merasa perlu meningkatkan rasa percaya diri gue lagi. 

Bagi gue pribadi, mereka yang menjadi model untuk The Fat Doctor adalah inspirasi yang luar biasa. Rasa percaya diri mereka bisa gue liat di sejumlah foto yang ada di instagram The Fat Doctor dan gue merasa malu karena sering minder belakangan ini. Sejumlah famous people dengan tubuh besar kemudian gue kumpulkan untuk meningkatkan kepercayaan diri gue. Dari luar negeri misalnya, Denise Bidot dan Nadia Aboulhosn menjadi inspirasi utama gue karena tubuh mereka yang plus-size tapi memiliki sense of fashion yang gak kalah dengan wanita mayoritas. Berita seputar plus-size fashion yang sedang seru untuk diikuti adalah tentang Tess Munster, model wanita dengan ukuran tubuh 24, yang berhasil dikontrak oleh salah satu agensi model yang cukup ternama. Di Indonesia sendiri ada @tiraemon (Aditira Hanim) di Instagram yang menarik perhatian gue karena kepercayaannya akan diri dia sendiri dan fashion sense-nya yang keren! Belum lagi hasil foto-foto dia yang menarik buat gue pribadi. 

Nama-nama yang gue sebut diatas menjadi bukti bahwa mereka yang berbadan besar pun bisa terjun di dunia fashion, baik sebagai model maupun fashion blogger. Tanpa harus benar-benar masuk ke dunia fashion-pun, setidaknya dari mereka-mereka yang muncul di publik sebagai fashionista bisa menjadi inspirasi wanita dengan ukuran tubuh apapun untuk berani menggunakan pakaian yang sesuai dengan apa yang diinginkannya. Wanita bertubuh besar tidak hanya dapat menggunakan pakaian pria untuk menutupi bentuk badannya. Sudah saatnya wanita plus size tampil berani dengan pakaian yang memang dirancang untuk wanita. Kehadiran online shop seperti The Fat Doctor dan sejumlah akun OL shop lainnya siap membantu kita, wanita-wanita plus size untuk bisa dress up like barbie!.

And here's my attempt to dress up 



and here's some tweet to remind you to love your body, no matter what size you are


WEEKLY OBSESSION!

Sebetulnya terobsesi sama penyanyi muda ini bukan baru minggu ini, tapi lagu-lagu dari his debut album bener-bener bikin eargasm dan menemani gue selama 2 minggu ujian.


You're 100% right if you're guessing Teza Sumendra! Albumnya bener-bener menunjukkan keseriusan Teza dalam bermusik. Menurut gue, he brings the international music taste to Indonesia. Lagu kesukaan gue adalah: Girlfriend & Tonigth karena beatnya yang lumayan bikin bahagian :p. Sejujurnya, gue sempat kepikiran untuk mau bahas album dia untuk skripsi tahun depan, but let's see

Not His Story: Another Field Trip Experience

Been away for too long, huh?

Maafkan lah komitmen yang terlalu minim untuk mengisi blog ini. Belakangan memang kesibukan sebagai mahasiswa semester 6 dan kewajiban sebagai kepala divisi di himpunan mahasiswa menjadi prioritas utama dalam kehidupan gue. Bahkan, upaya untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap fit menjadi lebih merosot dibandingkan tahun lalu. No wonder berat badan saya menjadi stabil diangka 83-84......padahal ekspektasi gue adalah adanya penurunan...yaaa maksimal 80 Kg udah bagus banget lah ya. 

Sedikit bercerita tentang sejumlah pengalaman turun lapangan demi data-data berharga yang menunjang sejumlah tugas kuliah rasanya gak pernah ada salahnya. Semester ini, sudah ada dua mata kuliah yang menuntuk dilakukannya kegiatan turun lapangan a.k.a. turlap. Mata kuliah pertama adalah Antropologi Kependudukan, dimana gue dan 3 orang anggota kelompok harus mewawancarai pegawai kelurahan dan memperoleh data tentang kependudukan disana. Bersama ketiga orang partner in crime ini gue mendapat tugas (lebih tepatnya memilih) untuk datang ke Kelurahan Menteng yang letaknya (ternyata) tidak terlalu jauh dari stasiun Cikini dan tidak jauh juga dari Taman Proklamasi dan Freedom Institute yang merupakan salah satu lokasi 'bersejarah' dalam kehidupan perkuliahan gue dahulu kala. Setiap kunjungan kami bertiga selalu dihiasi dengan wisata. Pada perjalanan pertama, untuk menanyakan kebutuhan surat izin, kami sempat bermain ke Taman Proklamasi dan Freedom Institute dan mengakhiri perjalanan di J.CO stasiun Kota sambil berdiskusi. Perjalanan terakhir kami ke Kelurahan Menteng-pun nggak kalah seru karena setelah memperoleh data yang dibutuhkan, kami (akhirnya) merasakan berkeliling daerah Jakarta dengan City Tour Bus, bus dua tingkat yang tidak dipungut biaya. Rutenya adalah dari halte Juanda - Monas - Bundaran HI - Pasar Baru - Juanda. Karena merasa kurang, mengingat memang kami dikejar waktu untuk pulang ke Depok, beberapa minggu kemudian kami sengaja untuk menggunakan bus tersebut demi berkunjung ke Museum Nasional a.k.a. Museum Gajah. Sebelumnya, kami bertiga menikmati es-krim Ragusa dan asinan Juhi, one of my favorite dish
The famous Banana Split and Tutti Frutti by Ragusa Ice Cream

Me and my partner in crime, ki-ka: yuni, myself, nadya, and wulan

Too excited for Asinan Juhi! (taken by Wulan)


Perjalanan lainnya yang tak kalah seru adalah terkait dengan mata kuliah Penelitian Etnografi dan Metode Penelitian Antropologi, dimana gue dan teman-teman satu kelas akan stay in selama 14 hari di rumah warga untuk melakukan penelitian antropologi. Pada awal perkuliahan Metode Penelitian Antropologi, memang clue tentang lokasi persis penelitan masih bertebaran, sehingga gue memutuskan untuk berjalan-jalan ke kawasan Sawah Besar, dimana pada saat itu telah terjadi kebakaran. Lokasi yang rasanya kurang pas akhirnya mendorong gue dan sejumlah teman untuk main-main ke kawasan Penjaringan, Jakarta Utara. Jujur saja, saat kami kesana, tidak ada petunjuk pasti, benar-benar meraba-raba kondisi. Pada hari itu, kami akhirnya berkunjung ke kawasan Teluk Gong dan berbincang dengan salah satu penjaga warung di dekat 711. Ia bercerita tentang kondisi tempat tinggalnya yang memang rawan banjir. Secara pribadi, Teluk Gong bukanlah lokasi yang gue bayangkan. Akhirnya disusunlah rencana untuk main-main ke kawasan Muara Baru, Penjaringan. Satu hari sebelum perjalanan ke Muara Baru, gue mendapatkan informasi bahwa penelitian akan dilakukan di wilayah Marunda, tepatnya RT 001 RW 007 dekat STIP Marunda. Pada hari Selasa, minggu lalu, gue dan 12 orang teman yang akan ikut dalam penelitian yang sama berkunjung ke lokasi yang dimaksud. Berbekal informasi dari teman-teman yang sudah mengunjungi wilayah itu sehari sebelumnya, kami siap berangkat. Sangat bersyukur bahwa banyak pertolongan Tuhan buat kami semua, mulai dari cuaca yang bersahabat dan angkot yang menawarkan jasanya untuk mengantarkan kami sampai tujuan, meskipun lokasi itu diluar trayek si abang angkot. Bahkan untuk pulang pun, kami diantarkan hingga Stasiun Kota. Jujur saja, lokasi penelitian di Marunda itu kurang mampu memenuhi bayangan gue, meskipun lokasi itu memberikan rasa tenang terkait dengan tempat tinggal selama penelitian. Perjalanan menuju lokasi itu-pun bisa dikatakan menakjubkan, karena gue banyak bertemu truk-truk container yang termasuk jarang gue temui. Bagian yang menarik dari perjalanan itu adalah ketika pulang ke Stasiun Kota. Di perjalanan angkot kami 'tertabrak' oleh truk container yang hendak belok. Untungnya kami selamat dan korban yang jatuh hanya spion angkot. It was unforgettable karena pada akhirnya lokasi penelitian kami semua diganti lagi :") what a life!

Kegiatan turun lapangan itu berhasil membuat gue lupa tentang berat badan, sebuah isu yang jadi pemikiran gue belakangan ini. Keinginan untuk olah raga atau diet berkurang karena gue harus fokus dengan kehidupan akademis. Lari pagi-pun baru mulai diaktifkan kembali hari Minggu kemarin saat Car Free Day. Mungkin untuk mengurangi berat badan adalah sesuatu yang mudah dilupakan, tapi tidak dengan menjaga kesehatan tubuh. Belakangan mulai mudah sakit menjadi pertanda bahwa gue benar-benar butuh olah-raga. Sebatas jalan cepat atau lari menjadi cara yang lumayan efektif bagi gue untuk memperoleh ketenangan diri, kalau berat badan bisa berkurang itu adalah bonus. Sebagai wanita plus-size olah raga tetap dibutuhkan, setidaknya untuk alasan kesehatan pernafasan dan kelancaran aliran darah supaya kita bisa tetap berfikir dengan baik. 


Mungkin sekian dulu sepenggal kisah dari perjalanan turun lapangan yang gue lakukan beberapa waktu terakhir ini. Semoga masih ada banyak kesempatan untuk turun lapangan dan membagi cerita gue di blog ini :D 

Ps: I'll post about plus-size fashion after this!