Monday, November 28, 2016

Not His Story: Gogirl! Pop Up Class 2016

Menulis artikel feature itu sama kayak bikin skripsi: gak sebatas hanya menuangkan ide tapi butuh research data yang relevan dan membuat kerangka supaya isi artikelnya gak berlebihan, gak sebatas menarik tapi juga memberikan pemahaman buat pembacanya.
- me

credit: Gogirlmagz.com

Quote di atas gue ambil dari catatan yang gue tulis saat ikutan Gogirl! Pop Up Class di Maxx Coffee, Lippo Mall Kemang, kemarin pagi. Ini adalah kali keempat Gogirl! Mengadakan Pop Up Class dengan berbagai topik yang menarik untuk diikuti. Gue sendiri sebelumnya sudah pernah ikutan salah satu Pop Up Class tahun 2015 lalu, yaitu kelas layout for dummies bersama Managing Editor Gogirl Magazine (yang sekarang  berprofesi sebagai manager), Mbak Yenni Kartika. Begitu tau ada Pop Up Class yang gak terlalu jauh dari rumah, gue langsung daftar dan meracuni Monica, my plus-size buddy, untuk ikutan. Di Pop Up Class kali ini, ada empat kelas yang ditawarkan oleh Gogirl: DIY, Flatlay, Writing, and Beauty class. Gue langsung memilih writing class karena gue penasaran proses tim Gogirl! Magazine dalam mengelola ide sampai akhirnya menjadi artikel yang selalu menarik, informatif, dan inspiring setiap bulannya. I was soooo lucky to have Mbak Esnoe Metha, editor dari Gogirl Magazine, as the mentor during the writing class.



Feature article sendiri bisa dipahami sebagai suatu artikel yang sifatnya subjektif namun tetap didukung dengan fakta-fakta yang relevan. Tujuan utama dari penulisan artikel dengan jenis ini tidak hanya sebatas memberikan informasi saja, tapi juga mempengaruhi pembacanya. Banyak banget feature article di majalah Gogirl! yang berhasil membuat gue menjadi lebih paham atas suatu topik dan mengubah cara pandang gue terhadap suatu hal, yaa salah satunya terkait dengan body image issue yang sering gue bahas di blog gue ini. Nah, ketika pembaca artikel feature berhasil memperoleh informasi dan terpengaruh oleh tulisan tersebut, artinya penulis berhasil menyampaikan hasil pemikiran dan riset yang dilakukannya. 

Dalam menulis suatu artikel, baik di majalah atau untuk keperluan pribadi di blog, seringkali kita punya banyak sekali ide yang rasanya seru banget kalau bisa direalisasikan dalam bentuk tulisan. Namun kemudian, datanglah writer block yang bisa mengakibatkan kita menyerah dengan ide kita itu. Mbak Metha mengakui bahwa hal tersebut sering banget dihadapi tim Gogirl! Saran dari mbak Metha adalah langsung melakukan riset terkait dengan ide yang kita miliki itu. Write down your idea adalah hal yang perlu dan penting untuk dilakukan. Sama seperti menulis skripsi, kerangka penulisan juga dibutuhkan loh dalam membuat feature article! Tujuannya yaa lagi-lagi sama seperti skripsi: menjadi penentu apakah hasil riset kita relevan atau tidak sama ide yang kita punya. Yaaaa... gak salah dong kalau gue menyebut penulisan artikel layaknya bikin skripsi hehehe :p

Selain konten, hal-hal teknis juga harus diperhatikan, such as alur penulisan, kesalahan penulisan alias typo, bahasa yang digunakan, dan EYD. Hemm seems like i'm gonna need my old EYD book back to my desk. Penting juga untuk ask for second opinion untuk memastikan bahwa tulisan kita sudah dirasa tepat untuk dibaca oleh orang lain. 

Setelah mendapatkan penjelasan dari mbak Metha, ada sesi tanya jawab yang diakhiri dengan praktik menulis. Setiap peserta, yang berjumlah 25 orang, diminta untuk membuat artikel dengan tema personality sepanjang 500 kata dalam 60 menit. Gue sendiri sempat stuck begitu mendengar tema untuk praktik penulisan ini. Untungnya, para peserta bisa diskusi sama mbak Metha secara langsung. Awalnya, begitu mendengar tema untuk penulisan ini, gue mau membuat tipe-tipe personality pengguna social media. Tapi, setelah diskusi, gue memutuskan to talk about body insecurity. Rupanya, satu jam itu cepet banget loh berlalunya. Gue merasa, tulisan gue belum maksimal dan belum benar-benar jadi ketika harus dikirim ke e-mail mbak Metha. Tapi apa boleh buat, itung-itung pemanasan untuk menulis lagi setelah beberapa waktu sempat bingung mau menulis apa :p.

Setelah sempat istirahat sejenak sambil menikmati caramel machiatto dari Maxx Coffee, gue dan para peserta lainnya kembali ke lokasi workshop untuk pengumuman 4 artikel terbaik yang akan mendapat hadiah dan dipublikasikan tulisannya di website Gogirl! Tanpa gue duga, artikel yang gue tulis itu dipilih mbak Metha sebagai salah satu artikel terbaik di sesi writing! Alhamdulillah. I got a superb cute gift dan juga kesempatan untuk melihat tulisan gue di website Gogirl! Magazine! Senangnya!! Lumayan banget bisa nambah portfolio.



credit: Gogirl! Magazine Insta-Story

Dalam acara Gogirl! Pop Up Class kali ini, gue gak hanya dapat ilmu baru dan hadiah saja, tapi gue juga bertemu teman-teman baru! Selain Monica, my plus-size buddy, yang selama ini kontak-kontakan via media sosial (check out her OOTD journal on her Insta @mon_monce), gue juga berkenalan (and spent some times together) dengan Adel yang rupanya gemar mendokumentasikan makanan lewat foto-foto yang menarik banget! Silahkan main ke blog-nya AP'S Food Journal atau Instagramnya @adelinpricilia. Gue juga ketemu lagi dengan teman satu kampus, Nabila, yang sebelumnya pernah bareng ikut layout class dari Gogirl! tahun lalu (dan lagi-lagi, gak janjian buat ikutan kelas ini hehe :p).

Well, I have to say that last Sunday was well spent! Semoga bisa ikut Pop Up Class lainnya dari Gogirl Magazine!



Being a Plus-Size Women: Surround yourself with Positive Vibes

quote from Quotesgram.com


When I was in  high school, memiliki tubuh yang langsing selalu ada di resolusi gue tiap tahun. Untuk bisa memberikan tanda check di resolusi itu, gue melakukan berbagai hal, salah satunya adalah melakukan diet tanpa pengawasan yang baik. I stopped eating rice, as my form of diet, at night when I was 13 or 14 years old. Tapi, sebelum merasakan hasil yang gue inginkan, gue malah harus menemui dokter karena merasakan sakit yang luar biasa di bagian perut. Di saat itu lah gue tau bahwa lambung gue ada pada kondisi yang kurang baik dan langsung aja dong gue berhenti melakukan segala macam diet sampai detik ini daripada harus merasakan that kind of pain. 

Merasa insecure karena punya tubuh besar adalah salah satu bentuk 'penderitaan' yang harus gue tanggung karena gak mampu mendapatkan tubuh yang 'ideal' lewat diet makanan yang gue lakukan di masa itu. Pengaruh lingkungan sekitar dan peran media membuat gue merasa bahwa gue kurang cantik karena ukuran tubuh gue yang besar ini. Ada pemikiran bahwa 'ah udah pasti lah gue bakal jomblo terus' karena yaaa tubuh gue gak masuk dalam kriteria 'cewek idaman' para cowok yang gue suka di masa itu.

Meet my dearest besties, Dhyta

Rasa kekhawatiran 'tidak merasa cantik' mulai berkurang (atau mungkin lebih tepatnya teralihkan) ketika gue duduk di bangku SMA. Gue sangat bersyukur di masa SMA, yang konon katanya rasa insecure tentang tubuh lagi heboh-hebohnya, gue dikelilingi oleh orang-orang dengan aura positif. Salah satunya adalah sahabat gue, Dhyta. She's also a plus-size lady, tapi dia adalah bukti nyata bahwa ukuran tubuh gak menghalangi diri kita untuk do something great. Selama masa SMA, dia aktif di organisasi dan rajin banget ikut lomba debat dan pidato, yang tentunya membutuhkan rasa PD untuk bisa tampil di hadapan publik. Dia adalah salah satu role-model gue when it comes to confidence issue. 

Keberadaan media sosial, Instagram to be specific, juga banyak membantu gue untuk lebih PD meskipun punya tubuh yang cukup besar (tinggi 162 cm dengan berat badan 85 kg!). Dengan mengikuti akun-akun yang menebarkan pesan-pesan positif seputar body image issue, gue merasa terbantu untuk terhindar dari rasa insecure about my body. Selain itu, I also try to connect with fellow plus-size women in Indonesia (and also another country) supaya bisa terus termotivasi untuk hidup dengan positive vibes. 

Setelah melakukan refleksi, gue paham bahwa untuk terhindar dari rasa khawatir tentang body image, penting untuk bisa mengalihkan pikiran-pikiran negatif yang dapat mengganggu produktifitas kita. Ada loh orang yang karena punya tubuh besar jadi semakin malas atau tidak produktif karena merasa gak PD untuk do something. Kalau kita terus menerus dipengaruhi oleh negative vibes, upaya untuk mencintai diri sendiri dalam rangka menjauhkan diri dari insecurity bakal sulit tercapai. That's why you need to surround yourself with positive vibes. You can get the positive vibes from people around you, or from social media (just like what I do). 

Untuk me-maintain aura positif tersebut, gue percaya bahwa kita gak hanya sebatas menerima pengaruh positif saja tapi juga memberikannya kepada orang-orang di sekitar kita. Ada banyak cara untuk memberikan aura positif. Gue pribadi memilih untuk menggunakan hobi gue: writing articles on my blog and post some #OOTD photos on my Instagram. 

Alhamdulillah, ada  tanggapan yang positif dari beberapa orang; mulai dari keluarga, teman-teman di kampus, bahkan orang-orang yang gue tidak kenal dalam keseharian gue. In fact, dengan berinteraksi dengan fellow plus-size women di media sosial, gue malah dapat sejumlah teman baru yang bisa diajak sharing tentang body image, saling berbagi rekomendasi tentang tempat belanja pakaian berukuran besar, bahkan sampai ngobrolin soal cowok! 

Meet my fellow plus-size buddy, Monica
Salah satu plus-size women yang gue kenal dari upaya gue berbagi positive vibes adalah Monica. Awalnya gue menemukan Instagramnya dari hasil eksplorasi hashtag yang plus-size related. Setelah ngobrol-ngobrol via comment di Instagram, gue baru inget bahwa dia pernah blogwalking dan menuliskan komentar di blog gue! Dari situ kita keep in touch via Line and we decided to meet sambil ikutan feature writing workshop di acara Gogirl! Pop Up Class (will give you the review soon!). Senang rasanya bisa mendapatkan teman baru dengan ketertarikan yang serupa lewat berbagi positive vibes di media sosial. 

Sepenggal cerita dari gue ini semoga bisa memberikan gambaran bagaimana orang-orang di sekitar kita itu punya pengaruh terhadap diri kita dalam berbagai aspek, salah satunya adalah tentang body image. To live with less insecurity about our body, kelilingi hidup kita dengan orang-orang dan hal-hal yang positif agar kita bisa terus belajar untuk mencintai diri sendiri. In the end, kita bisa menjadi individu yang lebih produktif tanpa harus selalu khawatir (dan bahkan dibatasi) oleh kondisi tubuh kita. 

Semoga bisa membantu kalian yang merasa insecure tentang tubuh kalian! Remember, you're worth it no matter what size you are!

Sunday, November 6, 2016

Recommended by Her: Supply for My Addiction on Stationery

Since I was little, setiap masuk ke toko buku untuk belanja stationery supply for school selalu ada kebahagiaan tersendiri . Mulai dari memilih buku tulis dengan cover yang lucu-lucu, mencari pensil atau ballpen yang terlihat menarik, menentukan tempat pensil yang cukup untuk semua peralatan tulis menjadi kesenangan sendiri. Lebih bahagia lagi kalau bisa menenteng hasil belanjaan keluar dari toko buku :p Sampai sekarang, setiap ke toko buku, gue selalu sempatkan ke bagian stationery. Entah hanya sekedar cuci mata sampai beli alat tulis yang sebenarnya gak butuh-butuh amat tapi terlalu sayang untuk dilewatkan. 

Stationery, atau 'alat tulis' dalam bahasa Indonesia, selalu gue jadikan motivasi untuk bisa produktif saat belajar atau beraktivitas. Pada saat masa-masa kuliah, setiap semester gue pastikan akan ada buku catatan yang berbeda-beda dan sejumlah sticky note sebagai penyemangat. Salah satu permasalahan yang kerap gue hadapi adalah ketika mengunjungi toko buku, stationery yang tersedia kelewat pasaran atau kurang menarik. Nah, pada kali ini, gue mau merekomendasikan beberapa stationery store, online and offline, yang cukup bisa memenuhi my addiction on stationary.

SCOOP
Di Indonesia, toko ini termasuk andalan gue untuk mendapatkan stationery yang lucu-lucu dengan harga yang cukup masuk akal. Biasanya, gue ke toko ini untuk mencari blank card dengan cover yang lucu-lucu dan kertas surat untuk mail exchange dengan sejumlah sahabat pena gue. Kalau jaman gue SD, di toko buku semacam Gramedia masih banyak banget kertas surat yang lucu-lucu, tapi belakangan design yang ditawarkan agak norak *sorry :p* jadi gue lebih prefer untuk main ke SCOOP. Selain kertas surat dan blank card, my favorite stuff yang suka gue beli di SCOOP adalah sticky tab-nya. One of my best buy is the Pantone Color Sticky Tab dengan shades ungu! Kalau di sini, umumnya gaya dari produk-produk yang di tawarkan lebih ke shabby chic. Tapi jangan khawatir, kalau teliti ngubek-ngubek toko, pasti dapat barang-barang lain yang gak kalah keren dengan style yang beda. 
Salah satu notebook that I got on SCOOP


TYPO

Kalau mengunjungi Singapura, ini toko wajib buat gue simply because this shop is my (stationery) heaven. Setiap periode, toko stationery yang berasal dari Australia (dan bersaudara dengan clothing store COTTON ON dan sepatu RUBI) ini rutin mengganti tema toko dan produk-produknya, jadi there's always something new on this shop. Gue pertama kali tahu toko ini pada tahun 2014 setelah googling for some interesting store to shop in Singapore untuk kunjungan ke tiga gue ke negeri singa tersebut. Dari segi harga, kalau di rupiahkan, memang agak pricey sih tapi reasonable banget. Lagipula, setiap saat akan selalu ada promo-promo menarik. Misalnya aja 3 notebook ukuran A5 dengan cover yang sangat sangat sangat sangat lucu dijual dengan harga S$12 , padahal harga satuannya adalah S$5. Items favorite gue di toko ini adalah PLANNER! Sebagai individu yang selalu berusaha merencanakan sesuatu, planner adalah senjata utama gue dan TYPO punya banyak opsi planner yang bisa gue pilih. Harga planner-nya sendiri mulai dari S$12-S$17. Selain planner, gue suka banget sama pilihan notebook mereka karena cover design-nya. So far, produk TYPO favorite gue adalah A6 planner mereka di tahun 2014. 

My stuffs from TYPO

SAYANGNYA, TYPO belum ada toko di Indonesia (padahal saudara-saudaranya sudah...hiks). Jadi buat kita yang ada di Indonesia, bisa belanja online ke website mereka (click here) atau Pre-order lewat sejumlah online shop yang ada di Instagram. Bisa juga titip keluarga atau teman yang berkunjung ke Australia, Singapura (my favorite TYPO store located in Bugis Junction) , Malaysia, Thailand, atau Dubai karena TYPO sudah buka toko di negara-negara tersebut. 

NOTED
Kalau SCOOP dan TYPO adalah dua toko yang offline, NOTED adalah toko stationery online yang jadi pilihan gue untuk mendapatkan personalized notebook and planner. Di online shop ini, ada banyak banget cover design, mulai dari yang patterned sampai yang handwriting, dan insert, mulai dari blank, ruled, daily/monthly planner, financial planner, sampai buku amaliah Ramadhan ada di NOTED. Harganya juga terjangkau banget! Mulai dari Rp 18.000,00 - Rp 38.000,00. Udah terjangkau, banyak banget diskon yang diberikan oleh sang owner. Selain itu, kita bisa menentukan apakah notebook/planner kita mau di personalized dengan nama atau inisial kita di cover bukunya. Untuk ukuran bukunya, tersedia dalam dua jenis: regular size (4.7"x6.7") atau midori size. Selain buku tulis dan planner, NOTED juga menjual isi binder berupa daily/weekly planner dan financial planner loh! Oh ya, kalian gak perlu khawatir pesanan kalian akan rusak saat pengiriman, karena setiap pesanan kita akan diberi bubble wrap untuk memastikan kondisinya tetap baik saat kita terima. Totalitas banget kan?! 

NOTED products that I have


Gue sendiri sudah punya tiga ruled regular size notebook dari NOTED. Buku pertama dan kedua adalah sahabat gue pas skripsian kemarin. Untuk buku ketiga, which is from their latest collection called Black and Gold series, rencananya mau gue gunakan untuk kerja (when I get it of course :p). Meski gue baru punya tiga notebook dari NOTED, gue udah lupa berapa kali belanja di online store ini karena memang produk mereka bisa banget dijadikan hadiah buat orang-orang terdekat. Check out their products on @HelloNoted

WHAT PIXIE SEES
last but not least, online shop dengan nama WHAT PIXIES SEES. Pertama kali tau online shop ini kalau gak salah dari Instagramnya Ucita Pohan yang sempat berkolaborasi untuk notebook series. What I love about their product is the cover. Juara banget design cover nya! Kesukaan gue adalah The Note Series dimana ada judul film-film ternama yang diganti salah satu katanya dengan 'note', seperti STAR WARS menjadi STAR NOTE, A WALK TO REMEMBER menjadi A NOTE TO REMEMBER, dan masih banyak lagi yang lainnya. Semua notebook yang dijual oleh WHAT PIXIE SEES adalah blank notebook, cocok banget buat yang suka gambar-gambar di kala senggang. 

Selain notebook, WHAT PIXIE SEES juga menjual postcard dan greetings card dengan desain yang gak kalah keren dari notebook-nya. Untuk harga juga SANGAT TERJANGKAU karena semua produk harganya dibawa Rp 30.000,00! Murah kaan? WHAT PIXIE SEES juga sering muncul di sejumlah bazaar. Biar gak ketinggalan update dari online store satu ini, go follow @Whatpixiesees on Instagram!
A6 Notebooks from WHAT PIXIE SEES


Nah itu empat stationary store yang bisa jadi rekomendasi kalian untuk memenuhi adiksi serupa dengan apa yang gue miliki, hehehe. Lemme know if you have another stationary store to recommend on comment section! Semoga membantu upaya pencarian kalian!

Wednesday, November 2, 2016

Being a Plus-Size Women: Tips Berpakaian untuk Wanita bertubuh Besar


Wanita bertubuh besar gak bisa tampil stylish? Siapa bilang?!

Kalau kalian sudah membaca tulisan gue "Recommended by Her: 9 Stylish Instagram Account for Plus-Size", pasti bisa melihat bahwa sudah banyak wanita bertubuh besar yang gak kalah stylish sama mereka yang bertubuh langsing. Tapi memang, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam hal berpakaian, wanita (dan pria) bertubuh besar kerap mengalami kesulitan, baik kesulitan untuk mengumpulkan rasa percaya diri maupun mencari ukuran pakaian yang sesuai dengan tubuh.

Sebagai wanita yang masuk dalam golongan bertubuh besar (i'm 84 KG at this moment and always wear size 16 to 18 or XXL), gue mengalami kesulitan-kesulitan tersebut. Ketika berkunjung ke toko pakaian, ada model baju yang saya suka karena sedang 'in' tapi ya masalahnya cuman satu: ketersediaan ukuran buat saya. Giliran ada pakaian yang ukurannya pas, modelnya yang terlalu tua atau biasa aja. Gak enak juga ya punya badan besar :(

Keberadaan sejumlah online store yang menjual pakaian berukuran besar dan kemunculan sejumlah plus-size fashion bloggers and instagrammers adalah anugrah serta jawaban bagi gue dalam hal berpakaian. Gue banyak mendapat inspirasi gaya berpakaian yang tetap terlihat keren meskipun digunakan oleh sosok bertubuh besar ini. Selain dari para plus-size fashion bloggers and instagrammers, gue juga cukup termotivasi untuk lebih pd lewat sejumlah akun yang mempromosikan body positive.

Gue juga memperoleh rasa PD dari feedback orang lain, baik yang dikenal in real life maupun di dunia online. Dari feedback mereka, gue seakan-akan memperoleh support dari mereka. Di sini gue sadar bahwa memang sudah kewajiban bagi para wanita untuk saling support satu sama lain. Kemunculan akun-akun body positive juga sebenarnya bentuk support yang berarti banget bagi para wanita (dan pria) yang merasa 'malu' dengan ukuran tubuhnya yang cenderung besar.

Gue bukan ahli  fashion, tapi berdasarkan pengalaman gue pribadi, ada beberapa hal yang rasanya penting untuk dipahami dan diyakini para wanita bertubuh besar yang masih suka gak PD kalau berpakaian.

1. Don't be afraid to try. Karena dengan mencoba, kita jadi tau do and don't versi kita sendiri. Misalnya aja nih, dari pengalaman gue, baju dengan garis horizontal tuh gak cocok untuk badan besar seperti gue. Tapi karena gue keburu naksir sama satu baju dengan garis horizontal, gue coba aja dulu. Pas dipakai, terlihat fine-fine aja. Jadi apa yang dinilai sebagai don't bagi orang lain, belum tentu berlaku juga buat kita.
2. Utamakan rasa nyaman. Mau pakai baju apapun kalau bikin risih, pastinya ganggu juga kan? Gue pribadi mengutamakan nyaman dalam berpakaian. Nah supaya gak stuck di satu gaya berpakaian, trial dan error itu bisa bantu kita buat meningkatkan level nyaman dalam menggunakan suatu outfit.
3. Ask (and give) for feedback. Meski berpotensi bikin kita insecure, bahkan jadi gak PD, minta pendapat orang lain itu bisa bantu kita terhindar dari berpakaian yang berlebihan. Tau sendiri doong di Indonesia ada banyak banget batasan yang muncul dari nilai dan norma yang ada di Masyarakat. Butuh waktu untuk membiasakan masyarakat di sekitar kita untuk melihat sesuatu yang berbeda. Ada baiknya kita gak cuman take advice or feedback aja, tapi juga gantian memberi feedback kepada orang lain yang punya isu serupa. Kan memang sudah seharusnya para wanita saling support, right? Oh ya, pastikan penyampaiannya yang tepat yaaa jangan sampai dirasa seakan-akan men-judge orang lain.
4. Be yourself. Kita emang diciptakan dan ditakdirkan berbeda dengan orang lain. Boleh saja terinspirasi oleh gaya orang lain, tapi tetap sesuaikan dengan diri kita sendiri karena pakaian yang kita pakai itu 'meneriakkan' diri kita kepada orang lain.

In case you need some inspirations in dressing up, kalian bisa follow akun-akun yang gue rekomendasikan di postingan sebelumnya dan juga check my Pinterest board here.






what I wear
Army Parka by LifeFlowerShop (instagram)
Unbranded Sleveless Shirt
Jegging by Dauky
Blue Sneakers by American Eagles by Payless