Saturday, September 5, 2015

Being Plus-Size Woman: I Decide to Take Care of My Body. How About You?

Hampir tiga bulan lamanya tidak menuliskan pemikiran-pemikiran gue seputar life as plus-size woman maupun menceritakan kejadian-kejadian menarik dalam kehidupan gue. Memasuki masa dimana bulan berakhiran -ber, yang berarti semakin dekat dengan tahun yang baru. Resolusi baru sepertinya harus mulai disusun dari saat ini, well it sounds to ambitious, right?. Selain mempersiapkan apa saja yang harus diperbaiki di tahun yang mendatang, perlu juga rasanya melihat setengah tahun belakangan ini agar kita tahu sudah berapa banyak waktu yang kita habiskan percuma maupun untuk hal-hal yang bermanfaat. 

Di awal tahun, gue sempat menargetkan untuk bisa mengurangi berat badan beberapa kilogram dengan harapan tahun depan bisa menggunakan salah satu kebaya favorit yang dibeli pada masa akhir SMP untuk wisuda nanti (semoga tahun depan bisa beres kuliah! Aamiin). Namun, masih padatnya perkuliahan mendorong gue untuk melupakan keinginan untuk mengurangi berat badan dan menggantikannya dengan fokus mempertahankan kondisi akademis gue. Banyaknya tugas, kegiatan organisasi, dan kepanitiaan membuat gue jadi meninggalkan kegiatan lari pagi yang di tahun 2014 menjadi kegiatan wajib setiap minggunya. Saat bulan puasa, Alhamdulillah berat badan bisa berkurang dari 84 kg menjadi 81 kg. Setelah lebaran, berat badan gue bergerak tidak stabil antara 81kg hingga 83.3 kg. Kondisi makin diperparah karena selama masa penelitian 14 hari di daerah Lebak, Banten. Meski asupan makan gue rasa tepat yaitu tiga kali sehari, namun mengkonsumsi nasi pada ketiga waktu makan berhasil menaikkan berat badan gue...entah jadi berapa kilogram. Gue hanya bisa merasakan tubuh menjadi semakin berat. Kondisi badan yang terasa semakin berat itu membuat gue merasa kurang fit begitu pulang ke Jakarta. Dua hari setelah kepulangan, asma gue kambuh. Setelah kurang lebih 15 tahun gak pernah menggunakan inhaler ketika serangan asma, tahun ini rekor itu runtuh begitu saja. Di hari itu, gue yang berniat berkonsultasi ke dokter malah dibawa ke ruang UGD oleh dokter itu sendiri untuk langsung menemui mesin uap kesayangan itu. 

Kondisi-kondisi tersebut 'menampar' gue. Kesehatan menjadi prioritas utama untuk dijaga. Jujur aja, gue kapok harus kembali bertemu dengan asma. Kenapa? Karena artinya gue gak bisa mendonorkan darah dalam waktu dekat dan gue harus banyak menghabiskan waktu di rumah untuk istirahat (sedangkan mood gue lagi pengen jalan-jalan!). Akhirnya, dengan dukungan orang tua serta jadwal kuliah yang makin berkurang tiap minggunya, gue mendaftarkan diri (lagi) untuk berolahraga di salah satu fitness center di Cinere (i bet you know where is it). Selain untuk mengisi waktu senggang, keputusan itu gue ambil karena gue merasa meskipun memiliki badan besar (either karena berat badan atau karena keturunan), kita harus tetap menjaga kesehatan. Sejumlah postingan model plus-size favorit gue menjadi motivator. Dulu gue berfikir bahwa model-model atau fashion blogger bertubuh plus itu identik dengan tidak berolahraga. Namun, setelah men-follow Denise Bidot, Nadia Aboulhosn, Ashley Graham, dan Tess Holiday di Instargam, gue sadar bahwa pemikiran itu SALAH BESAR! Keempat role models itu rajin berolahraga untuk menjaga stamina dan kondisi fisiknya. Tess Holiday yang tubuhnya berukuran 22-pun rajin berolahraga! Artinya kondisi fisik yang bisa dibilang besar itu bukan halangan untuk tetap ingat dengan kesehatan dan berolahraga. Have you ever visited @biggalyoga on instagram? Kalau belum, rasanya wajib untuk dikunjungi bagi mereka yang bertubuh plus dan mencari inspirasi untuk berolahraga. Valerie Sagun (@biggalyoga on ig) memang memiliki tubuh besar, gue sendiri melihat tubuhnya memiliki banyak bagian yang berlemak, namun tubuhnya sangat fleksibel dan ia dapat melakukan berbagai gerakan yoga yang bagi gue pribadi rasanya mustahil untuk dilakukan. 

hahstag 'rolemodel'

Keberadaan media sosial berbasis gambar atau video seperti YouTube, Instagram, dan Snapchat, menjadi media untuk membuktikan besarnya tubuh seseorang tidak selalu berbanding lurus dengan stereotype yang ada. Dalam sebuah artikel ilmiah tentang body image, masyarakat barat (white people, mostly) memiliki pandangan bahwa tubuh besar menggambarkan sifat malas, rakus, dan jahat. Pandangan tersebut semakin berkembang dan ikut diyakini oleh banyak masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda, sehingga menjadi suatu ukuran penting dalam menilai orang lain. Padahal, hal tersebut belum tentu benar dan teruji karena pada dasarnya setiap manusia itu memiliki keunikan yang membedakan dirinya dengan diri orang lain. Buktinya, ya... dapat dilihat dari model-model, fashion blogger, maupun penggiat olahraga yang bertubuh besar, yang kini makin ter-expose oleh media. Ukuran tubuh kini (perlahan tapi pasti) tidak lagi menjadi standart untuk menilai sifat individu maupun kelompok. 

Terinspirasi dari mereka yang bertubuh besar dan percaya diri membagikan sepotong gambar kegiatan olah raga lewat media sosial, gue-pun mengambil bagian dalam upaya mematahkan stereotype yang ada tentang wanita atau pria bertubuh besar lewat ikut menjaga tubuh dan kesehatan. Bergabung ke salah satu fitness center memberikan gue peluang untuk memilih kegiatan olah raga seperti apa yang dirasa menyenangkan dan membuat diri gue nyaman. Adanya sejumlah kelas seperti zumba, yoga, aerobic, body combat, dan sebagainya menjadi pilihan utama gue dalam menjaga kondisi tubuh. Meskipun belum ada hasil yang signifikan setelah kurang lebih tiga minggu rajin mengikuti kelas-kelas di fitness center tersebut, ada perasaan lebih bahagia dan lebih bisa fokus karena aliran oksigen di tubuh menjadi lebih terdistribusi secara merata. Tubuh juga merasa lebih ringan meskipun ketiga gue melihat timbangan, kerap kali mencapai angka 85 kg (gue percaya kenaikan berat badan adalah proses mendapatkan tubuh yang lebih baik #bukanngeles). Semoga saja tujuan gue untuk menjadi lebih sehat dapat terwujud. Kalau berat badan bisa berkurang, gue anggap sebagai bonus. 

#mirrorselfieatthegym 

So, people...tubuh besar lagi-lagi tidak selalu berarti mereka merasa malas menjaga diri dan juga bukan menjadi alasan untuk tidak menjaga kesehatan jiwa dan raga. This is the time for us to break the stereotype!



Selamat berolahraga!

Weekly Obsession:
Beside Zumba class, i get addicted with bracelet, especially ropes bracelet that i bought from @folkstore.id on instagram. With very affordable price (16.000IDR or equal with 1.13USD), i can get 2 ropes bracelets. Interested? Go follow 'em on instagram and pick your favorite accessories!

Ropes bracelet as friendship bracelet? why not!
Their latest collection. Grab yours now!





No comments:

Post a Comment