Saturday, September 16, 2017

The Way We Judge from its Cover

A picture is worth thousand words

Melihat konten visual memang lebih menarik dan simpel untuk kita pahami ketimbang membaca suatu tulisan, terutama pada generasi milenials (those who born between 1981-1998). Dalam suatu artikel yang gue baca tentang how to attract milenials, menambahkan konten visual diyakini akan efektif untuk menarik perhatian mereka. No wonder, menelusuri instagram menjadi lebih populer ketimbang membaca blog di kalangan gen Y ini (including me!).

It's true that a picture could summarize the what happened when the picture was taken/created, tetapi hanya sebatas permukaan saja. And I personally believe that to really have understanding on something, we have to go deeper. Karena lebih mudah untuk dipahami, banyak orang langsung memberikan judgment berdasarkan apa yang mereka lihat lewat visual content...not what they understand. Butuh contoh?

Have you ever seen bad comment on your favorite celebgram account? I believe that the 'haters' sent that negative comment because they only judge her/him based on the uploaded picture instead of really knowing the story. Padahal kalau dicermati, terkadang di caption foto-foto tersebut, ada penggalan cerita yang bisa menambah pengetahuan kita tentang orang tersebut dan probably, could change our perspective about them.

Gue jadi teringat cerita yang gue peroleh tahun lalu, dari salah satu selebgram bertubuh plus-size di Indonesia saat gue mengumpulkan data untuk skripsi. She told me that she got a hate message from one of her followers via snapchat. Padahal, sang selebgram dan sang follower tidak mengenal satu sama lain. I mean..how can you hate someone that you never meet or interact with? So I conclude that the hatred came from the follower's judgment upon the celebgram photo/instagram update.

It’s so interesting to see how people react after judging only from the cover nowadays, especially on social media.

Bagi gue, punya judgement terhadap seseorang atau sesuatu adalah hal yang sangat manusiawi. Tidak ada salahnya memiliki pendapat atas sesuatu yang baru kita lihat atau hanya sebatas tampak depannya saja yang kita lihat. Namun, yang bisa jadi salah adalah how we react.

Tidak pernah ada salahnya berusaha memahami apa yang kita lihat terlebih dahulu sebelum mengutarakan judgement kita ke ranah publik. Caranya bagaimana untuk memahami? As simply as adding a break between an action (in this case, what we see on social media) and a reaction (judgement, for example). Manfaatkan jeda itu untuk membaca kondisi,  berupaya menempatkan diri di posisi orang yang hendak kita berikan judgement, atau jika kembali kepada kegiatan bermedia sosial, membaca caption yang ditulis sebagai pelengkap foto yang orang tersebut unggah. Dengan begitu, kita bisa mendapatkan informasi lebih banyak (and possibly deeper) that could lead us to more effective result.

Mungkin saja, jika sang follower dari plus-size celebgram tidak lupa untuk membaca caption, membaca hashtag, membaca pola pesan yang sang celebgram coba kemukakan, ia gak akan mengirimkan hate message via social media. Instead of sharing hate, that person might get inspired and  collaborate to share same message to the world.

Jika setelah berupaya membaca cerita di balik apa yang telah dilihat kita masih merasa harus memberikan judgement/opini, that's definetely ok! Tapi gue percaya, dengan memberikan jeda untuk membaca situasi, pendapat kita bisa disampaikan dengan cara yang lebih baik dan lebih efektif....ketimbang dengan menuliskan komentar negatif di media sosial.

I know it’s really hard to not judging, tapi akan lebih baik dan lebih efektif jika kita punya pengetahuan tentang the story behind what we have seen. Untuk bisa meminimalisir, atau mungkin lebih tepatnya membuat judgement yang lebih efektif, butuh latihan dalam waktu tertentu. Percaya, kalau kita tidak pernah memulai, kita gak akan pernah tahu hasil akhirnya. 

I'm still on my way to be more effective social media user. Pernah suatu saat gue hampir saja mau langsung bereaksi instead of try to understand what i have seen. Sekitar tahun lalu, di akun salah seorang penulis/entertainer yang banyak membahas isu plus-size dari Indonesia, sang pemilik akun mengunggah sebuah video singkat yang berisikan pesan kepada wanita bertubuh besar agar tidak lebay dalam berpakaian. Jujur saja, setelah melihat video tersebut gue agak terganggu dengan cara penyampaian pesan dari sang pemilik account. Kenapa? Karena isi pesan tersebut kontradiktif dengan pesan-pesan positif yang selalu dirinya share di media sosial hampir setiap saat. Setelah melihat video, gue langsung memberikan reaksi dengan men-klik kolom komentar dan menuliskan pendapat gue yang berlandaskan satu unggahan video. But then, i took my time to think: apakah baik langsung memberikan komentar tanpa berusaha tau alasan kenapa sang pemilik akun membuat video tersebut? Mungkin saja, memang itu cara dia berbicara....mungkin saja, itu hanya bercanda. Setelah berfikir sejenak, i hit the back button and leave her page....dengan pemikiran bahwa it's not effective to be angry or saying bad words for something that i dont really understand. (Meskipun pada akhirnya ada orang yang berpendapat sama dengan gue memberikan komentar sih di unggahan tersebut :p )


Since then, I believe that by doing this, our life will be more useful...lebih berfaedah....dan menjadi lebih bahagia. Nilai tambahnya lagi, dengan mulai memahami apa yang kita lihat di media sosial, kita juga berkontribusi pada kebahagiaan orang lain. No more hate is very possible if we can control ourself in judging others.


No comments:

Post a Comment