Showing posts with label Not His Story. Show all posts
Showing posts with label Not His Story. Show all posts

Saturday, July 15, 2017

Women in Tech? Why Not?!

Did you know that the very first programmer is a woman?

Yes, it was Augusta Ada Lovelace. She was considered as the first person on earth who write instruction for the very first computer in the mid 1800. If you think I made it up, you need to visit library (or google) more often. Surprised? 

Meskipun diciptakan oleh seorang wanita, programming (dan IT in general) masih cukup identik dengan kaum Adam. Di dunia kerja-pun, wanita yang menjadi seorang programmer atau pakar IT masih dapat dihitung jari. Ada yang bilang, alasannya karena wanita lebih sering berfikir dengan hati instead of logic. Sedangkan karena pria berfikir dengan logika, maka dunia IT lebih cocok untuk para pria. Katanya sih begitu....

But I don't think that all of the participant of Girls in Tech Workshop agree with that stereotype. Earlier today, puluhan wanita berkumpul di Kudo Auditorium, daerah Radio Dalam, Jakarta Selatan, untuk bersama-sama menambah skill IT lewat kelas Be A Digital Pro: Intro to Web Design yang diselenggarakan oleh Girls in Tech Indonesia

Wednesday, May 31, 2017

#InternLyfe at Unilever Indonesia

It does not matter how slowly you go so long as you don't stop - Confucius

I live with that quotes for the last 5 years. It reminds me to make peace with failure and to keep moving on....just keep swimming, dory said. At first, I thought accepting the offer to work as intern in Unilever Indonesia was a step back. I mean....when almost everyone that I know already got a job as staff, I work as intern! But thanks to that quote, I gained my confidence and never regret the decision I made to work as intern in the biggest FMCG in Indonesia.


HR Indonesia Team with Unilever CHRO, Leena Nair

Before telling you about my #internlyfe in Unilever, let me start with the story on how did I become intern for Unilever Indonesia.

Wednesday, May 3, 2017

Not His Story: Powerful Women, Unite!

".....when we grow up, we may think that we're the only person with the problem we face and no one can help us but ours. But the truth is, to find the answer on our problem, we have to meet other people and seek for solution from their experience..."

Statement di atas adalah rangkuman yang gue buat dari apa yang telah disampaikan oleh Sophia Amoruso, the woman behind Nasty Gal and the 'Girl Boss' book, pada saat acara Resonation hari Sabtu yang lalu (29/4). Sebagai salah satu pembicara yang cukup dinanti-nanti dalam acara Resonation 2017, Sophia Amaruso banyak berbagi pengalaman hidupnya. Tidak hanya sebatas membahas pengalamannya dalam mendirikan salah satu perusahaan retail yang cukup ternama di Amerika, Nasty Gal, tetapi juga pengalamannya dalam mencari 'The Right Guy'. Satu pesan yang cukup melekat diingatan gue terkait dengan love life adalah, 'find someone that going to be 'on' because of your ambition...if he's going to be, then he's the one'. 



Kisah dan pesan-pesan menarik dari pengalaman hidup seorang Sophia Amoruso tentunya tidak pernah akan gue peroleh kalau gue tidak datang ke Resonation 2017, a women empowerment conference, yang berlangsung di The Kasablanka hari Sabtu, 29 April 2017 yang lalu. Dengan mengusung tema What's Stopping You, Resonation yang digagas (salah satunya) oleh Nina Moran, one of the fearless sisters behind my favorite magazine, GoGirl!, menjadi ajang bertemunya para perempuan untuk bisa saling berbagi pengalaman, berbagi cerita, dan saling mendukung untuk mewujudkan wanita-wanita Indonesia yang berdaya. Acara yang dimulai pukul 8 pagi hingga pukul setengah 6 sore itu terdiri dari sejumlah kegiatan, mulai dari acara hiburan, talk show dengan sejumlah inspiring women (and men!), hingga sharing session yang menjadi kegiatan favorit gue.

Sunday, January 1, 2017

Not His Story: What 2016 Had Done to (and Taught) Me!

Happy New Year 2017! 
Alhamdulillah masih diberikan kesempataan untuk bernafas sama Tuhan hingga dapat merayakan pergantian tahun lagi kali ini. How's your new year eve? I spent my night with my big family and i couldn't ask for more. Semoga saja tahun 2017 lebih baik dari sebelumnya, Aamiin.

Tahun 2016 telah banyak memberikan kenangan dan pelajaran yang menarik sekaligus penting untuk kehidupan gue, mulai dari ngurusin skripsi, mencari kerja, jalan-jalan bersama orang-orang yang gue sayang, sampai akhirnya ditutup dengan pengalaman menjadi seorang anak magang di salah satu perusahaan yang terbilang cukup besar di Indonesia. Bisa dibilang, tahun 2016 membuat hidup gue lebih dinamis. Setelah beberapa hari kemarin  menyempatkan diri untuk merefleksikan hidup di satu tahun belakangan ini, gue menemukan ada beberapa aspek dalam kehidupan gue yang 'diotak-atik' oleh tahun 2016 dan menghasilkan pelajaran penting as my guidance to survive in 2017. And I guess it's time for me to share what 2016 had done (and taught) to you...siapa tahu bisa jadi pembelajaran juga ;) Here we go!

1. On Health
2016 bisa dibilang tahun pengujian akan kesehatan gue. Setelah beribu-ribu tahun gue gak menggunakan inhaler untuk mengatasi asma, tahun ini rekor itu pecah lewat beberapa kali serangan asma di tahun 2016. Bagi yang mengikuti gue di media sosial, pasti tahu bahwa gue cukup sering menghabiskan waktu di gym (meskipun gak rutin). Logika sederhananya sih, kalau sering berolahraga penyakit asma harusnya bisa teratasi. Tetapi kenyataan menunjukkan hal sebaliknya. Selain asma, di akhir tahun 2016 gue harus menghadapi demam tifoid dan flu berat yang membuat gue gak konsen kerja dan merasa cepet banget capek.

Awalnya gue berfikir ini karena gue kurang olah raga, kurang gerak. Tapi setelah difikirkan lagi, setiap gue sakit, baik asma, tifus, ataupn flu, gue pasti sedang ada dalam kondisi banyak pikiran.At that point, i learn about the importance of balancing mind and body. Pikiran kita itu sangatlah kuat. Ketika pikiran-pikiran negatif mendominasi, tubuh kita juga akan terpengaruh oleh hal tersebut. Akhirnya jadi lebih rentan untuk terkena penyakit dan mengganggu produktifitas kita. Meskipun sudah rajin olah raga, menjaga makan, atau minum vitamin, tubuh kita akan tetap rentan kalau pikiran kita tidak dijaga untuk stay positive. I understand how hard it is to manage the positive mind, tapi hasil gak akan menghianati prosesnya.

Belajar dari apa yang tahun 2016 lakukan pada kesehatan gue, I want to pay more attention on my health this year by live with positive mind to make a positive body in 2017. Semoga saja serangan-serangan asmara di tahun 2017 ini tidak terjadi seheboh tahun lalu.

2. On Being Confident
Bisa dibilang, tahun 2016 banyak mengajarkan gue seputar how to love my body even thought I don't have Kendall Jenner's body. Gue semakin paham bahwa tubuh dengan bentuk dan ukuran apapun itu bukanlah penghalang untuk menjadi sosok yang percaya diri. Gue banyak belajar lebih banyak tentang hal tersebut di tahun 2016 setelah berbincang langsung dengan tiga orang plus-size influencers yang gue ikutin di media sosial; Irene Tanudibroto, Annissa Mawinda, dan Aditira, untuk skripsi gue. Selain dari ketiga sosok inspiratif (dan stylish!) tersebut, gue juga banyak belajar dari sesama plus-size yang gue kenal lewat Instagram setelah gue sering menulis seputar life as plus-size women in Indonesia di blog dan mengunggah foto-foto OOTD di Instagram.

Meski merasa lebih PD tentang tubuh, gue menyadari bahwa tingkat kepercayaan diri gue masih harus lebih ditingkatkan dalam lingkup pekerjaan. Gue merasa masih kurang PD untuk mengungkapkan pendapat ataupun ide-ide dalam pekerjaan. Asumsi gue karena masih belum terbiasa dengan dunia kerja.

In 2017, I would like to maintain my confidence level and also bring it to another level, which is the professional one. Hopefully, it could help me to excel my role in professional environment, Aamiin.

3. On Expanding My Network
Sejak awal tahun 2016, gue diberikan Tuhan banyak kesempatan untuk bisa mengenal orang-orang hebat lewat berbagai event. Misalnya saja di akhir Januari, gue berkenalan dengan sejumlah mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia yang mendapat undangan untuk ikut dalam acara Asean Career Fair with Japan di Singapura. Lalu gue bisa sharing dengan para plus-size influencers seperti Irene, Annissa, Tira, Intan Kemala Sari, dan mbak Ririe Bogar, baik secara langsung maupun secara online. Gue juga bisa berkenalan dengan sesama plus-size dan akhirnya jadi teman baik. Selain itu, gue berkesempatan untuk masuk ke tahap 'Assessment Center' untuk Unilever Future Leader Program (MT-nya Unilever) dan berkenalan dengan sejumlah kandidat yang keren-keren dari segi experiences-nya. Gak hanya itu, di penghujung tahun 2016, gue berkesempatan merasakan magang sampai bulan Mei mendatang di Unilever. Tentunya kesempatan itu memberikan akses untuk gue to expand my network lewat bekerja dengan orang-orang hebat di divisi Human Resource. 

Di tahun 2016 ini, gue berusaha untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan (meskipun ada sih satu hal yang gue sia-siakan dan menimbulkan penyesalan mendalam) untuk bisa menambah networking dan belajar dari pengalaman mereka. Harapannya, di tahun 2017 gue bisa menambah network gue dan belajar lebih banyak lagi dari orang-orang hebat lainnya to help me achieve my dream.

4. On Chasing My Dream
Di akhir tahun 2016, gue menyadari there's million way to make my dream come true, as long as you don't stop exploring things. Saat lulus kuliah, gue langsung mendaftar di sejumlah perusahaan media supaya keinginan gue menjadi seorang reporter yang could produce inspiring articles bisa terwujud. Namun sayang, sepertinya Tuhan belum mengizinkan gue untuk bekerja di perusahaan media saat ini.

Awalnya gue sedih, namun gue menyadari bahwa bekal gue untuk menjadi seorang jurnalis masih terbatas, dan kesempatan untuk magang di Unilever yang gue jalani saat ini sebenarnya menjadi cara Tuhan untuk menunjukkan bahwa I can be a journalist through another way. Di Unilever posisi gue memang gak ada sangkut pautnya dengan media, tapi gue bisa belajar banyak dari sejumlah pekerjaan yang telah, sedang, dan akan gue lakukan selama program magang sebagai bekal menjadi seorang jurnalis yang baik di masa yang akan datang.

Hopefully, I can learn a lot from my current position and make my dream comes true this year. I also hope to still got a chance to explore more doors to another great opportunity that will be useful for my life, personal and professional. Aamiin.


Tahun 2016 telah memberikan gue setidaknya empat pelajaran berharga yang menjadi bekal hidup gue di tahun 2017. Thank you for all ups and downs, for all laugh and tears, for everything my dear 2016. Let's start 2017 by saying Bismillah!

See you on the next post!





Thursday, December 22, 2016

Not His Story: Mother, The Real Superhero!

It's been a while since my last post, maafkan saya huhuhu. Since the first day of December, gue mulai mendapatkan kesibukan baru, which is working as intern untuk salah satu perusahaan di daerah Gatot Subroto. Sebetulnya sih pekerjaannya tidak sesibuk itu, but I spend most of my time on the road....

Kesibukkan baru gue ini cukup banyak menorehkan cerita dan suatu sudut pandang baru untuk gue, meskipun baru gue jalani selama 2minggu+. Sudut pandang itu memberikan gambaran nyata tentang perjuangan seorang ibu yang juga meniti karir....like what my mom does.

My mom isn't a stay home mom, sejak gue lahir (bahkan jauh sebelum itu) beliau bekerja sebagai pegawai swasta di berbagai perusahaan (tentunya gak dalam satu waktu hehehe :p). Gue tahu bahwa beliau sangat bekerja keras dan banyak berkorban untuk dua perannya tersebut, tapi semenjak menjalani kesibukkan sebagai intern, gue mulai paham perjuangan beliau. 

Selama kurang lebih 10 tahun belakangan ini, nyokab bekerja di daerah sekitar Sudirman yang membutuhkan sekitar 1.5-2 jam perjalanan dr rumah. Melihat banyaknya waktu yang habis di luar rumah untuk bekerja, gue tetap merasa bahwa she always have time for me and for the family. Dalam dua minggu bekerja, si anak baru ini sudah merasa agak kewalahan membagi waktu....dan di titik itulah gue mulai paham betapa besarnya perjuangan dan pengorbanan nyokab gue selama ini. Bekerja from 9 to 6 (sometimes more than that) ditambah total empat jam perjalanan kantor-rumah dan beliau masih selalu punya waktu untuk gue dan bokap..... It shows me that she's the real super hero. 

Menjalani sebagian kecil dari kehidupan beliau for the last two weeks membuat gue sadar bahwa perjalanan gue masih sangat panjang untuk bisa membuat beliau bangga dan bahagia, meskipun kerap kali beliau bilang she's already proud of me. 

Di hari Ibu tahun ini, lewat kehidupan baru as an intern, gue semakin bersyukur to have her as my mom. Kondisi ini juga menjadi reminder untuk selalu bersyukur atas kehidupan yang gue jalani ini.

Dear mamiun, let me tell you something

For the last two weeks, I experience a small part of your life. It gives me a new point of view about your life, your sacrifice for me and the family, your love.

Terima kasih atas segalanya yang sudah tidak dapat lagi ku jabarkan. Maafkan anak mu ini belum bisa memberikan yang terbaik, yang dapat membuat mu bangga lewat prestasiku, membuatmu bahagia. 

Aku selalu berdoa....semoga Allah selalu menjagamu, memberikanmu kesehatan, memberikan rezeki yang cukup, dan bisa selalu ada di sampingku di setiap waktu. I love you ma....

Selamat hari Ibu, mamiun! 


Selamat hari ibu untuk para ibu dan calon ibu di manapun!


Monday, November 28, 2016

Not His Story: Gogirl! Pop Up Class 2016

Menulis artikel feature itu sama kayak bikin skripsi: gak sebatas hanya menuangkan ide tapi butuh research data yang relevan dan membuat kerangka supaya isi artikelnya gak berlebihan, gak sebatas menarik tapi juga memberikan pemahaman buat pembacanya.
- me

credit: Gogirlmagz.com

Quote di atas gue ambil dari catatan yang gue tulis saat ikutan Gogirl! Pop Up Class di Maxx Coffee, Lippo Mall Kemang, kemarin pagi. Ini adalah kali keempat Gogirl! Mengadakan Pop Up Class dengan berbagai topik yang menarik untuk diikuti. Gue sendiri sebelumnya sudah pernah ikutan salah satu Pop Up Class tahun 2015 lalu, yaitu kelas layout for dummies bersama Managing Editor Gogirl Magazine (yang sekarang  berprofesi sebagai manager), Mbak Yenni Kartika. Begitu tau ada Pop Up Class yang gak terlalu jauh dari rumah, gue langsung daftar dan meracuni Monica, my plus-size buddy, untuk ikutan. Di Pop Up Class kali ini, ada empat kelas yang ditawarkan oleh Gogirl: DIY, Flatlay, Writing, and Beauty class. Gue langsung memilih writing class karena gue penasaran proses tim Gogirl! Magazine dalam mengelola ide sampai akhirnya menjadi artikel yang selalu menarik, informatif, dan inspiring setiap bulannya. I was soooo lucky to have Mbak Esnoe Metha, editor dari Gogirl Magazine, as the mentor during the writing class.



Feature article sendiri bisa dipahami sebagai suatu artikel yang sifatnya subjektif namun tetap didukung dengan fakta-fakta yang relevan. Tujuan utama dari penulisan artikel dengan jenis ini tidak hanya sebatas memberikan informasi saja, tapi juga mempengaruhi pembacanya. Banyak banget feature article di majalah Gogirl! yang berhasil membuat gue menjadi lebih paham atas suatu topik dan mengubah cara pandang gue terhadap suatu hal, yaa salah satunya terkait dengan body image issue yang sering gue bahas di blog gue ini. Nah, ketika pembaca artikel feature berhasil memperoleh informasi dan terpengaruh oleh tulisan tersebut, artinya penulis berhasil menyampaikan hasil pemikiran dan riset yang dilakukannya. 

Dalam menulis suatu artikel, baik di majalah atau untuk keperluan pribadi di blog, seringkali kita punya banyak sekali ide yang rasanya seru banget kalau bisa direalisasikan dalam bentuk tulisan. Namun kemudian, datanglah writer block yang bisa mengakibatkan kita menyerah dengan ide kita itu. Mbak Metha mengakui bahwa hal tersebut sering banget dihadapi tim Gogirl! Saran dari mbak Metha adalah langsung melakukan riset terkait dengan ide yang kita miliki itu. Write down your idea adalah hal yang perlu dan penting untuk dilakukan. Sama seperti menulis skripsi, kerangka penulisan juga dibutuhkan loh dalam membuat feature article! Tujuannya yaa lagi-lagi sama seperti skripsi: menjadi penentu apakah hasil riset kita relevan atau tidak sama ide yang kita punya. Yaaaa... gak salah dong kalau gue menyebut penulisan artikel layaknya bikin skripsi hehehe :p

Selain konten, hal-hal teknis juga harus diperhatikan, such as alur penulisan, kesalahan penulisan alias typo, bahasa yang digunakan, dan EYD. Hemm seems like i'm gonna need my old EYD book back to my desk. Penting juga untuk ask for second opinion untuk memastikan bahwa tulisan kita sudah dirasa tepat untuk dibaca oleh orang lain. 

Setelah mendapatkan penjelasan dari mbak Metha, ada sesi tanya jawab yang diakhiri dengan praktik menulis. Setiap peserta, yang berjumlah 25 orang, diminta untuk membuat artikel dengan tema personality sepanjang 500 kata dalam 60 menit. Gue sendiri sempat stuck begitu mendengar tema untuk praktik penulisan ini. Untungnya, para peserta bisa diskusi sama mbak Metha secara langsung. Awalnya, begitu mendengar tema untuk penulisan ini, gue mau membuat tipe-tipe personality pengguna social media. Tapi, setelah diskusi, gue memutuskan to talk about body insecurity. Rupanya, satu jam itu cepet banget loh berlalunya. Gue merasa, tulisan gue belum maksimal dan belum benar-benar jadi ketika harus dikirim ke e-mail mbak Metha. Tapi apa boleh buat, itung-itung pemanasan untuk menulis lagi setelah beberapa waktu sempat bingung mau menulis apa :p.

Setelah sempat istirahat sejenak sambil menikmati caramel machiatto dari Maxx Coffee, gue dan para peserta lainnya kembali ke lokasi workshop untuk pengumuman 4 artikel terbaik yang akan mendapat hadiah dan dipublikasikan tulisannya di website Gogirl! Tanpa gue duga, artikel yang gue tulis itu dipilih mbak Metha sebagai salah satu artikel terbaik di sesi writing! Alhamdulillah. I got a superb cute gift dan juga kesempatan untuk melihat tulisan gue di website Gogirl! Magazine! Senangnya!! Lumayan banget bisa nambah portfolio.



credit: Gogirl! Magazine Insta-Story

Dalam acara Gogirl! Pop Up Class kali ini, gue gak hanya dapat ilmu baru dan hadiah saja, tapi gue juga bertemu teman-teman baru! Selain Monica, my plus-size buddy, yang selama ini kontak-kontakan via media sosial (check out her OOTD journal on her Insta @mon_monce), gue juga berkenalan (and spent some times together) dengan Adel yang rupanya gemar mendokumentasikan makanan lewat foto-foto yang menarik banget! Silahkan main ke blog-nya AP'S Food Journal atau Instagramnya @adelinpricilia. Gue juga ketemu lagi dengan teman satu kampus, Nabila, yang sebelumnya pernah bareng ikut layout class dari Gogirl! tahun lalu (dan lagi-lagi, gak janjian buat ikutan kelas ini hehe :p).

Well, I have to say that last Sunday was well spent! Semoga bisa ikut Pop Up Class lainnya dari Gogirl Magazine!



Tuesday, October 25, 2016

Not His Story: 10 Minutes in Brow Bar by Benefit Plaza Senayan

To be honest, waxing isn't something that I would choose when it comes to hair removal technique. I definitely will choose shaving instead of waxing. But when it comes to my eyebrow, waxing is the only choice that I have.

Satu tahun yang lalu, gue menantang diri sendiri untuk memperindah alis dengan metode waxing pada sebuah event make over yang diadakan oleh ahlinya eyebrow, Benefit Cosmetics, bersama sejumlah fashion brand lainnya (in case you wanna know about the make over, click here). Mungkin karena tidak terbiasa, gue gak begitu menikmati post-waxing sensation-nya, which is gatal ketika rambut mulai tumbuh kembali. Sebetulnya rasa gatal ketika rambut tumbuh itu biasa gue rasakan setelah shaving bagian kaki, tapi ketika rasa itu muncul di wajah, duh ganggu abis! Sejak itu gue semacam membulatkan tekat untuk jauh-jauh dari yang namanya waxing.

Beberapa waktu yang lalu, gue mulai berfikir untuk kembali melakukan waxing untuk bagian alis mengingat tampilannya yang sudah mulai gak karuan. Belum lagi, gue merasa gak paham sama bentuk alis gue setiap gue mau mencoba menggunakan eyebrow pencil saat belajar dandan. Satu kejadian yang membuat gue merasa memang harus waxing adalah saat gue dengan bodohnya mencoba merapikan alis dengan bantuan gunting dan menyebabkan sedikit kebotakan di alis gue. Hasil akhir dari eksperimen bodoh itu sangat sangat mengganggu dan akhirnya semakin membulatkan tekad mengunjungi Beneft Store terdekat.

Senin lalu (24 Oktober 2016), setelah makan siang, gue menuju Plaza Senayan, tempat salah satu outlet dari Benefit berada. Letak pasti dari toko Benefit ini adalah di lantai dua, di balik The Body Shop. Saat gue datang, gue berfikir bisa langsung melakukan brow waxing. Ternyata, gue harus mengantri terlebih dahulu karena ada satu customer yang sudah booking terlebih dahulu. Tapi gak lama kok jarak antara appointment gue dengan client sebelumnya, hanya sekitar 20 menit. Sambil menunggu, gue sempatkan sholat sebentar dan kembali lagi ke store Benefit. Rupanya, saat gue kembali, client pertama sudah beres dan gue bisa langsung melakukan brow waxing di brow bar dari Benefit.
The Waxing Corner

Tahap pertama yang dilakukan adalah membersihkan sisa-sisa make-up dan kotoran di bagian alis dengan cairan dari Benefit sambil menentukan bentuk alis yang diinginkan. Pilihannya ada dua: mengikuti bentuk alis yang ada atau punya special request. Karena masih newbie soal alis-alisan, gue bermain aman dengan mengikuti bentuk alis yang sudah ada, tetapi dengan satu special request: not to do anything with my unibrow. Kalau buat sebagian besar orang, unibrow merupakan bentuk alis yang harus dihindari, but not for me. Unibrow gue gak lebat sih, jadi gak ganggu juga. Meskipun bisa dihilangkan, gue lebih suka untuk membiarkannya untuk dua alasan: mencegah tumbuh yang lebih lebat kalau di cukur/di wax dan karena itu adalah ciri khas gue. 
BROWVO! by Benefit Cosmetics. Harga di Sephora Indonesia Rp 460.000,-
ka-Brow by Benefit Cosmetics. Harga di Sephora Indonesia Rp 390.000,-
Setelah sepakat untuk membuat alis sesuai bentuk yang ada, pegawai dari Benefit akan menentukan tiga titik untuk membentuk frame alis dengan bantuan eyebrow pencil. Ketika frame tersebut jadi, langsung den proses waxing dilakukan. Cairan lilin yang hangat akan dibaurkan di bagian di luar frame lalu rambut-rambut yang tertutup cairan tersebut akan diangkat dengan menggunakan semacam kain gitu (or plester maybe? i didn't see it). Hal tersebut dilakukan di bagian bawah dan atas alis, baik kiri dan kanan. Setelah itu, untuk merapikan bentuknya, alis kita akan dipotong dengan gunting khusus agar bentuknya lebih jelas dan rapi tentunya. Setelah beres, alis kita akan diberikan semacam gel untuk mengurangi after effect dari waxing, which is gatal dan ada sedikit bentol gitu. Berhubung ada bagian alis gue yang botak, mbak-mbak dari Benefit (i forgot to ask her name, sorry) membantu gue dengan menunjukkan cara menyamarkan kebotakan itu dengan produk eyebrow gel  mereka bernama Ka-Brow! Warna yang dipilih adalah coklat tua dan menurut mbak-mbak Benefit, itu warna yang pas untuk gue (and it is!). Gue juga sempat menanyakan cara menumbuhkan alis kepadanya, dan rupanya, Benefit juga punya produknya loh! Namanya Browvo! Fungsi produk tersebut ga hanya untuk menumbuhkan alis loh, tapi juga dapat berfungsi sebagai primer untuk alis kita.

Final Result

in detail. Coba tebak alis sebelah mana yang botak?
Hanya butuh sekitar 10 menit untuk merapikan alis dengan metode waxing di Brow Bar by Benefit Cosmetic. Untuk biayanya sendiri, gue perlu merogoh kocek sebesar Rp160,000,-. Agak mahal sih buat gue yang pengangguran belum punya uang sendiri, tapi hasilnya worth it kok. Selain brow wax, Brow Bar juga bisa me-waxing kumis-kumis tipis dan rambut-rambut halus di bagian pipi juga loh!
The Services


Kalau ditanya kekurangannya, hemmm mungkin ini karena memang sudah ada perubahan sih...karena setelah waxing gue tidak mendapatkan sample product seperti yang gue pernah baca di blog orang lain. Yaa bisa jadi memang program tersebut sudah gak ada, atau memang masih ada tapi guenya aja gak hoki hehe. Overall, gue puas dengan service dan hasilnya.

Di Jakarta, Brow Bar by Benefit yang jadi satu dengan store-nya hanya ada di tiga tempat: Plaza Senayan, Grand Indonesia, dan Plaza Indonesia. Coba bisa juga main-main ke Sephora karena di beberapa lokasi, ada pop-up brow bar-nya juga. 

Oh ya, menurut mbak-mbak Benefit, ada baiknya kalau melakukan eyebrow waxing itu secara rutin satu bulan sekali. Well, for me...probably will do it once or twice a year aja hehehe :p

Semoga sedikit cerita dari gue ini membantu kalian yang mau coba-coba brow waxing di Benefit yaaa :)



Monday, October 10, 2016

Not His Story: How to be A Good and Powerful Blogger

Menjadi blogger ataupun vlogger saat ini sepertinya sudah cukup sah untuk disebut sebagai suatu profesi dan cukup membanggakan untuk diletakkan di resume/cv kita. Secara finansial, menjadi seorang blogger dan vlogger juga cukup menjanjikan, mulai dari mendapat 'gaji' dari konten yang kita unggah ke YouTube atau Blogspot/Wordpress sampai endorsement dari sejumlah brand maupun online shop. Menjadi seorang blogger atau vlogger sebenarnya mudah; cukup membuat akun, dan mengisi akun tersebut. But being a good and powerful ones, isn't that easy.

Kurang lebih poin itu yang gue pelajari saat menghadiri empat talkshow dan satu workshop sebagai rangkaian dari acara Female Daily Network Blogger Workshop yang diselenggarakan hari Sabtu, 8 Oktober 2016 di Upper Room, Jakarta. I was superb lucky to get the invitation for free! No..not because i'm a famous blogger (yet :p), but because I won their Instagram quiz. Awalnya memang sudah ada niat untuk ikut acara ini, tapi berhubung gak ada teman buat datang ke sana, I decided to reconsider it. Rupanya, masa-masa pertimbangan itu membawa gue ke sebuah kesempatan untuk datang secara cuma-cuma berkat mengikuti quiz, rezeki gak kemana :D


Anyway, as I mentioned earlier, ada empat talk-show dan satu workshop yang bisa kita pilih dalam acara ini. Empat talk-show itu diisi oleh sejumlah good and powerful bloggers dengan tema yang beragam, mulai dari membahas fenomena blog, youtube, create your own brand, sampai menggunakan microblog. Ada juga workshop untuk membuat konten blog yang menarik, fotografi, menulis review, dan mengenal and be aware with the trends on the internet. Sayangnya untuk workshop, setiap peserta hanya bisa memilih satu saja. Gue sendiri memilih workshop bersama Google Indonesia tentang memahami trend untuk meningkatkan viewers/readers dari social media yang kita gunakan. Overall, apa yang gue dapatkan dari seminar dan workshop (kalau mengikuti gaya bicaranya Suhay Salim)  sangat sangat sangat bermanfaat!

Mbak Affi Asegaf
Nah, sebelum talkshow ataupun workshop dimulai, mbak Affi Asegaf selaku co-founder dari Female Daily Network, sekaligus host dari program Skincare 101 on FDN's youtube channel, memberikan speech sebagai pembuka acara. Nah, ada statement dari mbak Affi yang ngena banget buat gue pribadi dan rasanya penting untuk bisa dijawab oleh the next good and powerful blogger/vlogger,
"What message that we want to share through blogging?"
Gue belajar dari acara ini bahwa menjadi a good and powerful blogger/vlogger gak hanya buat konten dan upload, tapi juga 'menyelipkan' pesan-pesan tertentu yang menjadi suatu bentuk kontribusi sederhana untuk perubahan. Sadar ataupun tidak, kita pasti mendapatkan pesan-pesan tersirat dari blog yang kita baca ataupun video youtube yang kita saksikan. Ketika kita memperoleh pesan-pesan tersebut, artinya blogger/vlogger telah berhasil dan menjadi good and powerful blogger.



Setelah pembukaan oleh mbak Affi Asegaf, masuklah ke talk-show pertama dengan judul "The Power Blogger". Pembicara di sesi pertama ini adalah Harumi Sudrajat dari My Tips Cantik dan Cindy Karmoko dari Hippie Gone Mad. To be honest, when I heard those names, powerful bloggers ini gak begitu familiar bagi gue. Tetapi pas dilihat secara langsung, I just realized that I watched one of Harumi's video on youtube about applying liquid lipstick and right now, I do what she always do to make her lips look great with that kind of lip product. Dalam sesi tersebut, both Harumi and Cindy taught us to explore more and analyze every step we take while blogging. Dengan cara-cara tersebut, blog kita bisa tetap update dan menarik untuk dibaca. Dan tentunya, dapat menginspirasi lewat sejumlah pesan yang kita selipkan di setiap post. Selain itu, menjadi diri sendiri adalah salah satu kunci untuk bisa menjadi blogger yang baik, karena memang pada dasarnya media sosial itu adalah platform yang mengutamakan kejujuran. Bayangin aja kalau kita mereview produk tapi gak jujur dengan hasil yang kita peroleh, bisa jadi orang lain yang akan merasakan kekecewaan ketika memutuskan menggunakan produk yang sama. Tentunya hal itu bisa berdampak pada kredibilitas kita sebagai seorang blogger kan?

Satu hal lagi yang gue pelajari dari Harumi dan Cindy adalah the popularity that they have now, takes time to achieve it. Bersabar bisa dibilang adalah sifat yang wajib dimiliki oleh para blogger, karena pesan kita butuh waktu untuk bisa dipahami oleh para pembaca. Percayalah kalau proses tidak akan menghianati hasil.



Langsung setelah sesi talkshow pertama selesai, sesi bersama para youtubers dimulai. Di sesi dengan judul "The Rise of Youtubers", Jovi Adhiguna, Cheryl Raissa, dan Suhay Salim (my favorite beauty youtubers ever!) menjadi pembicaranya dan mbak Affi Asegaf sebagai moderator. To be honest, this was my favorite talkshow on that day! Selain pembicaranya yang memang punya nama di dunia per-Youtube-an Indonesia, flow talk-shownya sendiri menyenangkan. Rasanya waktu yang diberikan terlalu cepat berlalu. Sebagai blogger yang mau mencoba ranah youtube, sesi ini memberi banyak informasi-informasi penting yang bakal berguna. Misalnya saja, selama ini gue menilai untuk menjadi seorang youtubers, butuh modal besar to buy the camera, the light, and other equipment. Tapi ternyata, Cheryl Raissa, sebelum sebesar sekarang, menggunakan sumber daya seadanya dalam membuat video, such as her own phone dan kardus-kardus sebagai tripod yang bisa menahan posisi kamera saat merekam. Yang penting dalam menjadi vlogger adalah menunjukkan your true personality, karena kalau diperhatikan, sekarang orang-orang membuka video youtube untuk mencari inspirasi dari orang-orang yang memiliki kesamaan dengan mereka. It actually happens to me. Gue suka banget sama Suhay Salim karena dirinya baru terjun ke dunia rias merias pada usia 20an, just like me! Begitu juga dengan kegemaran gue menyaksikan make up tutorial dari Sarah Ayu  yang dilandasi keserupaan jenis kulit; we both have oily face. Dengan menjadi diri mereka sendiri, baik Suhay maupun Sarah, memperoleh atensi dari para viewers yang memiliki keserupaan dalam berbagai hal. Hal penting lainnya adalah konsisten dengan konten yang kita sampaikan dan jangan pernah berhenti belajar dari kegagalan. Menganalisa tiap unggahan itu penting untuk mengetahui apa yang audience suka ataupun tidak. 

Satu tips yang akan gue selalu ingat berasal dari vlogger Jovi Adhiguna: note your ideas. "Gue itu diem-diem mikir. Jadi ketika gue megang hp, bukan berarti gue main tapi gue mencatat ide-ide yang muncul dikepala gue. Jadi ketika gue mau buat video, gue punya pilihan tema", Jovi said. Sepertinya setelah ini, my book of idea(s) bakalan gue bawa kemana-mana :p



Sesi ketiga dilanjutkan setelah istirahat sholat dan makan siang (it was delicious!). Di sesi dengan judul "From Blogging to Making Millions by Building Your Own Brand" yang diisi oleh Diana Rikasari dan Elle Yamada ini bisa dibilang cukup menarik, mengingat menjadi blogger/vlogger bisa menjadi pekerjaan yang cukup menjanjikan, terutama kalau kita mau memanfaatkan popularitas kita untuk membuat bisnis. Ada satu poin dalam talkshow tersebut yang gue rasa penting untuk dipahami jika kita ingin menjadi a good and powerful blogger/vlogger: jumlah followers tidak menentukan kualitas followers yang kita miliki. Seringkali kita melihat kesuksesan para blogger/vlogger dari jumlah followers yang mereka miliki. Namun, dalam mengembangkan suatu bisnis, yang dibutuhkan adalah influencer yang memiliki kualitas followers yang baik. Followers yang banyak bisa berarti dua hal, either they're just curious about you or because they're loyal with you. Hal ini, menurut gue, penting untuk dipahami sama para pebisnis yang memanfaatkan influencer untuk endorsement agar bisnisnya lebih maksimal. 



The last talkshow was 'Microblogging & Building Your Online Presence' by Astrid Satwika and Rahne Putri. I have to say, Astrid Satwika was soooo pretty on that talkshow. Serupa dengan apa yang di sampaikan oleh Harumi dan Cindy pada talk-show pertama, kejujuran dalam menggunakan media sosial itu penting. Gak hanya itu, dalam berbagi informasi, penting untuk menguasai suatu informasi. Jangan sampai ketika blogging, kita bicara tentang suatu hal yang pada dasarnya kita gak paham karena dapat memunculkan kesan tidak jujur kepada para audience. Apalagi, microblog seperti Twitter dan Instagram kan memang lebih 'live' ketimbang Youtube ataupun Blog, jadi menjadi jujur, menjadi 'real' itu sangatlah penting untuk bisa dipercaya oleh para audience.

Dengan selesainya talkshow ke-empat bersama Astrid dan Rahne, artinya harus bersiap untuk memasuki ruangan workshop masing-masing. Ada satu hal yang sebenarnya agak mengganggu kenyamanan gue ketika mengikuti acara ini. Jadi, ruangan yang digunakan untuk workshop bersama Google Indonesia adalah ruangan yang sama untuk tempat istirahat para guest alias VIP Room ketika sesi talk-show. Ketika talkshow selesai, ruangan workshop yang akan gue masuki ini belum rapi sama sekali. Ketika peserta workshop lain sudah dapat memasuki ruangan, peserta workshop with Google Indonesia ini masih harus menunggu di luar ruangan untuk beberapa waktu. Saat menunggu, I didn't spot any officer from Female Daily Network yang bisa memberikan penjelasan di dekat ruangan ketika ruangan baru mau dirapikan oleh tim dari Upper Room. Kondisi ini menurut gue kurang membuat gue nyaman karena clue-less aja gitu. Tapi kemudian beberapa waktu kemudian, ada seorang officer dari Female Daily Network yang menyampaikan untuk menunggu sebentar. 



Rasa kurang nyaman itu langsung terobati dengan materi workshop yang super duper informatif! Gak salah memilih workshop deh! Awalnya gue lebih  tertarik untuk mengikuti workshop photography, tapi begitu lihat workshop dengan pembicara dari Google Indonesia, I was like 'kapan lagi belajar dari dewa-nya internet?'. Dalam workshop ini, ada empat poin penting yang disampaikan oleh mbak Putri Silalahi as Head of Products Communications Google Indonesia:
  • Being Real is IN!: Nah ini poin penting yang berkali-kali muncul dari mulut para narasumber di acara blogger workshop kemarin. Alasannya, as I mentioned before, pengguna media sosial itu mencari role-model yang memiliki keserupaan dengan diri mereka sendiri. Hal ini kemudian menjadi alasan kenapa banyak Youtubers yang lebih dipilih untuk jadi panutan ketimbang artis-artis hollywood. So, be yourself is a real deal!
  • Mess with the format: be unique to make sure that the first five second of your post or video will make the audience stay. 
  • Use the free tech: Google sudah dengan baik hati menyediakan sejumlah tools untuk meningkatkan performa para blogger dan vlogger secara cuma-cuma. I think we all agree that following the trend is important to engage with audience, right? Nah, untuk mengetahui trend di dunia maya, you can try Google Trends. Dengan menggunakan keyword yang sedang trending di Google untuk judul blog/video atau hashtag, diyakini kamu akan dapat atensi dari audience. Selain Google Trends, bagi para pebisnis, you can definitely try Google Bisnisku!
  • It's ok to fail: Belajar dari pengalaman itu penting dan jangan takut untuk mendaur-ulang karya yang awalnya dinilai gagal.
Jam telah menunjukkan pukul lima sore, yang artinya rangkaian Female Daily Network Blogger Workshop telah selesai. Gue sangat sangat sangat bersyukur bisa ikut serta dalam talkshow dan workshop ini karena memang banyak informasi yang gue peroleh. Hopefully, one day, this blog will inspire others, especially those who has body image issue (since it's my main purpose to write here), through my articles.

I guess that's all my story about the event. Selamat membaca dan mengaplikasikan apa yang gue peroleh dari Female Daily Network Blogger Workshop! 


What I Wore: Denim Shirt bought at Tanah Abang | Jegging by Dauki | Navy Blue Chelsea Boots by Zalora | Pin by Typo and Pinfolks_Id


Sunday, September 18, 2016

Not His Story: My Very First Make Up and Beauty Workshop

Lately, dunia per-make up-an mulai perlahan-lahan jadi bagian hidup gue. It all started from my intention to do my own graduation make-up, yang pada akhirnya harus gue relakan di tangan yang memang sudah jago make up. Sampai hari ini, menyaksikan sejumlah make-up tutorial di Youtube jadi salah satu kegiatan yang cukup gue nikmati (apalagi kalau Suhay Salim upload video baru....BAH! JUARA EMANG MUA SATU ITU!). Gue yang awalnya agak malas bermain dengan berbagai bentuk riasan (but Lipstick!), jadi mulai berani coba-coba kayak mulai pakai sunscreen tiap keluar rumah, beli face spray biar wajah tetap moisturized, sampai memberi warna ke mata gue. Maybe, for some people, mulai make up di usia 23 tahun udah telat, apalagi sekarang kan anak SMP aja udah dandan (and unfortunately, most of them look much older than me). Tapi berkat Suhay Salim (dan salah seorang peserta make up class, will tell you latter), gue merasa gak telat-telat amat untuk mulai menyentuh dunia make up yang selalu identik dengan perempuan. 

Sekitar satu minggu yang lalu, sebuah unggahan dari akun Instagram milik AEON STORE BSD got my attention. Pasalnya, dalam unggahan tersebut disampaikan bahwa akan ada make up and beauty workshop bersama REVLON, brand yang sudah cukup familiar di telinga (dan wajah) gue, pada tanggal 17 September 2016. Dengan biaya Rp 250.000,- per orang, kita bisa ikut workshop seputar make up dan merawat wajah. Tidak hanya itu, peserta juga akan dapat dua produk Revlon yang harganya sekitar Rp 250.000,00 , voucher produk sebesar Rp 150.000,00 , sekaligus snack. Menurut gue, biaya pendaftaran sangat reasonable untuk brand sekelas Revlon. Setelah memperoleh restu dari nyokab, gue akhirnya mendaftar ke nomor yang tertera di unggahan tersebut.

Selain Revlon, ada dua make up brand lain yang juga akan melaksanakan Make Up Workshop di AEON STORE BSD yaitu The Balm dan Studio Make Up. Gue sangat tertarik dengan workshop-nya The Balm, sayangnya harus daftar berdua dan ga ada satupun teman/sodara yang bisa hadir. Yasudah, maybe next time.

So, back to Revlon Beauty Workshop.

Di pengumumannya, workshop dari Revlon akan dimulai pukul 1 siang. Sebagai anak yang cukup ambi (wtf), gue sudah ada di AEON pukul 11. Kenapa? Karena gue khawatir ga dapet parkiran. AEON kalau weekend kan parkiran udah macam nyari kerjaan: ada banyak tapi yang kosong dan pas dikit  (lah, curhat). Sampai di AEON, gue menuju counter Revlon untuk 'daftar ulang' sekaligus bayar  biaya pendaftaran. Sambil menunggu jam 1, gue keliling AEON dan makan siang bersama nyokab dan tante gue. Gue sengaja datang ke lantai 1 AEON Dept. Store, tempat dilaksanakannya workshop, agak ngaret (by 'agak' i mean lebih 10 menit dari jadwal). Ternyata? Masih kosong tempat workshopnya. Hal tersebut terjadi sampai sekitar pukul 2 siang dan workshop baru mulai sekitar jam 3 sore. BT? Banget! Tapi BT gue hilang begitu saja karena bertemu seorang peserta workshop lainnya bernama Tante Sari. Berawal dari ngobrol-ngobrol yang dimulai oleh beliau, akhirnya gue juga jadi banyak cerita sambil menunggu workshop mulai. Tante Sari mengaku jarang banget menyentuh make up padahal sudah berusia kepala empat. Dari bahas kenapa ikutan workshop Revlon, akhirnya berujung ke pembicaraan seputar kerja dan tempat kuliah gue. Saat gue menyinggung jurusan Antropologi di UI, awalnya gue fikir Tante Sari akan bertanya, 'oh yang gali-gali tanah', just like the others. Tapi ternyata tidak! She asked me wether I know (mas) Aji (salah satu dosen antrop ui) or not. Of course I answered 'kenal tante! Dia dosen aku'. YOU KNOW WHAT?! Rupanya Tante Sari adalah senior gue di antropologi UI dari angkatan 1987. SMALL WORLD GAK SIH! Super random? Yes it was! Yasudahlah, karena tahu sesama anak antrop, kita ngobrol banyak banget sambil menunggu workshop dimulai.

 

Sekitar jam 3 sore, beauty workshop with kak Aie dimulai dengan perkenalan dan mengajarkan step by step membersihkan wajah. Selama ini, rutinitas membersihkan wajah kalau sedang menggunakan make up adalah: membersihkan mata dan bibir dengan make up remover khusus dan membersihkan wajah dengan facial foam. Rupanya, steps nya lebih complicated dari itu. Here's the step:
1. Membersihkan mata dan bibir with special make up remover. Untuk bagian mata, dikompres dulu dengan kapas berisikan cairan lip&eye remover baru ditarik ke arah bawah. Kapas yang sudah kotor tadi dibelah dua kemudian bagian yang kotor dipertemukan. Nah sisi terluar kapas kan jadi bagian dalam kapas tadi, itu kita gerakkan searah jarum jam di bibir kita untuk membersihkan dari sisa-sisa lipstick.

2. Menggunakan milk cleanser. Tuangkan milk cleanser di punggung tangan (why? Karena bagian tersebut yang lebih bersih) lalu kemudian di bagi ke lima titik wajah: dahi, dua sisi pipi, hidung, dan dagu. Untuk pengaplikasiannya, gerakan memutar dengan jari cantik (jari tengah dan jari manis) dari bagian dagu sampai pelipis. Untuk bagian dahi dan hidung, gerakannya naik-turun.

3. Membersihkan milk cleanser dengan tissue.

Ternyata membersihkan wajah aja stepnya lumayan panjang untuk hasil yang terbaik. Nah, setelah membahas cara membersihkan wajah, kak Aie selaku 'guru' di sore hari itu mengajarkan pentingnya menggunakan eye cream dan moisturized sekaligus cara mengaplikasikannya.

Setelah moisturizer sudah 'menempel' di wajah, peserta dijelaskan tentang penggunaan foundation. Biasanya, kalau gue make up (atau di make up-in), foundation baru diaplikasikan setelah primer dan concealer. Kali ini, kak Aie mengajarkan bahwa dengan foundation yang warnanya dua tingkat lebih gelap dari warna kulit kita (bagi yang kulitnya terang. Kalau yang gelap, foundationnya harus yang senada), kita bisa hemat karena ga perlu membeli concealer lagi! Imperfection di wajah gue setelah menggunakan foundation dari Revlon (whipped cream foundation) memang tersamarkan siih. Coverage-nya juga gak heboh jadi gak terlihat seperti  pake topeng. Nah, step selanjutnya ini yang menarik perhatian gue: blush on! Kalau di berbagai make up tutorial, blush on itu dipakai agak-agak terakhir but not this time! Menurut kak Aie, penggunaan blush on setelah foundation fungsinya agar lebih awet berhubung blush umumnya kan bentuknya powder dan mudah hilang. Setelah blush on, baru pakai bedak (powder) yang diaplikasikan dengan brush dan mengikutih arah rambut (which is ke bawah).

Next step: eye area. Pertama-tama yang diajarkan adalah alis. Rupanya, menurut kak Aie, alis gue ini gak perlu menggunakan pensil karena sudah tebal. Cukup menggunakan eyeshadow berwarna abu-abu tua dan foundation  untuk memberikan bentuk di alis. Setelah di berikan contoh oleh kak Aie di alis kanan, gue mencoba sendiri untuk melakukan hal serupa di sisi kiri. Hasilnya? Not bad, cuman kurang lengkungannya aja. But I'll try it again! Beres dengan alis, masuklah bagian kelopak. Nah warna yang digunakan untuk merias kelopak kali ini adalah warna abu-abu tua untuk memberikan kesan smoky. Instead of using brush, gue diajarkan untuk menggunakan jari sebagai aplikator eyeshadow. Gue juga diajarkan untuk menggunakan eyeliner, baik yang berbentuk crayon/pensil dan yang liquid. Gue langsung jatuh hati dengan retractable eyeliner dari Revlon karena penggunaannya gampang. Untuk eyeliner cairnya. Gue juga suka karena brushnya gak terlalu lembut, agak felt tip gitu. Nah, yang agak ribet adalah ketika harus menggunakan eyeliner di waterline karena gue masih ga bisa membedakan waterline dengan daging yang posisinya (sebetulnya) ada di wilayah waterline tersebut. Untungnya, Kak Aie mau dengan baik membantu gue. She added blue line on my waterline, which is AWESOME!! Hasilnya mata gue terlihat cukup fierce when I took of my glasses and look cool when i put my glasses on.

Setelah mata, kita kembali diminta untuk memulaskan blush on di bagian pipi kita dan touch up terakhir dengan compact powder to set the make up sebelum menuju ke counter Revlon untuk memilih warna lipstick. I choose kind of soft pink karena mata gue udah lumayan heboh riasannya.
Here's the final result:

 

Overall, gue suka dengan tampilan make up gue karena gak terlihat berlebihan, cocok for daily use, dan gak ribet sebetulnya. Berkat ikutan workshop dari Revlon, gue jadi paham make up itu sebenarnya sederhana dan bisa disesuaikan dengan baik. Gak hanya itu, membersihkan dan merawat wajah itu penting dari segala aspek agar wajah terjaga bentuknya.

Oh ya, before went home, gue dibekali dua produk revlon: compact powder dan eyeliner serta bisa berbelanja dengan voucher Rp 150.00,00 yang akhirnya gue belikan blush on dan retractable eyeliner.

 
 
 
 

Pengalaman ikut make up dan beauty workshop ini berharga banget buat gue! Thanks a lot Revlon! Semoga next time gak pake ngaret lagi ya :p

Saturday, September 3, 2016

Not His Story: Time to Refresh!

Gue adalah tipe orang yang memilih berlibur ke pantai atau perkotaan instead of pegunungan/wilayah dingin. Tapi kalau ada yang ngajak, gak akan nolak:p

Bulan Agustus ini, bisa dibilang gue cukup mobile: mulai dari stay di rumah eyang gue selama lima hari, ke Singapore selama empat hari, ngurus wisuda, dan diakhiri dengan bermain ke daerah Puncak selama dua hari.

Mengunjuki sejumlah lokasi wisata di Puncak bersama sepupu-sepupu gue adalah cara paling manis menutup bulan Agustus yang penuh cerita itu. Awalnya, rencana ke Puncak ini telah dibicarakan di akhir bulan Juli, ketika sepupu gue yang berkuliah di Cina berlibur ke Jakarta. Namun, karena ada hal-hal lain, rencana itu terlupakan begitu saja. Di pertengahan bulan Agustus, ketika kita memang sedang berkumpul dalam acara makan siang bersama, tercetus kembali gagasan berlibur ke Puncak. Gagasan itu didukung oleh orang tua kita semua dan bahkan, yang awalnya kita hanya berencana untuk pulang pergi Jakarta-Puncak menjadi stay satu malam di salah satu villa di Puncak milik BI. Belum lagi, kakak sepupu gue yang biasanya bekerja saat weekdays bisa ikut dalam jalan-jalan kali ini. Liburan singkat ini-pun akhirnya dijalankan.

Soekrisno's girls squad

Tujuan pertama di hari selasa, 30 Agustus 2016 itu adalah Taman Safari. Entah takdir atau hanya kebetulan saja, teman kuliah gue menjual tiket Taman Safari dengan harga murah...Rp 90.000,- instead of Rp 150.000,-. Sayangnya, tiket harga murah itu hanya tersedia lima pcs saja. Setelah diskusi, tiket itu langsung gue borong untuk liburan ini. Alhamdulillah, tiket itu benar-benar bisa membawa kami masuk ke Taman Safari, kalau sampe gak bisa...sedih juga ilang uang lagi :". Terakhir ke Taman Safari itu sepertinya belasan tahun yang lalu, alhasil gue cukup amazed dengan banyak hewan yang ada di sana. Salah satu hewan yang menarik perhatian gue adalah Binturong, atau sering disebut Bear Cat. Hewan tersebut benar-benar menggemaskaaaan!!! Rasanya mau gue bawa pulang saking gemasnya. Selama perjalanan menuju taman wisatanya, satu mobil yang terdiri atas gue dan 6 orang sepupu gue lainnya heboh luar biasa. Mulai dari mau foto-foto, mau update snapchat dengan lagu-lagu yang sudah di set dalam satu playlist spotify, sampai yang dagdigdug setiap ada hewan yang medekat. Gue sama sekali gak berhenti ketawa! Snapchat gue pun di hari ini isinya penuh binatang semua :p. Sesampainya di daerah wisata, kita bermain ke bird park dan baby zoo. Yang seru dalam kunjungan itu adalah ketika kita minta tolong salah satu petugas untuk memfoto kita bertujuh, ada seekor lemur yang seakan-akan mau ikutan foto dengan cara lewat di hadapan kami semua. Biar lemurnya bahagia, kita foto bersama deh sama lemur itu :p Selain bird park dan baby zoo, kita juga sempat menyaksikan atraksi singa laut yang superb adorable! Sepupu-sepupu gue kemudian jadi baper saat salah satu singa laut mencium coach mereka...luar biasa!

Us with King Julian from Madagascar
BINTURONG!!! <3

Girls just wanna have fun!

Puas di Taman Safari, kami semua menuju Warpat yang terletak tidak jauh dari restoran Rindu Alam  untuk makan sebelum mengakhiri perjalanan kami di villa milik BI. 

Team Jogja 2014 re-unite :p
Sesampainya di villa tersebut, gue cuma bisa bengong....."Ini tempat gede banget! bagus banget! cucok buat foto-foto", pikir gue. Setelah pemilihan kamar, kami bersih-bersih dan makan (ya makan lagi loh) malam dan dilanjutkan dengan bermain kartu sekaligus curhat colongan di halaman belakang villa. Sebagai anak tunggal, menghabiskan waktu bersama kakak dan adek-adek sepupu menjadi kesenangan sendiri. Gimana nggak? Selain main kartu, kita semua curhat soal mantan, pasangan, sampai upaya mencarikan calon pacar buat para jomblowan dan jomblowati. It was fun! Bahkan, sesi curhat-curhat pun berlanjut saat kita sudah memasuki kamar untuk istirahat. Bener-bener....
Morning Fever

Keesokan harinya, setelah sarapan dan mandi, gue dan salah seorang sepupu gue hunting foto di sekitar rumah. Gak lama kemudian, sepupu-sepupu yang lain ikut nimbrung untuk foto-foto demi mengisi Instagram hahahaha. Sekitar jam 10, kita check out dan melanjutkan perjalanan ke Taman Bunga Nusantara dan mengakhirinya di Cimory River View. 

Overall, that trip was unforgettable and I can't wait for another trip with them next year...semoga di saat itu sudah punya penghasilan sendiri jadi jalan-jalannya bisa lebih jauh, Aamiin.



Hopefully, September will be as fun as August!


Not His Story: Graduated!

I still remember this 'motivational' sentences: "Lulus lah pada waktu yang tepat, bukan tepat waktu. Karena tepat waktu  bisa jadi bukan waktu yang tepat untuk lulus". and then, i add another senctence: "tapi tidak ada salahnya mencoba untuk tepat waktu, siapa tahu memang itu waktu yang tepat".

Kalimat-kalimat itu adalah pegangan gue selama mengerjakan skripsi di enam bulan pertama tahun 2016, terutama ketika merasa bosan dalam pengerjaannya. Gak berasa, tanggal 26 Agustus 2016 kemarin, akhirinya gue lulus di waktu yang tepat dan kebetulan tepat waktu juga. Empat tahun menjadi mahasiswa antropologi banyak banget suka, duka, dan pelajaran berharga yang gue yakin gak akan gue pelajari kalau empat tahun yang lalu gue gak 'nekat' mengundurkan diri setelah belajar di salah satu perguruan tinggi swasta selama satu setengah semester. Alhamdulillah, tali toga sudah di pindahkan ke sebelah kanan dan ada gelar S.Sos di belakang nama gue. Terharu :")

Officially Fikriana Kusuma A.,S.Sos


Anyway, dalam postingan kali ini, gue cuman mau berbagi euforia minggu lalu yang masih terasa hingga detik ini.


Dimulai dari tanggal 25 Agustus 2016, Wisuda Lokal Antropologi Sosial dan gladiresik, or  "foto bersama" adalah highlight dari hari itu. Di hari kamis yang cukup terik itu, gue pagi-pagi sudah nongkrong di salon langganan, Ancha & Adi, di bilangan Cinere. Dengan bantuan mas Adi, wajah gue diberi warna yang berbeda dan rambut gue juga dibentuk berbeda. Sebagai orang yang jarang make-up, gue masih ingat perasaan nggak nyaman ketika harus menggunakan make-up dalam waktu lama. But not this time! Make-up nya long lasting dan gak biki terganggu sama rasa 'cakey' yang suka muncul kalau pakai make-up. Berhubung gue anaknya agak gak bisa diem dan hobi makan, gue meminta mas Adi untuk mengganti lipstick yang tadinya mau ia gunakan dengan lipstick andalan gue, Color Pop Lippie Stix in the 'Lumiere' shade. Tujuannya biar gue bisa dengan mudah touch-up sehabis makan dan minum atau kalau-kalau lupa lagi pakai lipstick hahahah :p. Kemudian, seakan-akan menjadi cerminan dari kehidupan perkuliahan gue selama empat tahun, gue datang ke kampus terlalu pagi. Acara wisuda lokal sebagai acara pertama di hari itu baru dimulai pukul 12 siang, dan gue sudah menginjakkan kaki di kampus pukul 10 pagi. While waiting for 12 o'clock, I went to Starbucks dengan full make up, kebaya berwarna biru, dengan wide-leg pants ditambah sepatu boots kesayangan. Okem kan?! Sekitar setengah 12, beberapa teman yang akan di wisuda bersama-sama rupanya telah datang ke lokasi acara pertama. Tanpa buang waktu, gue dan nyokab langsung menuju FISIP, tempat Wisuda Lokal berlangsung. Salah satu hal yang cukup berkesan di acara tersebut adalah ketika para mahasiswa baru memberikan persembahan lagu dan kemudian memberikan setangkai mawar bagi para (calon) wisudawan. That's so sweeet! Istilahnya, kenal aja enggak tapi mereka memberikan bunga gitu...thank you so much guys!

Make up by: Adi from Ancha & Adi Salon, Cinere
Lipstick: Color Pop Lippie Stix 'Lumiere'
Necklace & Earing: Lovisa, Singapore
Graduates with Mas Ezra
  
Wisuda Lokal Antroplogi Sosial 2016

Setelah acara selesai, para (calon) wisudawan diarak menggunakan tiga angkot yang disewa oleh panitia menuju lokasi gladiresik wisuda. Untungnya gue menggunakan wide-leg pants, jadi naik angkot gak ribet-ribet amat :p. Sesampainya di Balairung, tempat gladi resik, I just found out that rehearsal is actually just a photo session with the dean and the rector. Karena FISIP gilirannya masih agak belakangan, gue dan sejumlah teman-teman lainnya memutuskan untuk foto-foto di kawasan Rotunda, gak jauh dari balairung, sebagai kenang-kenangan sekaligus jaga-jaga kalau keesokan harinya gak kedapatan tempat untuk foto di depan gedung rektorat. Gue baru bisa pulang sekitar jam setengah enam dengan hati senang dan kaki yang terlalu lelah karena menggunakan wedges instead of my chelsea boots...so stupid :"


Di tanggal 26 Agustus, gue juga mengunjungi salon yang sama di pagi hari untuk dirias. Hal yang berbeda dari riasan kali ini adalah, bulu mata palsu gue lebih tebal dan lebih panjang...alhasil, nabrak sama kacamata hehehe but that's not a big problem. Oh ya, instead of wearing kebaya, gue menggunakan dress berwarna lilac dan sepatu boots untuk wisuda. Alasannya adalah karena gue mengutamakan kenyamanan dan memang sepanjang acara wisuda, gue gak ngapa-ngapain selain menikmati acara saja. Lagipula, kostum utamanya kan baju toga bukan? Acara wisuda di mulai pukul 2 siang dan berakhir sekitar setengah 5 sore. Selesai acara, gue langsung menemui junior gue yang dulu menjadi mentee gue saat ospek jurusan. Mereka membawakan gue bunga loh! They're so cute!!! Kita juga menyempatkan diri untuk berfoto bersama sebelum mereka pulang. Selain ketemu para mentee, gue juga bertemu sama sahabat-sahabat SMA plus my boyfriend! Seneng banget setelah beberapa kali jadi orang yang datengin wisuda, sekarang jadi orang yang didatengin wisudanya (you know what I mean, right?). Dito, as my boyfriend, gave me such a beautiful bouquet! Di dalam buket bunga itu, ada dua boneka Captain America, my favorite comic character. Of course it made me soooo happy!! Sempet ketemu sama teman-teman kuliah juga meskipun gak lama, and of course, my Parents!


The Captain America Bouquet
High-school baes!


Well, I am officially graduated and unemployed! Lulus kuliah bukan akhir dari perjuangan, tetapi sebuah langkah baru untuk perjuangan lainnya: mendapatkan pekerjaan yang bisa jadi jalan untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu dari empat tahun perkuliahan.

Vivat academia! Vivat professores! Vivat membrum quodlibet! Vivat membra quaelibet!

Monday, July 11, 2016

Not His Story: Another Short (random) Trip

Selamat Lebaran bagi para pembaca yang merayakan! How's your Hari Raya? Mine was great and it's all about good food, good talk with my family (especially my cousins), and also good photo session hehehe. 

Anyway, dalam tulisan kali ini, I won't tell you about my Hari Raya. But there's something more interesting to tell and it's all about what happened to me (and my cousin a.k.a. partner in crime) today.

It all started from my personal jealousy on my boyfriend. I know it sounds stupid, tapi melihat update-an yang terus dikirim pacar yang sedang di negara lain membuat gue ingin 'kabur' berjalan-jalan sebelum harus berkutat (kembali) dengan revisi, percetakan, jurnal, dan segala perintilan untuk menyelesaikan perkuliahan. Meski sudah memiliki rencana untuk berwisata pada tahun ini, rasa gak sabar dan iri rasanya lebih menguasai hati. So, I asked my cousin to go out with me. Where to go? We decided to do a photo hunt in Kota Tua and Museum Gajah. Dua lokasi itu kami pilih berdasarkan kemudahan transportasi dan biaya (secara beberapa tempat yang cukup Instragram-able untuk foto-foto OOTD letaknya sulit diakses dengan kendaraan umum dan butuh biaya untuk 'nongkrong'). 

Alhamdulillah jalanan cukup lengang pagi tadi, berhubung masih banyak penduduk Jakarta yang terjebak kemacetan di jalur mudik atau mungkin kesiangan setelah menyaksikan laga Prancis melawan Portugal. Hanya butuh satu setengah jam dari rumah hingga Kota Tua, padahal biasanya perjalanan memakan waktu sampai tiga jam. Sesampainya di halte Trans Jakarta Kota Tua, gue cukup tercengang melihat kondisi jalur bawah tanah yang menuju wilayah wisata Kota Tua. Saat terakhir berkunjung, jalur bawah tanah itu terbilang sepi. Namun saat ini, ruang-ruang kosong itu terisi dengan sejumlah kios yang digunakan para pedagang untuk berjualan. Jujur saja, saat berjalan menuju lokasi wisata, gue agak risih dengan jalur bawah tanah yang terlalu crowded, but on the other side, gue bersyukur jalur tersebut bisa ramai karena setidaknya tidak muncul rasa takut kalau harus berjalan saat mulai gelap. 

Tidak banyak yang berubah dari kawasan wisata Kota Tua sejak kunjungan terakhir gue. Kami berdua bersyukur bahwa kawasan tersebut tidak terlalu padat, sehingga untuk mengambil gambar-pun tidak harus berdesak-desakan. Setelah berkeliling sejenak sambil mencari spot foto yang bagus, kami berdua memutuskan untuk singgah di salah satu gerai kopi di dalam Stasiun Kota sebelum melanjutkan perjalanan ke Museum Nasional. 


"Too Good to be Wasted"
Taken by me with her phone, edited by me using VSCO

"It's you! Silly!"
Taken by me with her phone, edited by me using VSCO
"The First Step"
"...stop..."
"...and stare..."


Double vision?

Di sinilah gue melakukan kesalahan: gue lupa bahwa semua museum tutup di hari Senin. Karena kesalahan itu, sesampainya di Museum Nasional, gue dan sepupu gue harus sedikit kecewa dan 'terlantar' di depan gedung museum. Setelah berbincang sejenak, kami berdua memutuskan untuk bermain ke mall di kawasan Pondok Indah (ya know which one!) dengan menggunakan bus Trans Jakarta. Menariknya, ketika sampai di mall tersebut, gue dan sepupu gue baru mengetahui bahwa di luar sedang hujan deras! Bayangkan saja kalau gue nekat berkunjung ke Monas setelah tahu bahwa Museum Nasional tutup...di jamin basah kuyup dan gak bisa pulang. Alhamdulillah, selalu ada hikmah dibalik cobaan :p

Hal menarik lainnya yang terjadi di mall tersebut adalah, kemunculan asap di north skywalk mall tersebut. Awalnya ada seorang ibu yang bilang bahwa asap tersebut muncul dari kebakaran. Rupanya bukan kebakaran, melainkan korsleting di salah satu kios. Asapnya lumayan tebal dan cukup mengganggu. Tapi tidak sampai harus mengevakuasi seluruh pengunjung hari ini.

Meski perjalanan singkat yang tergolong super random ini tidak sesuai dengan harapan, gue dan sepupu gue cukup bersyukur dengan hasil foto-foto yang diambil di wilayah Kota Tua. Well, at least I can blog about something here :p

Anyway, I just want to remind you about an upcoming event, called 'Embrace your Cuves' in this Saturday night (July 16 2016) at @America, Pacific Place Jakarta, start at 7PM to 8.30 PM. For more detail, you can check my previous post (click here). Hopefully, I can attend that event!


What I Wear:
Outer from Kirei (available at AEON Store BSD, it's actually not an outer!), T-shirt by Top Valu (available at AEON Store BSD), unbranded mid-length jeans, blue shoes by American Eagle by Payless, and backpack by Roxy