Sunday, August 21, 2016

Being a Plus-Size Woman: The 'Fat Talk'

Pernah mendengar istilah 'Fat Talk'?

Ina* adalah seseorang yang memiliki ukuran dan bentuk tubuh layaknya mayoritas perempuan di Jakarta, atau dalam kata lain memiliki tubuh ideal bagi masyarakat Indonesia. Dirinya kerap merasa tubuh yang ia miliki terlalu besar dan masih jauh dari kata 'ideal. Dirinya kemudian menunjukkan rasa insecure-nya itu dengan berucap (baik secara langsung maupun melalui media sosial) hal-hal sebagai berikut:
"duuuh gue gendutan nih!"
(sambil memegang perut) "duh buncit banget sih!"
(sambil menunjuk paha) "gila paha gue udah segede apaan tau!"
(mengupload foto kemudian menuliskan caption) "gendaaaaaatss"

Nah, ucapan si Ina yang menunjukkan keluhan terhadap ukuran tubuhnya yang dirasa masih kurang 'ideal' merupakan salah satu contoh dari 'fat talk'. 

Setelah membaca sejumlah artikel dan sedikit potongan halaman introduction dari buku salah seorang antropolog bernama Mimi Nichter yang berjudul 'Fat Talk: What Girls and Their Parents Say about Dieting', gue memahami fat talk sebagai perwujudan dari ketakutan para wanita dari berbagai range usia tentang tubuhnya. Umumnya, fat talk ini diwujudkan dalam bentuk yang negatif, misalnya saja mengeluh, seperti contoh di atas. Kalau mengutip dari pernyataan Alexandra F. Corning, professor di University of Notre Dame, yang dicantumkan dalam artikel rilisan Huffpost.com (click for the full article), fat talk itu adalah, 

".... self-degrading talk about the body, food, or eating."  

Umumnya, fat talk identik dengan eating disorder. Tapi, yang membuat gue cukup tertarik dengan term tersebut adalah kaitannya dengan hubungan sosial. 

Rupanya, berdasarkan hasil penelitian Mimi Nichter pada remaja di Amerika Serikat, fat talk itu bisa jadi cara bagi seseorang untuk bisa fit in dalam suatu kelompok masyarakat. Kembali pada kasusnya si Ina nih. Setelah mengeluh tentang tubuhnya (yang sebetulnya sudah masuk kategori 'ideal'), ada orang-orang yang kemudian menanggapi. Misalnya saja:

"iiih apaan sih, kamu kurus tau!"
"apaan sih! Gendutan gue kali!" (padahal yang menjawab ini punya tubuh just like Ina's)


Nah, lewat fat talk yang dimulai oleh Ina, dia membuka suatu interaksi sosial dengan orang-orang di sekitar dia. Belum tentu Ina memang punya rasa insecure atas tubuhnya, tetapi melihat lingkungan sekitarnya memiliki concern yang sama seputar tubuh, Ina memulai fat talk untuk bisa masuk dalam kelompok masyarakat tertentu. 

Selain untuk bisa fit in, fat talk sendiri juga kerap dilakukan dengan tujuan memperoleh rasa tenang yang bersumber dari pendapat orang lain tentang tubuhnya. Sayangnya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa doing fat talk won't make you feel better about your body. In fact, lewat fat talk ada kecenderungan untuk semakin tidak puas dengan tubuh sendiri and will lead to eating disorder.

Dipikir-pikir, serem juga ya...

Sebagai wanita bertubuh besar, gue sering banget kesel sama orang-orang yang menurut gue punya tubuh 'ideal' tapi selalu mengeluh soal tubuhnya, just like what Ina did. Kadang pengen banget teriak, "KALAU LO GENDUT GUE APAAN NYET YA?!" di depan wajah orang-orang itu just to remind them to be grateful for their body. Sejak gue mencari tahu soal fat talk, gue mulai paham bahwa apa yang mereka lakukan itu bisa jadi adalah cara mereka untuk cari perhatian dengan orang lain, belum tentu karena memang they feel that way. Sayangnya, cara mereka untuk mencari perhatian adalah lewat belas kasihan orang lain. Hemmmm

Gue pribadi merasa bersyukur saat ini sudah banyak gerakan-gerakan yang mempromosikan body positive atau anti-body shaming, baik secara global maupun secara khusus di Indonesia, dalam berbagai bentuk, mulai dari seminar ataupun lewat keberadaan plus-size fashion blogger. Kenapa? Karena sadar atau tidak, ada pesan-pesan positif untuk mencintai tubuh kita sendiri tanpa mempedulikan ukuran tubuh. Sayangnya, di Indonesia, belum banyak yang 'ngeh' kalau body positive movement itu sebenarnya buat siapapun dengan ukuran apapun, not only specific for plus-size women and men. 

I see the opportunity of being a plus-size woman: spread the good ideas to all. Memiliki tubuh besar adalah kesempatan kita untuk menunjukkan kepada para wanita seperti Ina bahwa they have to be grateful for your body., just like us. Remind them that It's a good thing to have fat on your body, because without it, you're broken. Kalau bertemu dan kebetulan diajak melakukan fat talk oleh orang-orang seperti si Ina, spread the positive vibe by saying "why don't you start to love your body by stop saying that thing?". Mulai dari hal sederhana, seperti berhenti melakukan fat talk, bisa membantu orang-orang dengan rasa insecure akan tubuhnya menjadi lebih bersyukur dan mencintai tubuh mereka. 

See! Menjadi wanita bertubuh besar gak selalu negatif kan?

Have a great day!


---------------------------
* sosok Ina dan kawan-kawannya hanya karakter fiktif belaka ya! Tapi kalau contoh-contohnya sih memang ada di dunia nyata hehehe :p

Tuesday, August 2, 2016

Being a Plus-Size Woman: Am I Big Enough to be Called as Plus-Size?

As you know, I am a self-proclaimed plus-size woman. Well, ke-pd-an gue untuk menyebut diri sebagai seorang plus-size woman sebetulnya dilandasi oleh definisi 'plus-size' dari Plus Model Magazine. Kalau menurut salah satu halaman di  website mereka,

" The term 'Plus Size' is an industry standard that applies to any women who is over a size 12. To be even more specific, the fashion industry identifies plus size as sizes 12-24, super size as sizes 4X-6X and extended size as 7X and up " 

Berhubung gue selalu menggunakan pakaian dengan ukuran (US or UK standard) 16, maka gue cukup percaya diri untuk menyebut diri sendiri as a plus-size woman. Namun, beberapa waktu lalu, gue kembali mempertanyakan identitas gue tersebut. Apakah tubuh gue benar-benar masuk dalam kategori Plus-Size, terutama di Indonesia? Pertanyaan tersebut muncul karena ada sejumlah komentar yang pernah gue peroleh di dunia maya yang menyatakan bahwa I am not a plus-size woman. Karena pernyataan tersebut sering menghantui gue beberapa waktu belakangan, I decided to ask three plus-size icons from Indonesia. They are Aditira Hanim a.k.a. @Tiraemon on Instagram, mbak Ririe Bogar (@ririebogar on Instagram), and Intan Kemala Sari a.k.a @kemalasari on Instagram. 

Oh ya, gue rasa pertanyaan seputar kriteria 'plus-size' di Indonesia cukup penting, especially when it comes to the identity that we want to show to others. That's why I am asking them that kind of question to make it clear. 

Sosok pertama yang gue tanya tentang kriteria plus-size di Indonesia adalah Mbak Ririe Bogar. FYI, mbak Ririe adalah ikon plus-size Indonesia dan telah ditunjuk sebagai Asia Director for The Fuller Woman International. Back to the topic, lewat Instagram Message, mbak Ririe berpendapat bahwa kriteria seseorang disebut plus-size adalah dari berat badan dan penampilan fisiknya. Minimal berat badan untuk bisa disebut 'plus-size' sendiri, menurutnya, adalah 70kg.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Intan Kemala Sari, a plus-size icon/beauty youtubers/writer, lewat Instagram Message seputar kriteria plus-size di Indonesia. Menurutnya, plus-size itu berarti memiliki badan yang besar dan memenuhi kriteria berat badan tertentu,
"Kalau setauku mereka (plus-size) seperti ada patokan berat badan sendiri...misalnya yang bb (berat badan)-nya 75kg atau 80kg ke atas baru di anggap besar."
Intan menambahkan bahwa jika kriteria plus-size di Indonesia dilandasi oleh ukuran pakaian, dirasa agak sulit mengingat tiap brand pakaian memiliki standard ukuran yang berbeda-beda.

Tira punya pendapat yang sedikit berbeda dari mbak Ririe dan Intan. Menurutnya, seseorang masuk kategori plus-size dari ukuran pakaian yang ia gunakan,
"...aku sih liatnya juga dari size baju sih na, kalau udah lebih dari XL so yaaa aku sebut mereka plus size"
Membaca kembali pendapat dari ketiga plus-size icon from Indonesia di atas, gue mencoba merangkum poin-poin penting yang menjadi kriteria seseorang di sebut 'Plus-Size' di Indonesia.

  1. You have a big body: Melihat penampilan fisik adalah cara termudah mengindetifikasi seseorang sebagai plus-size. Namun, di balik kemudahan tersebut, ada pandangan tentang 'tubuh besar' yang sifatnya relatif. Pasti pernah dong mendengar teman kamu yang menurutmu langsing mengeluh 'duh badan gue gendut nih!'. Nah itu adalah contoh sederhana gimana 'besar' dipandang beragam, tergantung orangnya masing-masing. 
  2. Wear size 12 and above/XL and above: Mengikuti definisi 'plus-size' dari Plus Model Mag, seseorang tergolong 'plus-size' kalau biasa menggunakan pakaian dengan ukuran 12 ke atas. Yang perlu diingat, pakaian dengan ukuran tersebut harus pas di tubuh, bukan yang oversized/kedodoran. Nah, the tricky part of using this criteria adalah tiap brand pakaian atau tiap produsen, punya standard ukuran yang beragam.  
  3. Punya berat badan diatas 70 kg: Berhubung 'besar' itu relatif, baik dari segi penampilan fisik atau pakaian, melihat sesuatu yang konkrit adalah hal yang dibutuhkan untuk menilai apakah seseorang masuk kriteria plus-size atau tidak. Berat badan, menurut gue, adalah cara paling mudah dan cukup efektif untuk menentukan apakah seseorang masuk dalam kategori 'plus-size' atau tidak. 
Ketiga poin yang sudah gue rangkum di atas bisa dijadikan panduan bagi kalian yang masih bingung apakah masuk dalam kategori plus-size bagi wanita Indonesia. Pada dasarnya, 'being a plus-size woman' adalah identitas yang kita pilih untuk berbagai alasan, misalnya saja untuk bisa berbaur dalam suatu kelompok masyarakat atau hanya sebatas tools untuk mempermudah diri kita mencari inspirasi dalam berpakaian. Kalau kalian memenuhi semua kriteria di atas tapi enggan menyebut diri sebagai 'plus-size', it's not a problem. Pada dasarnya, tulisan ini gue buat untuk membantu mendefinisikan plus-size di Indonesia, karena tiap negara punya standard yang berbeda-beda bukan? 


Oh ya, siapa tahu juga, lewat tulisan ini kalian yang sebetulnya tidak 'plus-size' bisa berhenti bilang 'duh gue gendut!' :p Just kidding!

So, do you have your own definition of 'plus-size'? Share with me ;)


------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Interviewees' Brief Profile
  • Ririe Bogar: Plus-size icon Indonesia yang kini menjabat sebagai Asia Director dari The Fuller Woman adalah penulis dari buku berjudul "Cantik Ejaannya Bukan K.U.R.U.S.". Ia juga merupakan founder dari Miss Big Indonesia, Xtra-L Community, RB Models, dan Curvy Yoga Indonesia. Check out her superb motivating instagram: @Ririebogar
  • Intan Kemala Sari: dengan jumlah followers Instagram sebesar 8000 akun, rasanya tepat menyebutnya sebagai seorang plus-size icon dari Indonesia. She's also a journalist for one of online media platforms in Indonesia. Selain sering mengunggah foto-foto dengan caption yang menceritakan pengalamannya sebagai seorang plus-size woman, ia juga kerap mengunggah video dengan topik make-up dan belajar bahasa. Check out her instagram: @KemalaSari
  • Aditra Hanim: The superb stylish plus-size woman satu ini berasal dari Garut. Gayanya yang trendi menjadikannya role model bagi para plus-size woman di Indonesia, especially teenager-young adult, yang ingin terlihat fashionable dengan tubuh besar. She's also so humble dan sangat menyenangkan untuk diajak sharing. Check out her style on her instagram @tiraemon.