Saturday, September 26, 2015

Not His Story: Make Over Me, Please! Event at Plaza Indonesia

Hola! Akhirnya punya sesuatu untuk ditulis lagi di sini. Sebenarnya banyak hal menarik yang gue ingin bagikan, tapi selalu terhalang dengan kegiatan-kegiatan yang punya prioritas lebih tinggi dari blogging. Misalnya aja tentang Ashley Graham's show di NYFW 2015 beberapa waktu lalu, campaign #PlusisEqual yang muncul di event yang sama, kegiatan jalan-jalan ke Sakura Park di AEON BSD City bareng pacar, kehidupan as senior di semester tujuh ini, dan masih banyak hal lain yang bisa gue ceritakan. Apa yang gue alami hari ini rasanya wajib untuk dibagikan se-segera mungkin. Sama halnya dengan menulis field-notes saat penelitian, makin lama gak menuliskan hasil temuan, bakal lupa meskipun udah direkam (edisi curhat :p).




Sekitar 9 minggu yang lalu, tepatnya tanggal 23 Juli 2015, gue memutuskan untuk ikutan (semacam) undian untuk di make-over yang ditawarkan oleh Gogirl! Magazine lewat akun instagramnya. Memang gue sudah sejak lama mau merasakan di make-over oleh majalan kesayangan gue itu (they have a special spot for make over on the magazine)dan postingan tersebut cukup menggoda. Kenapa? Karena Gogirl bersama beberapa brand seperti Benefit Cosmetic, Up Shoes by Diana Rikasari, Spotlight, dan Nila Anthony menjadi sponsor dalam undian tersebut. Artinya, kalau menang make over, gue akan dirias dengan Benefit Cosmetic sekaligus didandani dengan pakaian dan sepatu dari brand-brand tersebut. Awalnya, undian #MakeOverMePlease ini akan diumumkan di pertengahan bulan Agustus, gak lama setelah gue balik dari penelitian. Namun, panitia memutuskan untuk menambahkan waktu untuk batas akhir submission sampai akhir Agustus. Yaaa gue mau gimana lagi? awalnya berharap balik penelitian bisa di make-over, tapi kenyataannya harus diundur.




Kemudian, pada suatu Jum'at, gue memperoleh notifikasi di applikasi instagram gue bahwa ada salah satu akun yang menuliskan username gue dalam caption/comment. Saat gue buka, ternyata....gue terpilih untuk di make-over oleh Benefit Cosmetic, Spotlight, Up, Nila Anthony, dan Gogirl!. Gak hanya di make-over, gue juga berkesempatan untuk sharing bareng Diana Rikasari dan Ucita Pohan! Bilang apa? Alhamdulillah.

Setelah sekitar dua minggu menunggu, akhirnya tanggal 26 September datang juga! Rencana awal adalah berangkat pagi-pagi untuk nyekar ke makam Alm. kakek (my mom's father). Namun, karena gue kesiangan, akhirnya langsung menuju Plaza Indonesia, lokasi kegitan #MakeOverMePlease dilaksanakan. Sebelumnya, mampir dulu ke Ancha & Adi salon di Cinere yang kebetulan langganan nyokab. Buat apa? Buat merapikan rambut nyokab yang menurutnya sudah terlalu panjang. FYI, rambut nyokab gue itu pendek, hemm ya bisa dibilang pixie cut lah. Silahkan bayangkan aja kalau dipotong jadi sependek apa :D. Sekitar pukul 11 lewat, gue dan nyokab sampai di Plaza Indonesia. Alhamdulillah jalanan lancar dari Cinere ke lokasi. Sesampainya di lokasi, gue dan nyokab yang emang jarang banget ke Plaza Indonesia mencari lokasi Benefit Store yang katanya terletak di lantai tiga. Rupanya, Benefit Store terletak tidak jauh dari Miniapolis alias tempat main untuk anak-anak kecil. Saat gue datang ke Benefit Store, rupanya memang acara belum dimulai (yaiyalah...secara acara mulai jam 12.30 -_-). Staff Benefit yang super ramah akhirnya meminta gue untuk menuliskan nama dan nomor telfon di guest book, supaya ketika acara dimulai, gue bisa datang langsung setelah ia hubungi. Sambil menunggu, gue dan nyokab menikmati sepiring Caesar Salad di Starbucks dan sempat juga berjalan-jalan di food hall. Kira-kira jam 12 siang, gue mendapat telfon yang meminta gue untuk langsung menuju store Benefit di lantai tiga.




Benefit Store ini lucu banget! Gue pribadi memang suka dengan packaging dari produk-produk Benefit, dan makin dibuat jatuh hati dengan interior store-nya. Sebelumnya, gue gak pernah mencoba produk dari Benefit karena memang gue jarang merias wajah, tapi selalu ada keinginan untuk beli karena bentuknya yang lucu itu. Sesampainya di Benefit Store, gue disambut dengan super menyenangkan oleh Mbak Daisy dari Benefit Cosmetic Indonesia. Ia langsung membawa gue untuk di foto 'before' dan di make up oleh salah satu staffnya yang bernama Mbak Rahma. Sambil dirias, gue sempet ngobrol sama Mbak Rahma (gini nih kalau jiwa mahasiswa antropologi-nya keluar :p) seputar produk Benefit dan seputar dirinya. Rupanya, Mbak Rahma tinggal di Ciputat, gak terlalu jauh dari Cinere, tempat gue tinggal. Jarak antara rumahnya dan tempat kerja yang cukup jauh rupanya ditempuh dengan menggunakan sepeda motor, sehingga lebih hemat waktu. Mbak Rahma juga menjelaskan kepada gue kegunaan dari The Pore-fessional yang dapat meminimalisir terlihatnya pori-pori wajah. That's awesome! Especially for me, seorang wanita berusia 22 tahun yang jarang dandan :p. Tidak lama kemudian, Mbak Daisy kembali mendatangi gue dan 'meracuni' gue untuk brow-wax alias merapikan alis. Alis jadi suatu trend belakangan ini. Jujur aja, gue tidak begitu suka mengutak-atik alis, namun gue rasa ketika mengikuti make-over seperti ini, kita harus bisa total dan 'pasrah' pada expert. Gue juga cukup penasaran tentang brow-wax ini, yaa itung-itung merapikan alis lah.

Seumur hidup, brow-wax adalah kegiatan berbasis waxing pertama yang gue lakukan. Mbak Daisy called me 'brow-virgin' karena gak pernah ngutak-atik alis, hehehe :p. Langkah pertama adalah menggambar alis yang akan dicapai, sehingga sang ahli tahu dimana ia harus waxing alis gue. Tadinya, rambut-rambut halus yang sering disebut 'alis nyambung' gue mau dibereskan juga. Then, I told Mbak Daisy to let it be that way, karena itu jadi ciri khas gue. And she said, "yaudah gak apa-apa, susuknya disitu ya?". Gue hanya bisa tertawa. Well, at the end, I kinda like the result. Mari kita lihat kira-kira akan berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai alis gue numbuh lagi hihihi :p

Setelah beres dengan urusan alis, gue dibawa ke meja make-up untuk menyelesaikan bagian mata dan bibir. Karena pada dasarnya gue gak begitu sering make up, merias mata jadi satu hal yang bikin gue was-was. Gue hanya bisa pasrah sambil mengatur nafas supaya bisa lebih santai. Maaf ya agak norak :p. Tahap selanjutnya adalah hair-do. Dengan bantuan dari GHD Hair, rambut gue dibuat agak berombak (and to be honest, that's one of my dream hair...but actually it will looks awesome in longer hair) dan mendapat kesan messy. Pas banget karena emang gue gak suka nyisir hehehehe. Next step is dressing up! Dibantu dengan tim dari Spotlight (Termasuk Mbak Ivana, 'pentolannya' Spotlight :p), gue mendapatkan blazer+black shirt. Awalnya gue akan dipakaikan legging yang gue bawa dari rumah, namun ternyata warnanya kurang pas dan malah terlihat lebih baik dengan jeans yang gue kenakan dari awal. Celana jeans gue kemudian dilipat dibagian bawah serta dirapikan dari benang-benang menjuntai, maklum jeans-nya dipermak sama mas-mas yang lewat depan rumah hehehe. Setelah pakaian, tidak lupa aksesoris yang dipinjamkan serta ditata langsung oleh Diana Rikasari. Selain aksesoris berupa kalung, gue juga dipilihkan sepatu oleh Diana Rikasari langsung. Duh, berasa model didandanin begitu.

Usai dandan, hair-do, dan dress up, gue menemui beberapa pemenang undian lainnya. Yap! I got additional friends! They are Hanan yang ternyata juniornya temen gue SMA di kampus, Melysa yang ternyata temennya temen kampus gue, Resista yang punya nama kayak temen gue di UAI, Icha yang calon dokter dan sempet belajar mata kuliah antropologi di kampus, Ribka, dan Tya. Kita semua berasa jadi model siang itu karena setiap lagi selfie, tiba-tiba semua orang memfoto kami semua. Ini toh rasanya jadi model hehehehe, capek juga ya liat kamera terus. But I do love that kind of experience!. 

Hair-do by GHD | Blazer and Shirt by Spotlight | My own jeans | Wedges by UP | Clutch by Nila Anthrony | Make up by Benefit Cosmetic | Accessories belongs to Diana Rikasari


Sekitar jam 2 siang, acara sharing bersama Diana Rikasari dan Ucita Pohan dimulai. Mbak Daisy juga ikutan dalam acara tersebut. Tapi, sebelum sharing session, kita ber-7 di 'maper' dulu sama Mbak Daisy hehehe. She asked us to do a runway walk like a model! I was surprised but also excited, since modelling is one of my secret dream :p. Terakhir kali berjalan a la model itu pas usia 5 tahun, ketika iseng ikut lomba fashion show berbusana muslim. Setelah itu, menjadi model cuma bisa gue simpan aja dalam hati karena proporsi tubuh yang kurang sesuai dengan industri tersebut. My runway walk wasn't bad actually hehehe :p. Akhirnya sesi sharing-pun dimulai. Kami semua bebas memberikan pertanyaan kepada tiga narasumber yang ada. Gue berkesempatan melontarkan dua pertanyaan kepada Diana Rikasari dan juga Ucita Pohan. Pertanyaan gue kepada Diana Rikasari dijawab dengan cukup baik oleh Diana sendiri serta Ucita dan Mbak Daisy. Dari jawaban mereka gue belajar bahwa ketika dressing up atau melakukan suatu hal, pastikan kita merasa happy dengan apa yang kita lakukan itu. Apapun komentar orang, kita kita merasa happy, akan ada aura cantik (begitu istilah dari Diana) yang keluar dan pada akhirnya orang lain juga dapat menikmati aura positif tersebut. Dari Diana Rikasari gue juga belajar bahwa terkadang, kita menemukan passion kita agak terlambat. Berkaca dari pengalamannya sendiri, Diana Rikasari baru menemukan passion di dunia fashion dan bisnis ketika ia sudah memasuki usia 25 tahun. Dari situ gue belajar untuk menjalani setiap keputusan yang sudah dibuat dan bersabar sambil mencari apa passion kita sebenarnya karena gue sendiri masih meraba-raba apa passion gue itu. Gue jadi yakin bahwa the aha moment seputar passion kita akan datang suatu saat nanti. Kemudian, pertanyaan kedua gue ditujukan pada Ucita Pohan. She's an announcer di cosmopolitan FM. Tubuhnya tidak langsing, tetapi gue mengagumi rasa percaya dirinya dan cita rasanya dalam hal fashion. Kesukaannya dalam hal-hal yang berbau klasik menjadikan Audrey Hepburn sebagai salah satu fashion influence-nya. Ucita juga mengatakan bahwa penting untuk mengenal diri kita sendiri (terutama dalam hal berpakaian) agar bisa tetap mengikuti trend yang ada. Secara garis besar, gue sangat terinspirasi dari hasil sharing session tersebut.

With Ucita Pohan. And She's superb nice <3

With Diana Rikasari. She's superb cute!


Sebelum acara berakhir, setiap sponsor memberikan pertanyaan berhadiah bagi kami yang ikut dalam kegiatan #MakeOverMePlease. Hadiah yang diberikan mulai dari voucher belanja sampai sample product. Gue cukup beruntung untuk bisa memborong sejumlah hadiah kuis tersebut. Usai kuis, kami semua berfoto bersama-sama dan tentunya menyempatkan diri berterima kasih kepada para sponsor. Gue berusaha menyempatkan waktu bertemu Ucita Pohan untuk meminta kontaknya untuk bisa sharing lebih banyak lagi sebagai salah satu modal bahan skripsi nantinya :p.

Selfie time with other six lucky girls <3 <3

Credit to Diana Rikasari (taken from her Instagram)


I feel so lucky and grateful today! Punya kesempatan di make-up, dapet banyak hadiah mulai dari voucher belanja, pakaian+sepatu yang digunakan, sampai peralatan make up yang selama ini gue idam-idamkan, dan yang paling penting, bisa berbagi pengalaman dengan orang-orang hebat + teman-teman baru. Thanks a lot to Gogirl Magazine, Benefit Cosmetic Indonesia, Spotlight Store, Up Shoes by Diana Rikasari, dan Nila Anthony telah membuat mimpi saya jadi kenyataan ;)

Self love by taking selfie :p

Weekly Addiction!

Can't stop and won't stop listening (and singing) Aston Merrygold's Get Stupid! Setelah ditelusuri, rupanya Aston sempat jadi juri Got to Dance UK dan jadi personel dari boyband JLS yang pernah nyanyiin 'She Makes Me Wanna' featuring Dev. So, for ya, here's the official music video of Get Stupid by Aston Merrygold.










Saturday, September 5, 2015

Being Plus-Size Woman: I Decide to Take Care of My Body. How About You?

Hampir tiga bulan lamanya tidak menuliskan pemikiran-pemikiran gue seputar life as plus-size woman maupun menceritakan kejadian-kejadian menarik dalam kehidupan gue. Memasuki masa dimana bulan berakhiran -ber, yang berarti semakin dekat dengan tahun yang baru. Resolusi baru sepertinya harus mulai disusun dari saat ini, well it sounds to ambitious, right?. Selain mempersiapkan apa saja yang harus diperbaiki di tahun yang mendatang, perlu juga rasanya melihat setengah tahun belakangan ini agar kita tahu sudah berapa banyak waktu yang kita habiskan percuma maupun untuk hal-hal yang bermanfaat. 

Di awal tahun, gue sempat menargetkan untuk bisa mengurangi berat badan beberapa kilogram dengan harapan tahun depan bisa menggunakan salah satu kebaya favorit yang dibeli pada masa akhir SMP untuk wisuda nanti (semoga tahun depan bisa beres kuliah! Aamiin). Namun, masih padatnya perkuliahan mendorong gue untuk melupakan keinginan untuk mengurangi berat badan dan menggantikannya dengan fokus mempertahankan kondisi akademis gue. Banyaknya tugas, kegiatan organisasi, dan kepanitiaan membuat gue jadi meninggalkan kegiatan lari pagi yang di tahun 2014 menjadi kegiatan wajib setiap minggunya. Saat bulan puasa, Alhamdulillah berat badan bisa berkurang dari 84 kg menjadi 81 kg. Setelah lebaran, berat badan gue bergerak tidak stabil antara 81kg hingga 83.3 kg. Kondisi makin diperparah karena selama masa penelitian 14 hari di daerah Lebak, Banten. Meski asupan makan gue rasa tepat yaitu tiga kali sehari, namun mengkonsumsi nasi pada ketiga waktu makan berhasil menaikkan berat badan gue...entah jadi berapa kilogram. Gue hanya bisa merasakan tubuh menjadi semakin berat. Kondisi badan yang terasa semakin berat itu membuat gue merasa kurang fit begitu pulang ke Jakarta. Dua hari setelah kepulangan, asma gue kambuh. Setelah kurang lebih 15 tahun gak pernah menggunakan inhaler ketika serangan asma, tahun ini rekor itu runtuh begitu saja. Di hari itu, gue yang berniat berkonsultasi ke dokter malah dibawa ke ruang UGD oleh dokter itu sendiri untuk langsung menemui mesin uap kesayangan itu. 

Kondisi-kondisi tersebut 'menampar' gue. Kesehatan menjadi prioritas utama untuk dijaga. Jujur aja, gue kapok harus kembali bertemu dengan asma. Kenapa? Karena artinya gue gak bisa mendonorkan darah dalam waktu dekat dan gue harus banyak menghabiskan waktu di rumah untuk istirahat (sedangkan mood gue lagi pengen jalan-jalan!). Akhirnya, dengan dukungan orang tua serta jadwal kuliah yang makin berkurang tiap minggunya, gue mendaftarkan diri (lagi) untuk berolahraga di salah satu fitness center di Cinere (i bet you know where is it). Selain untuk mengisi waktu senggang, keputusan itu gue ambil karena gue merasa meskipun memiliki badan besar (either karena berat badan atau karena keturunan), kita harus tetap menjaga kesehatan. Sejumlah postingan model plus-size favorit gue menjadi motivator. Dulu gue berfikir bahwa model-model atau fashion blogger bertubuh plus itu identik dengan tidak berolahraga. Namun, setelah men-follow Denise Bidot, Nadia Aboulhosn, Ashley Graham, dan Tess Holiday di Instargam, gue sadar bahwa pemikiran itu SALAH BESAR! Keempat role models itu rajin berolahraga untuk menjaga stamina dan kondisi fisiknya. Tess Holiday yang tubuhnya berukuran 22-pun rajin berolahraga! Artinya kondisi fisik yang bisa dibilang besar itu bukan halangan untuk tetap ingat dengan kesehatan dan berolahraga. Have you ever visited @biggalyoga on instagram? Kalau belum, rasanya wajib untuk dikunjungi bagi mereka yang bertubuh plus dan mencari inspirasi untuk berolahraga. Valerie Sagun (@biggalyoga on ig) memang memiliki tubuh besar, gue sendiri melihat tubuhnya memiliki banyak bagian yang berlemak, namun tubuhnya sangat fleksibel dan ia dapat melakukan berbagai gerakan yoga yang bagi gue pribadi rasanya mustahil untuk dilakukan. 

hahstag 'rolemodel'

Keberadaan media sosial berbasis gambar atau video seperti YouTube, Instagram, dan Snapchat, menjadi media untuk membuktikan besarnya tubuh seseorang tidak selalu berbanding lurus dengan stereotype yang ada. Dalam sebuah artikel ilmiah tentang body image, masyarakat barat (white people, mostly) memiliki pandangan bahwa tubuh besar menggambarkan sifat malas, rakus, dan jahat. Pandangan tersebut semakin berkembang dan ikut diyakini oleh banyak masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda, sehingga menjadi suatu ukuran penting dalam menilai orang lain. Padahal, hal tersebut belum tentu benar dan teruji karena pada dasarnya setiap manusia itu memiliki keunikan yang membedakan dirinya dengan diri orang lain. Buktinya, ya... dapat dilihat dari model-model, fashion blogger, maupun penggiat olahraga yang bertubuh besar, yang kini makin ter-expose oleh media. Ukuran tubuh kini (perlahan tapi pasti) tidak lagi menjadi standart untuk menilai sifat individu maupun kelompok. 

Terinspirasi dari mereka yang bertubuh besar dan percaya diri membagikan sepotong gambar kegiatan olah raga lewat media sosial, gue-pun mengambil bagian dalam upaya mematahkan stereotype yang ada tentang wanita atau pria bertubuh besar lewat ikut menjaga tubuh dan kesehatan. Bergabung ke salah satu fitness center memberikan gue peluang untuk memilih kegiatan olah raga seperti apa yang dirasa menyenangkan dan membuat diri gue nyaman. Adanya sejumlah kelas seperti zumba, yoga, aerobic, body combat, dan sebagainya menjadi pilihan utama gue dalam menjaga kondisi tubuh. Meskipun belum ada hasil yang signifikan setelah kurang lebih tiga minggu rajin mengikuti kelas-kelas di fitness center tersebut, ada perasaan lebih bahagia dan lebih bisa fokus karena aliran oksigen di tubuh menjadi lebih terdistribusi secara merata. Tubuh juga merasa lebih ringan meskipun ketiga gue melihat timbangan, kerap kali mencapai angka 85 kg (gue percaya kenaikan berat badan adalah proses mendapatkan tubuh yang lebih baik #bukanngeles). Semoga saja tujuan gue untuk menjadi lebih sehat dapat terwujud. Kalau berat badan bisa berkurang, gue anggap sebagai bonus. 

#mirrorselfieatthegym 

So, people...tubuh besar lagi-lagi tidak selalu berarti mereka merasa malas menjaga diri dan juga bukan menjadi alasan untuk tidak menjaga kesehatan jiwa dan raga. This is the time for us to break the stereotype!



Selamat berolahraga!

Weekly Obsession:
Beside Zumba class, i get addicted with bracelet, especially ropes bracelet that i bought from @folkstore.id on instagram. With very affordable price (16.000IDR or equal with 1.13USD), i can get 2 ropes bracelets. Interested? Go follow 'em on instagram and pick your favorite accessories!

Ropes bracelet as friendship bracelet? why not!
Their latest collection. Grab yours now!