Saturday, June 27, 2015

Fashion Addiction: Get Me Out(erwear) of Here!

Sixth semester, checked!
Summer break, on progress
Time to go out now, enjoy the summer and the break!


Can't live with outerwear lately. Looking forward to shop (or make) more!




Outfit Details:
Blue Pattern Outerwear by New Look (Size 18)
Unbranded Navy Blue T-shirt 
Stretch Pants by XtoX (Size 8X)
Two tone slip-in shoes by Zalora (size 41)


Captured using iPhone 4
edited using VSCO and Photoscape

Wednesday, June 24, 2015

Being Plus-Size Woman: Celebrating Who You Are!

Sudah dari dua minggu yang lalu sebenarnya, gue ingin membagikan beberapa hal yang berkaitan dengan living as a plus size, tapi ada aja yang lebih seru buat ditulis. Misalnya saja cerita gue nge-bolang ke Dunia Fantasi di H-1 puasa hehehe. So, here we go!

Bagi mereka yang membaca tulisan gue tentang being a plus size di Indonesia beberapa bulan yang lalu, gue sempat membuat statement bahwa fashion blogger berukuran plus-size di Indonesia masih sedikit dan cuma 1 yang gue tau dan itupun tinggalnya gak di Indonesia. Well, gue harus mengoreksi pernyataan gue itu dan mengubahnya menjadi: Terdapat sejumlah fashion blogger, terutama fashion ig-ers yang memiliki tubuh plus size yang berdomisili di Indonesia. Gue rasa, koreksi tersebut di butuhkan mengingat saat gue menulis statement pertama itu, gue akui, minim melakukan penelusuran lebih lanjut. Semua berawal dari sebuah komentar di blog ini tentang online shop untuk mereka yang bertubuh besar, penelusuran gue kemudian berkembang dan saat ini, gue sudah menjadi pengikut beberapa ig-ers bertubuh besar namun gak kalah fashionable dari mereka yang bertubuh normal. Belum lagi, gue menemukan sebuah akun yang selalu me-repost foto-foto #OOTD dari para pengguna instagram yang bertubuh besar. Tentunya, mereka-mereka yang gue temukan lewat hashtag #OOTDPlusSizeIndo atau #OOTDBigSizeIndo menjadi inspirasi gue untuk dress up maupun sekedar menjadi pengingat untuk bisa lebih percaya diri dan mencintai tubuh gue. 

Peran media pastinya punya porsi besar dari semakin dilihatnya wanita (dan pria) dengan size 10+. Kalau bagi gue pribadi, semua berawal dari kemunculan Meghan Trainor dengan lagunya 'All About That Bass' yang memiliki pesan menarik bagi mereka-mereka yang punya tubuh 'berbeda', baik dari segi ukuran maupun bentuk. Gak hanya dari kemunculan lagu tersebut, sosok Tess Holiday juga menjadi suatu gebrakan, terutama di dunia fashion, bagi keberlangsungan plus size fashion itu sendiri. Kalau di Indonesia? Hemmm, gue pribadi belum merasakan dampak yang signifikan banget dari tokoh-tokoh yang adalah orang Indonesia maupun yang ada di Indonesia. Tetapi, keberadaan instagram tentunya jadi semacam wadah untuk mendobrak pandangan masyarakat tentang ukuran dan bentuk tubuh perempuan. 

Masih sulit memang untuk meyakinkan masyarakat (dan diri sendiri) bahwa cantik itu gak terus menerus dilihat dari bentuk fisik, karena yaa pada dasarnya lebih mudah menilai orang lain dari penampakan fisik. Selain lebih menghemat waktu, melihat fisik seringkali dianggap sudah bisa mewakili keseluruhan 'isi' dari seorang individu. Daaaaan, seringkali standar cantik itu mengikuti standar masyarakat barat yang menganggap bahwa perempuan itu yang baik, yang cantik, dan yang tepat setidaknya punya ukuran tubuh yang tepat pula atau harus bertubuh langsing. Padahal, setiap kebudayaan punya definisi cantik yang berbeda-beda, ada yang menganggap perempuan harus langsing, ada juga masyarakat yang melihat perempuan yang cantik, yang baik, dan yang tepat adalah mereka yang berbadan besar, setidaknya itu yang gue pelajari setelah membaca sebuah artikel tentang penyebab eating disorder yang dilandasi keberagaman pandangan tentang menjadi 'wanita cantik'. Di Indonesia sendiri, gue belum menelusuri bagaimana tiap kebudayaan yang ada dari Sabang sampai Merauke mendefinisikan cantik. Tetapi bagi gue saat ini, untuk wanita-wanita modern di area Jakarta, cantik masik diartikan sebagai memiliki tubuh langsing, setidaknya bagi sebagian orang. 

Baik lagu, sosok model plus size, maupun role model bagi wanita bertubuh besar tentunya memberikan sumbangan bagi masyarakat dalam melihat dan mendefinisikan kembali tentant tubuh dan kecantikan. Entah benar atau tidak, gue pribadi merasa keberadaan lagu 'All About That Bass' menjadi awal mula kebangkitan dari kesadaran akan keberagaman bentuk tubuh itu sendiri, terutama mereka yang punya tubuh besar. Berbagai media online semakin sering membahas tentang plus size fashion, ataupun me-redefinisikan kembali tentang apa itu menjadi cantik. Gue sendiri gak tau pengaruhnya ke bagaimana para pria dalam mencari sosok wanita yang tepat, tapi setidaknya peran media tersebut memberikan kemudahan bagi para wanita plus size dalam mengekspresikan diri dan dalam hal berbelanja! Keberadaan online shop yang mendedikasikan diri untuk wanita bertubuh besar menjadi solusi bagi kesulitan kami, para wanita plus size dan big size, dalam mencari pakaian yang tepat. Kalau dalam hal ekspresi diri? Penggunaan hashtag #OOTDPlusSize atau #OOTDBigSize jadi tahap awal untuk menunjukkan rasa percaya diri bagi siapapun yang melihatnya. 

Dalam hal shopping, gue pribadi belum pernah mencoba berbelanja dari sejumlah online shop yang khusus menjual pakaian berukuran plus, tetapi setidaknya lewat media instagram dan blog, gue merasa ada wadah untuk mengekspresikan diri dalam hal berpakaian. Jumlah likes yang gue peroleh, atau komentar yang muncul jadi feedback yang lebih nyata akan diri kita sendiri. Gue sudah beberapa kali mem-posting foto bertema outfit of the day dengan tagar-tagar yang terkait. So far, responnya cukup baik dan rasa percaya diri dalam berpakaian-pun menjadi bertambah. Dengan di re-post-nya beberapa foto #ootd gue di akun lain (seperti akun OOTD Big Size Indonesia atau akun-akun serupa) juga menjadi semacam penyemangat diri untuk bisa lebih percaya diri dan untuk lebih mencintai diri sendiri apa adanya. Namun, gue berpesan bahwa terlepas sebesar apapun badan kita, kesehatanlah yang utama. Meski tubuh besar, bukan berarti olah raga adalah suatu hal yang ditinggalkan. 

Oh ya, ada satu hal lagi yang melekat di pikiran gue seminggu belakangan ini, entah dapat dibilang berkaitan dengan tulisan gue sebelumnya apa gak. Bagi yang suka nonton Asia's Next Top Model season 3, pasti familiar dengan sosok Aimee, finalis dari Singapore. Gue pribadi suka dengan fitur wajah dia, meskipun jagoan utama gue adalah #TeamIndonesia dan #TeamJapan. Nah, pada salah satu sesi foto, Aimee mengalami wardrobe malfunction, dimana celana yang ia gunakan gak bisa di tutup resletingnya. Kemudian, terkait dengan kasus itu, Aimee sempat  ditanya tentang ukuran tubuhnya yang agak membesar. Tetapi kemudian ia menjawab pertanyaan itu dengan sebuah statement yang intinya (berdasarkan yang gue tangkap) dia gak akan mengubah dirinya sendiri, karena yang penting adalah mencintai diri sendiri dengan bentuk dan ukuran apapun. Statement itu gue nilai menarik. Kenapa? Karena gue merasa aneh dengan kompetisi tersebut yang mendorong para modelnya untuk bisa muat dengan sample size. Sedangkan, dalam formulir pendaftarannya (yap, gue pernah nekat mau mencoba mendaftar tapi kurang kuat niatnya hehehe), ditulis bahwa kompetisi ini dengan senang hati menerima model dalam ukuran yang beragam, misalnya plus size model. Gue sendiri kurang paham dengan dunia fashion yang sebenarnya, apakah memang ada sample size untuk mereka yang bertubuh besar (tetapi bukan untuk pakaian khusus plus size)? Kalau Aiimee saja dinilai terlalu besar untuk sample size, apa kabar dengan mereka yang bertubuh 10+ ? Bagaimana sebenarnya industri fashion yang diwujudkan dalan kompetisi next top model mendefinisikan plus size ? Mungkin itu bisa jadi bahan pembahasan di blog ini suatu saat nanti hehehe :D

Statement dari Aimee Bradshaw, 2nd Runner Up AsNTM rasanya tepat untuk menjadi pengingat bagi kita, bahwa penting untuk mencintai diri sendiri dengan ukuran dan bentuk apapun. Meskipun banyak yang menuntut kita untuk menjadi A atau menjadi B, penting untuk memiliki rasa bangga, rasa syukur, dan rasa cinta akan tubuh kita sendiri. Salah seorang teman pernah berujar, "cantik itu relatif,". Ya, menjadi cantik itu bisa dimaknai beragam oleh setiap individu dan masyarakat, jadi jangan berusana untuk menjadi orang lain atau mengikuti ketentuan dari budaya lain yang belum tentu sesuai dengan budaya kita. Intinya, kita harus menjadi diri sendiri dengan kelebihan dan kekurangan yang ada. Dengan rasa percaya diri, orang lain bisa menaruh respect akan diri kita nantinya. :)

Selamat membaca, dan selamat berpuasa! 

Thursday, June 18, 2015

Not His Story: Becoming 'Bolang' for DO-FUN!

Selamat Datang, Ramadhan! 
Selamat berpuasa bagi umat Muslim yang sedang membaca tulisan ini. 

Bulan suci ini rasanya selalu punya cerita yang menarik setiap tahunnya, apa lagi ketika gue sudah menjadi seorang mahasiswi karena yaaa...selalu bertepatan dengan libur semester yang super panjang hehehe. Kalau Allah berkehendak, semoga saja tahun ini jadi tahun terakhir merasakan bulan Ramadhan sebagai mahasiswi, Aamiin.

Bukan tentang Ramadhan yang akan gue bahas kali ini, melainkan what did i do a day before Ramadhan, 1st. Seperti yang gue lakukan di H-1 Ramadhan tahun lalu, I spent my day with my cousin. Kalau tahun lalu, tepat sehari sebelum bulan puasa, gue dan sejumlah sepupu dari keluarga bokap menghabiskan hari dengan berenang dan nonton Transformer di Blitz Megaplex, Grand Indonesia. Bagaimana dengan tahun ini?

WE WENT TO DUFAN!
Hello, Dunia Fantasi!

Ya, akhirnya gue berhasil mengunjungi salah satu lokasi wisata di Jakarta tersebut. Sebenarnya keinginan untuk main ke theme park ini sudah ada dari setelah lebaran tahun lalu. Tapi terkalahkan oleh kesepakatan bersama (dan promo FLAZZ BCA) untuk mencoba Jungle Land di Sentul Selatan. Memang, sudah kurang lebih dua bulan belakangan ini, gue dan my partner in crime, Dyah, pengen banget melepas penat dunia perkuliahan yang makin seru ini. Keinginan tersebut akhirnya dapat terpenuhi tanggal 17 Juni kemarin.

Banyak rintangan setiap mau jalan ke dufan. Mulai dari jarak, transportasi, biaya tiket masuk, dan waktu. Beruntung sekali, puasa tahun ini mulai tanggal 18 Juni instead of 17, karena Dyah memang sedang libur dari tanggal 17, sedangkan gue sudah hampir seminggu menikmati liburan semester (YAY!). Niat awalnya, di tanggal 17 Juni, kita berdua mau berenang di Talavera, kemudian gue mendapatkan semacam kegilaan dengan mengajak Dyah main ke dufan. Berhubung kita berdua belum ada yang bisa nyetir dengan baik, maka kami putuskan untuk berkunjung dengan memanfaatkan transportasi umum dan Trans Jakarta adalah solusi dari permasalahan transportasi kami. Awalnya, kami mau menggila memanfaatkan fasilitas Go-Jek dari Cinere-Dufan, mumpung promo hanya Rp10.000,-. tapi...YA KALI DEH, kasihan abang ojeknya :(.

Back to the story, kami berdua akhirnya berangkat dari Cinere dengan kendaraan pribadi, kebetulan orang tua kami sering berangkat bersama ke kantor, jadi bisa nebeng setidaknya sampai daerah Blok M yang merupakan halte trans jakarta koridor 1 paling pertama. Dari blok M, kami menempuh perjalanan hingga halte Monumen Nasional (Monas) untuk pindah koridor Harmoni-Pulo Gadung. Tidak terlalu lama menunggu, bus trans Jakarta arah Pulo Gadung datang dan kami menikmati perjalanan dengan bus versi lama hingga halte Senen. Dari halte tersebut, kami pindah ke halte Sentral Senen yang bisa dituju dengan melalui jembatan yang ada dan tanpa harus keluar halte terlebih dahulu. Dari halte Sentral Senen, kami hanya perlu menunggu bus trans jakarta yang mengarah ke halte Ancol. Kami berangkat dari blok M jam 9 pagi dan sampai di halte Ancol sekitar pukul setengah 11. Halte Ancol tidak terlalu jauh dari tempat pembelian tiket Dunia Fantasi, kira-kira 100-150 meter. Oh ya! Begitu sampai di halte Ancol, kita akan diarahkan ke loket masuk Ancol. Berhubung sedang peak season, kami berdua kena charge Rp50.000,- untuk masuk kawasan Ancol (each: Rp25.000,-). Kirain gak bakalan kena charge karena naik trans jakarta..HUFTS.

Setelah berjalan selama kurang dari 5 menit, akhirnya kami membeli tiket Dunia Fantasi dengan harga peak season sebesar Rp 260.000,-/orang. Mahal? Tunggu dulu! Kami berdua gak beli tiket dengan harga tersebut untuk satu hari saja, tapi untuk SATU TAHUN! Yap, annual pass dufan di musim liburan ini harganya sama dengan harga kalau beli hanya untuk satu hari. Jadi kami berdua gak mau merugi hehehe. Promo tersebut hanya berlaku untuk pembelian dari tanggal 1 Juni hingga 30 Juni saja. Ketika beli tiket ini, gue sempat mengalami kepanikan. Jadi ceritanya, gue sok-sok-an mau bayar pakai debit card  BCA dengan tujuan supaya uang yang kepakai dari tabungan gak berlebihan, jadi di dompet hanya bawa uang Rp 200.000,- untuk makan dan uang pegangan aja. Saat sampai di loket pembelian tiket, ternyata BCA gak bisa digunakan! Jenis kartu yang bisa digunakan hanya yang memiliki logo VISA dan/atau MASTERCARD. Makin panik lagi karena gue lupa nge-check saldo yang ada di kartu debit cadangan, yg merupakan kartu mastercard, ada berapa. Dengan pasrah, gue menyodorkan kartu debit cadangan tersebut ke mbak penjaga loket, dan berhasil...artinya saldo gue masih mencukupi. Setelah melakukan pembayaran, kita akan memperoleh tiket kertas dengan tulisan 'ANNUAL PASS' untuk ditukarkan di arena dufan dengan kartu member. Tentunya kita berdua sangat bahagia akhirnya bisa main di dufan setelah mendapat tiket tersebut.

So excited to swing the problems away!
Taken by Dyah Ayu
We had fun! And looking for more!

Memasuki kawasan dufan, kami berdua mengikuti petunjuk arah tempat penukaran kartu annual pass yang letaknya di sebelah kiri pintu masuk. Tahap pertama yang dilakukan adalah mengambil dan mengisi formulir. Setelah selesai, kita harus mengantri untuk membuat kartu tersebut. Berhubung ngantrinya lumayan panjang, dan ternyata masih bisa melakukan penukaran hingga jam 5 sore, kami berdua mengurungkan niat untuk ikut antri buat kartu dan memutuskan untuk mengantri demi wahana yang ada. Dufan kemarin dapat dikategorikan sepi, karena gak banyak wahana yang 'memaksa' kami berdua untuk mengantri. Tujuan pertama kami adalah ontang-anting. Di kawasan tempat ontang-anting, halilintar, pontang-panting, berada, masih sangat sedikit pengunjung sehingga terasa seperti taman milik sendiri. Ontang-anting bisa dibilang wahana yang cukup ramai tapi tidak terlalu mengantri panjang. Kami berdua bahkan naik wahana ini sebanyak dua kali berturut-turut sebelum akhirnya memutuskan untuk mencoba halilintar. Sayangnya, saat itu, halilintar masih belum ada yang bermain, jadi agak malas untuk jadi orang pertama hehehe. Akhirnya kami memutuskan untuk masuk ke wahana Happy Feet yang merupakan simulator. Satu hal yang membuat gue agak amaze sama rides ini adalah kursi-nya yang benar-benar total membawa tiap pengunjung ikut dalam tiap adegan film yang ditayangkan. Kalau dibandingkan dengan 4DX di Blitz Megaplex dan Shrek Rides di USS, kursi di wahana ini lebih seru. Sayangnya, tidak didukung dengan kualitas tayangan, suara, dan effect yang baik.

RUN!

Sempat bingung untuk memutuskan wahana selanjutnya, gue dan Dyah akhirnya jalan-jalan aja sambil melihat beberapa wahana baru lainnya seperti Ice Age dan Hello Kitty. Kedua wahana baru dari dufan tersebut bentuknya indoor dan terdapat tempat makan diantara dua wahana tersebut. Oh ya, gue sendiri agak kaget karena banyak tempat makanan yang well known di dufan, seperti Yoshinoya, Okirobox, dan Hop-hop. Berhubung dua wahana terbaru itu baru bisa dimainkan setelah jam 12, kami berdua kemudian mencoba untuk mengurus pembuatan kartu annual pass lagi dan ternyata...masih ngantri panjang.
いらっしゃいませ!
Karena bingung, akhirnya Turangga Rangga atau carousel yang jadi pilihan rides kami berikutnya. Jujur, itu kali pertama buat gue menikmati wahana tersebut :p. Zona Amerika jadi tujuan kami berikutnya dan permainan yang kami nikmati adalah Kicir-kicir. Sialnya, kami berdua menduduki posisi yang salah karena posisi tersebut, ketika wahana ini berjalan, akan membuat penumpangnya harus 'bertatap muka' dengan tanah dari ketinggian tertentu. Jujur aja, gue sebenarnya penakut untuk menaiki atraksi macam ini...tapi di sisi lain, gue sangat menikmati selama mata gue tertutup hehehe. Gak kebayang kalau gue buka mata, pasti mual setengah mati. Tapi jujur, sejak 2011, kicir-kicir adalah salah satu wahana yang gue suka, selama ambil posisi duduknya tepat ya!. Dyah sebenarnya pengen ngajak gue main Hysteria...tapi anehnya, gue kok malah takut banget naik wahana ini, padahal menurutnya, hysteria gak ada apa-apanya dibandingkan dengan kicir-kicir. Berhubung masih tengah hari dan matahari lagi terik banget, akhirnya kita menunda main wahana itu. Meluncurlah kami untuk mengunjungi wahana Ice Age, tapi berhubung masih ada satu jam lagi sebelum wahana ini buka, akhirnya kita berdua berkunjung ke permainan Hello Kitty, atau lebih tepatnya semacam museum. Wahana yang satu itu sama sekali gak tepat buat kita berdua yang memang berkunjung ke dufan untuk teriak-teriak. Sambil menunggu jam 1 siang, kami berdua menyantap satu kotak okonomiyaki dari Okirobox untuk mengganjal perut sebelum (niatnya) main Ice Age. Selesai makan, ternyata...wahana Ice Age sudah dipenuhi pengunjung yang mengantri cukup panjang, akhirnya kami mengurungkan niat dan kembali mencoba mengurus annual pass kami.

Outfit: Top by H&M, Pants by XtoX, Shoes by Converse

Dalam pengurusan kartu tahunan tersebut, setelah mengisi formulir, kita akan masuk ke ruangan dengan petugas yang akan merekam sidik jadi kita dan memfoto kita. Serasa lagi buat KTP. Pembuatannya sangat singkat dan kartu juga langsung jadi. Yang bikin lama hanya mengantrinya saja. Oh ya, kekurangan dari pelayanan pembuatan kartu tersebut adalah petugas yang tidak memeriksa kembali data diri pengunjung setelah di-entry. Karena Dyah harus menahan kesal ketika nama pada kartu salah ketik...dari yang harusnya 'DYAH' menjadi 'AYAH'. Kurangnya ketelitian itu harus bisa diperbaiki biar sama-sama enak :)

Berhubung wahana Ice Age masih mengantri, kami akhirnya bermain halilintar. Sedikit pesan dari gue, please jangan over-excited dengan teriak-teriak sebelum wahananya di mulai. Gue pribadi merasa terganggu karena belum masuk jalur yang menyeramkan tapi banyak orang yang sudah teriak-teriak. Kalau pas sudah jalan keretanya, boleh lah teriak-teriak melepas ketakutan..tapi please jangan pas keretanya belum jalan. Pesan yang gue harus sampaikan kepada siapapun yang berniat main ke dufan, jangan pakai jas hujan kalau gak mau kebasahan di wahana arung jeram. Namanya juga mainan air, ya pasti basah lah! Kalau gak mau basah, gak usah main..simple bukan? Gak di Singapore, gak di Jakarta..ada aja yang pake jas hujan untuk main wahana berair. Saat gue main di wahana arung jeram, ada hal menarik yang gue temukan dan bahkan gue abadikan. Jadi, gue dan dyah naik wahana ini sampai dua kali. Yang pertama, dalam satu boat, gue bersama-sama segerombolan ibu-ibu gitu dan rasanya biasa aja: kita semua sama-sama basah. Permainan yang ke dua lebih seru. Entah karena arusnya dibuat lebih kencang dari yang pertama, yang jelas gue menikmati permainan kedua tersebut. Faktor pertama, dalam satu boat gue dan dyah bareng 5 cewek-cewek yang mungkin masih SMA dan mereka rame banget, tapi bukan rame yang mengganggu. Lebih pada ngajak rame bareng-bareng. Yang di sebelah gue berusaha untuk gak basah, tapi tetep aja kena basah. Gue basah kuyup seperti orang kecebur di kolam. Bagian terserunya adalah, lima anak itu udah hafal posisi fotografer, jadi dari jauh mereka udah teriak, 'MAS KALAU MAU AMBIL FOTO SEKARANG BURUAN! BURUAN MAS! CEPEEET!!'. Ngakak lah gue dan dyah ngeliat kelakuan mereka yang seru itu. Belum lagi, setelah gue turun dari rides dan berkunjung ke booth photo, ternya ada satu foto yang semua orang di boat berpose semua! Kelewat sadar kamera banget, hehehe. Gue seneng kalau sesama pemain bisa seseru itu. Makasih loh ya kalian, yang gue gak tau namanya!
We and those awesome strangers on a boat!
IDR 35.000 for one printed photo

Hal seru lainnya adalah ketika gue dan dyah main kora-kora. Kami berdua duduk di bagian tengah kapal, sedikit kecewa sebenarnya karena bagian itu yaaaa kurang seru. Tetapi, pemandangan kami yang bikin suasana seru karena di di sisi lain kapal, ada segerombolan laki-laki yang menggunakan monopod untuk selfie ketika permainan dimulai. Selama permainan, gue dan dyah ketawa sambil menahan rasa deg-degan karena diayun-ayun.

Menutup perjalanan di dufan, gue dan dyah kembali naik ontang-anting sambil berusaha mengeringkan tubuh. Gue yang dengan bodohnya lupa bawa celana ganti, harus bisa mengupayakan agar celana itu kering ketika gue pakai pulang. Sayangnya, bukannya tambah kering, gue malah makin kedinginan...dan ya...gue gak bawa jaket! cerdas!
See ya latter, dufan! 


Sekitar jam 5 sore, kami berdua keluar kawasan Dufan menuju halte ancol untuk naik trans jakarta. Rutenya, setelah naik di halte ancol, berhenti di halte Sentral Senen untuk pindah ke halte Senen. Berdasarkan hasil browsing, ada bus transjakarta yang langsung ke Bundaran Senayan dan ke halte Harmoni. Gue jujur berharap bisa dapat bust yg ke Bunsen, tapi karena sudah lelah menunggu, akhirnya kami naik ke arah Harmoni. Sebetulnya, untuk mempersingkat waktu, kita bisa naik bus ke arah harmoni dan turun di halte Gambir 1 dan lanjut berjalan kaki sampai halte Monas, itu kalau masih kuat jalan loh ya. Berhubung sudah lelah, yaa kami berdua pasrah sampai ke halte Harmoni untuk pindah ke koridor 1 tujuan akhir Blok M. You know what, celana gue baru benar-benar kering ketika menggu bus di halte Harmoni.

Kami berdua sampai ke Blok M pukul 7 malam dan sampai rumah masing-masing jam 9 malam. Total 5 jam kami perjalanan pulang. Untuk transportasi, kami hanya menghabiskan 7 ribu rupiah untuk transjakarta. Benar-benar jadi bocah petualang!

Kalau di tanya kapok apa gak jadi bolang ke dufan, gue akan jawab: NOPE! Bahkan gue mau lagi dan harus berangkat lebih pagi lagi biar banyak wahana!

Semoga masih ada kesempatan lagi setelah lebaran untuk main ke dufan. Sepertinya asik nih melepas penat setelah sidang penelitian etnografi di bulan Oktober nanti dengan main ke dufan, mumpung gratis hihihihi.

One of my favorite photo, taken on air!


Ini beberapa poin penting yang harus kamu perhatikan sebelum main ke dufan:

  1.  Pastikan waktu dan rute trans jakarta bagi kalian yang mau ikut nge-bolang kayak gue. Rute untuk berangkat (dari halte blok M): BLOK M - TURUN DI MONAS, PINDAH KORIDOR - NAIK TJ ARAH PULOGADUNG - TURUN DI SENEN - SENEN SENTRAL - ANCOL. Sedangkan untuk pulang (ke arah blok M): ANCOL - TURUN DI SENEN SENTRAL - SENEN, NAIK TJ ARAH HARMONI - TURUN DI HARMONI - BLOK M
  2. Jangan lupa cek harga tiket masuk di website dufan! Kalau jarang main ke dufan dan harga tiket satu hari lebih murah dari annual pass, mending beli tiket satu hari aja. Kalau kondisinya seperti gue, mending beli annual pass.
  3. Kalau memilih tiket annual pass, jangan lupa bawa ballpen atau pensil. Lebih baik urus pembuatan kartu saat jam makan siang (12.30), karena antriannya sudah lebih baik. 
  4. Untuk rides yang mulai jam 1 seperti Ice Age, lebih baik mulai antri dari jam 12 lewat supaya gak terlalu lama menunggu.
  5. Bawa pakaian ganti: baju+celana+pakaian dalam+handuk! dan bawa kantung plastik.
  6. Pastikan bawa tas yang waterproof  kalau mau main di wahana yang mengandung air (niagara dan arung jeram). 
  7. Jangan membawa jas hujan kalau tujuan pemakaiannya di wahana berair! Kalau gak mau basah, mendingan gak usah main wahana macam itu. 
  8. Dress properly! Kalau tujuan main ke dufan untuk benar-benar main, pakaian yang nyaman itu mempengaruhi kenikmatan bermain. 

Sunday, June 7, 2015

Not His Story: I am Feeling Twenty Two!

I always get excited to meet June, 6th every year just because I am very grateful to have another birthday and still breathing.

Sebenarnya masih belum bisa percaya kalau gue sudah berkepala dua sejak dua tahun yang lalu. Somehow, gue merasa kalau gue masih anak-anak dan belum sepantasnya jadi orang dewasa. Apalagi setiap berkunjung ke mall atau tempat-tempat nongkrong, gue merasa kurang bisa disebut dewasa ataupun tua setiap melihat segerombolan anak-anak SD atau SMP yang gaya dan dandanannya lebih hits dari gue. Gue-pun bertanya, ini gue yang salah karena gak sadar umur atau mereka yang gak sadar umur ya?

from my instagram, fkrnand


ANYWAY!

I spent my June 6th with my mom and dad dengan makan siang bersama. Secara keseluruhan, tanggal 6 Juni tahun ini terasa biasa-biasa saja, yang istimewa hanya fakta bahwa gue masih diberi kesempatan sama Allah untuk bisa bernafas dan menjadi individu yang lebih baik dalam berbagai hal. Di umur yang baru ini, gue-pun juga menyadari bahwa dalam waktu yang rasanya singkat, gue akan menghadapi tahun terakhir di perkuliahan, well setidaknya itu yang gue harapkan. Besar keinginan gue untuk bisa menyelesaikan skripsi di akhir usia 22 gue dan merasakan wisuda pada usia 23 tahun. Bagi sebagian, apa yang gue lakukan bisa saja disebut terlalu berambisi....tapi bagi gue pribadi, itu adalah sebuah konsekuensi dari keputusan gue di tahun 2012 untuk memulai lagi dari awal instead of melanjutkan apa yang sudah dijalani. Semoga saja, harapan tersebut bisa terwujud, Aamiin.

Memasuki usia baru ini, gue juga menyadari bahwa gue butuh banyak belajar. Bukan hanya sebatas belajar dalam rangka akademis saja, tetapi belajar tentang hidup atau setidaknya belajar mempersiapkan diri di realita....bukan lagi sebagai seorang pelajar tetapi sebagai wanita dewasa yang sedang berupaya membangun kariernya dan masa depannya. Berat? Semoga saja Allah selalu membantu gue dalam menjalaninya.

WHOAAA baru bertambah umur satu hari aja, gue sudah banyak berfikir hahahaha. Mungkin itu bagian dari pengaruh yang muncul ketika semua ujian akhir semester diberikan dalam bentuk makalah take home dengan batasan minimal ribuan kata....

weekly obsession!


Keinginan untuk bisa memilki salah satu varian dari macbook sebenarnya sudah jadi impian sejak SMA. Tapi faktor harga selalu jadi penghalang, mengingat gadget keluaran Apple-ini harganya terasa keterlaluan meskipun yaaa keren sih :p. Tapi, belakangan ini, dapet macbook sebagai kado ulang tahun selalu jadi do'a gue. Meskipun sebetulnya sih gak yakin ada yang mau ngasih. Kalau gue punya unlimited budget, gue akan menghadapi kebimbangan untuk memilih salah satu dari dua varian macbook tersebut: antara macbook air 13 inch dengan macbook pro (non-retina) 13 inch. Gue bahkan googling untuk melihat perbedaan diantara keduanya. Sebenarnya, bagi gue yang banyak ngetik dan suka buat poster atau edit foto, macbook air aja cukup. Tetapi, berdasarkan banyak review pengguna macbook, buat design ya lebih baik macbook pro. 

Berasa besok bakalan beli aja ya gue? hahaha. Berharap boleh dong ya? Semoga nanti saat gue sudah bisa menghasilkan uang sendiri, macbook bisa terjangkau oleh keuangan gue :") Aamiin.