Showing posts with label Wishes. Show all posts
Showing posts with label Wishes. Show all posts

Saturday, December 30, 2017

2017: 12 Months, 12 (big) Things that I'm Grateful at

"Be thankful of what you have; you will end up having more. If you concentrate on what you don't have, you will never, ever have enough" - Oprah Winfrey

Tahun 2017 akan berakhir dalam hitungan hari dan tentunya, merenungkan kehidupan kita selama kurang lebih 365 hari belakangan menjadi salah satu rutinitas yang dapat dilakukan sebagai persiapan di tahun yang baru. Melihat kembali tahun 2017, ada banyak cerita kehidupan, baik yang gue alami sendiri ataupun mendengar dari orang lain, yang memberikan kesan dan tentunya pelajaran berharga. Mulai dari pengalaman yang menggembirakan, membanggakan, menyenangkan, hingga yang menyedihkan, membuat marah dan terkesan suram berhasil menorehkan cerita dan ilmu tersendiri buat gue.

Before this year ends, I would like to share 12 things that i'm really grateful at that happened this year and share you a lil bit about the lesson i learnt.

  1. Had chance to learn from one of the biggest FMCG company in Indonesia & found out what I want for my career: As you know, I had an amazing 6 months internship on HR Department/Function in Unilever Indonesia. Setelah lulus kuliah, I thought I want to be a writer for magazine or online media. Tetapi dari pengalaman magang itulah, gue menemukan my true 'WHY' (also introduced me with Simon Sinek's Start with Why) for life and lead me to human resource (esp. on talent development) world for my career. 
  2. Hit the rock bottom to finally feel sure about the future: 2017 is definitely the rock bottom of my relationship with the man I love since 2008. We fight quite a lot in the first 6 month of 2017 but then we both realized what we really want  and create more concrete plan for our future, together.
  3. Had experienced living away from home and learned how to manage my life: Meski tidak benar-benar 'living away from home' karena masih sering dijengung oleh nyokab, but most of the time, I live alone during my internship programme. Selama ini, dari masa sekolah, gue selalu pulang-pergi dan gak pernah yang sampai nge-kos. So that moment was priceless karena gue dituntut harus bisa me-manage keuangan dengan baik, begitu juga waktu untuk kerja dan mengurus keadaan tempat tinggal.
  4. Learnt about self-control and earning someone's trust : Dari sejumlah pengalaman yang gue jalani di tahun 2017 ini, gue masih memiliki kesempatan untuk belajar tentang mengendalikan diri, mengendalikan emosi, mengendalikan ego yang selama ini terlalu bebas. 
  5. Got my first (permanent) job on my 24th birthday: This is probably the highlight of 2017. Tanggal 6 Juni 2017, gue diundang untuk interview oleh a start-up company named Kalibrr as the final process of my application to be an intern. At night, just before the day ended, i received an offering letter for a permanent position as Client Success Associate. It was the best gift I ever received and can't stop saying Alhamdulillah for that.
  6. Had chance to sharpen my saw through my current job and help more people: Bekerja di Kalibrr as Client Success Associate membuka banyak kesempatan untuk gue mengasah kemampuan gue di dunia human resource lewat day-to-day job & proyek-proyek yang ada. The best part of it, I can help more people to get the job they wanted & company to get the right people to work for them.   
  7. Got chance to read more books this year (mostly) about self-improvement & leadership: Bisa dibilang, tahun ini gue cukup aktif untuk membaca buku jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Senang rasanya bisa membeli buku-buku bagus dengan uang hasil keringat sendiri dan dapat menyelesaikan buku-buku tersebut sambil merasa inspired by the story. I've finished Game Changer at the Circus by Jean-Francois Cousin, A New Model by Ashley Graham, Start with Why by Simon Sinek, and some other books. 
  8. Finally able to buy the device that I've been wanting since junior high school: Saat SMP dulu, gue mengidam-idamkan bisa punya macbook karena di masa itu, gue lagi super seneng ngedit foto dan buat poster via photoshop and from what I heard, macbook is the device that I really need. Setelah hampir 11 tahun, I finally able to buy one!
  9. Able to conquer my fear of starting : 2011-2012 was a roller coaster for me dan menjadi salah satu periode yang mempengaruhi munculnya anxiety of starting new thing. Alhamdulillah, setelah bertahun-tahun harus merasa insecure ketika memulai hal baru, tahun ini ketakutan itu semakin berkurang. and I feel more confidence to start somethin new.
  10. Meet a lot of people and have chance to learn from them: Beside from work, gue juga berkesempatan untuk ketemu dan belajar dari beberapa inspirational person from a conference & some classes I attended this year. 
  11. Have more time to spend with people that I love in 2017: especially my mom. Mengingat lokasi kantor yang masih possible kalau gue harus pulang pergi, my mom always there to drop me to the nearest transjakarta station and I'm so happy to spend more time with her, listening to her story from work and what she experienced that day. 
  12. Still have things to be grateful at every single day: Menghabiskan 1/3 hari gue di jalanan memberikan waktu khusus untuk gue merenung dan reflect back. Knowing that I still have a lot of things to be grateful at every single day, make me feel blessed and of course, grateful. Meski di hari itu gue mengalami rough day, senang rasanya bisa merenung sejenak di perjalanan pulang dan merasa bersyukur. 

So that's all....12 things that I'm grateful at this year & also a summary of my life in 2017. For next year, I hope I can keep the positive vibe in my life by being grateful of life and share the same vibe for people around me.

Don't forget to stay positive & be grateful!




Wednesday, May 3, 2017

Not His Story: Powerful Women, Unite!

".....when we grow up, we may think that we're the only person with the problem we face and no one can help us but ours. But the truth is, to find the answer on our problem, we have to meet other people and seek for solution from their experience..."

Statement di atas adalah rangkuman yang gue buat dari apa yang telah disampaikan oleh Sophia Amoruso, the woman behind Nasty Gal and the 'Girl Boss' book, pada saat acara Resonation hari Sabtu yang lalu (29/4). Sebagai salah satu pembicara yang cukup dinanti-nanti dalam acara Resonation 2017, Sophia Amaruso banyak berbagi pengalaman hidupnya. Tidak hanya sebatas membahas pengalamannya dalam mendirikan salah satu perusahaan retail yang cukup ternama di Amerika, Nasty Gal, tetapi juga pengalamannya dalam mencari 'The Right Guy'. Satu pesan yang cukup melekat diingatan gue terkait dengan love life adalah, 'find someone that going to be 'on' because of your ambition...if he's going to be, then he's the one'. 



Kisah dan pesan-pesan menarik dari pengalaman hidup seorang Sophia Amoruso tentunya tidak pernah akan gue peroleh kalau gue tidak datang ke Resonation 2017, a women empowerment conference, yang berlangsung di The Kasablanka hari Sabtu, 29 April 2017 yang lalu. Dengan mengusung tema What's Stopping You, Resonation yang digagas (salah satunya) oleh Nina Moran, one of the fearless sisters behind my favorite magazine, GoGirl!, menjadi ajang bertemunya para perempuan untuk bisa saling berbagi pengalaman, berbagi cerita, dan saling mendukung untuk mewujudkan wanita-wanita Indonesia yang berdaya. Acara yang dimulai pukul 8 pagi hingga pukul setengah 6 sore itu terdiri dari sejumlah kegiatan, mulai dari acara hiburan, talk show dengan sejumlah inspiring women (and men!), hingga sharing session yang menjadi kegiatan favorit gue.

Sunday, January 1, 2017

Not His Story: What 2016 Had Done to (and Taught) Me!

Happy New Year 2017! 
Alhamdulillah masih diberikan kesempataan untuk bernafas sama Tuhan hingga dapat merayakan pergantian tahun lagi kali ini. How's your new year eve? I spent my night with my big family and i couldn't ask for more. Semoga saja tahun 2017 lebih baik dari sebelumnya, Aamiin.

Tahun 2016 telah banyak memberikan kenangan dan pelajaran yang menarik sekaligus penting untuk kehidupan gue, mulai dari ngurusin skripsi, mencari kerja, jalan-jalan bersama orang-orang yang gue sayang, sampai akhirnya ditutup dengan pengalaman menjadi seorang anak magang di salah satu perusahaan yang terbilang cukup besar di Indonesia. Bisa dibilang, tahun 2016 membuat hidup gue lebih dinamis. Setelah beberapa hari kemarin  menyempatkan diri untuk merefleksikan hidup di satu tahun belakangan ini, gue menemukan ada beberapa aspek dalam kehidupan gue yang 'diotak-atik' oleh tahun 2016 dan menghasilkan pelajaran penting as my guidance to survive in 2017. And I guess it's time for me to share what 2016 had done (and taught) to you...siapa tahu bisa jadi pembelajaran juga ;) Here we go!

1. On Health
2016 bisa dibilang tahun pengujian akan kesehatan gue. Setelah beribu-ribu tahun gue gak menggunakan inhaler untuk mengatasi asma, tahun ini rekor itu pecah lewat beberapa kali serangan asma di tahun 2016. Bagi yang mengikuti gue di media sosial, pasti tahu bahwa gue cukup sering menghabiskan waktu di gym (meskipun gak rutin). Logika sederhananya sih, kalau sering berolahraga penyakit asma harusnya bisa teratasi. Tetapi kenyataan menunjukkan hal sebaliknya. Selain asma, di akhir tahun 2016 gue harus menghadapi demam tifoid dan flu berat yang membuat gue gak konsen kerja dan merasa cepet banget capek.

Awalnya gue berfikir ini karena gue kurang olah raga, kurang gerak. Tapi setelah difikirkan lagi, setiap gue sakit, baik asma, tifus, ataupn flu, gue pasti sedang ada dalam kondisi banyak pikiran.At that point, i learn about the importance of balancing mind and body. Pikiran kita itu sangatlah kuat. Ketika pikiran-pikiran negatif mendominasi, tubuh kita juga akan terpengaruh oleh hal tersebut. Akhirnya jadi lebih rentan untuk terkena penyakit dan mengganggu produktifitas kita. Meskipun sudah rajin olah raga, menjaga makan, atau minum vitamin, tubuh kita akan tetap rentan kalau pikiran kita tidak dijaga untuk stay positive. I understand how hard it is to manage the positive mind, tapi hasil gak akan menghianati prosesnya.

Belajar dari apa yang tahun 2016 lakukan pada kesehatan gue, I want to pay more attention on my health this year by live with positive mind to make a positive body in 2017. Semoga saja serangan-serangan asmara di tahun 2017 ini tidak terjadi seheboh tahun lalu.

2. On Being Confident
Bisa dibilang, tahun 2016 banyak mengajarkan gue seputar how to love my body even thought I don't have Kendall Jenner's body. Gue semakin paham bahwa tubuh dengan bentuk dan ukuran apapun itu bukanlah penghalang untuk menjadi sosok yang percaya diri. Gue banyak belajar lebih banyak tentang hal tersebut di tahun 2016 setelah berbincang langsung dengan tiga orang plus-size influencers yang gue ikutin di media sosial; Irene Tanudibroto, Annissa Mawinda, dan Aditira, untuk skripsi gue. Selain dari ketiga sosok inspiratif (dan stylish!) tersebut, gue juga banyak belajar dari sesama plus-size yang gue kenal lewat Instagram setelah gue sering menulis seputar life as plus-size women in Indonesia di blog dan mengunggah foto-foto OOTD di Instagram.

Meski merasa lebih PD tentang tubuh, gue menyadari bahwa tingkat kepercayaan diri gue masih harus lebih ditingkatkan dalam lingkup pekerjaan. Gue merasa masih kurang PD untuk mengungkapkan pendapat ataupun ide-ide dalam pekerjaan. Asumsi gue karena masih belum terbiasa dengan dunia kerja.

In 2017, I would like to maintain my confidence level and also bring it to another level, which is the professional one. Hopefully, it could help me to excel my role in professional environment, Aamiin.

3. On Expanding My Network
Sejak awal tahun 2016, gue diberikan Tuhan banyak kesempatan untuk bisa mengenal orang-orang hebat lewat berbagai event. Misalnya saja di akhir Januari, gue berkenalan dengan sejumlah mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia yang mendapat undangan untuk ikut dalam acara Asean Career Fair with Japan di Singapura. Lalu gue bisa sharing dengan para plus-size influencers seperti Irene, Annissa, Tira, Intan Kemala Sari, dan mbak Ririe Bogar, baik secara langsung maupun secara online. Gue juga bisa berkenalan dengan sesama plus-size dan akhirnya jadi teman baik. Selain itu, gue berkesempatan untuk masuk ke tahap 'Assessment Center' untuk Unilever Future Leader Program (MT-nya Unilever) dan berkenalan dengan sejumlah kandidat yang keren-keren dari segi experiences-nya. Gak hanya itu, di penghujung tahun 2016, gue berkesempatan merasakan magang sampai bulan Mei mendatang di Unilever. Tentunya kesempatan itu memberikan akses untuk gue to expand my network lewat bekerja dengan orang-orang hebat di divisi Human Resource. 

Di tahun 2016 ini, gue berusaha untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan (meskipun ada sih satu hal yang gue sia-siakan dan menimbulkan penyesalan mendalam) untuk bisa menambah networking dan belajar dari pengalaman mereka. Harapannya, di tahun 2017 gue bisa menambah network gue dan belajar lebih banyak lagi dari orang-orang hebat lainnya to help me achieve my dream.

4. On Chasing My Dream
Di akhir tahun 2016, gue menyadari there's million way to make my dream come true, as long as you don't stop exploring things. Saat lulus kuliah, gue langsung mendaftar di sejumlah perusahaan media supaya keinginan gue menjadi seorang reporter yang could produce inspiring articles bisa terwujud. Namun sayang, sepertinya Tuhan belum mengizinkan gue untuk bekerja di perusahaan media saat ini.

Awalnya gue sedih, namun gue menyadari bahwa bekal gue untuk menjadi seorang jurnalis masih terbatas, dan kesempatan untuk magang di Unilever yang gue jalani saat ini sebenarnya menjadi cara Tuhan untuk menunjukkan bahwa I can be a journalist through another way. Di Unilever posisi gue memang gak ada sangkut pautnya dengan media, tapi gue bisa belajar banyak dari sejumlah pekerjaan yang telah, sedang, dan akan gue lakukan selama program magang sebagai bekal menjadi seorang jurnalis yang baik di masa yang akan datang.

Hopefully, I can learn a lot from my current position and make my dream comes true this year. I also hope to still got a chance to explore more doors to another great opportunity that will be useful for my life, personal and professional. Aamiin.


Tahun 2016 telah memberikan gue setidaknya empat pelajaran berharga yang menjadi bekal hidup gue di tahun 2017. Thank you for all ups and downs, for all laugh and tears, for everything my dear 2016. Let's start 2017 by saying Bismillah!

See you on the next post!





Thursday, December 22, 2016

Not His Story: Mother, The Real Superhero!

It's been a while since my last post, maafkan saya huhuhu. Since the first day of December, gue mulai mendapatkan kesibukan baru, which is working as intern untuk salah satu perusahaan di daerah Gatot Subroto. Sebetulnya sih pekerjaannya tidak sesibuk itu, but I spend most of my time on the road....

Kesibukkan baru gue ini cukup banyak menorehkan cerita dan suatu sudut pandang baru untuk gue, meskipun baru gue jalani selama 2minggu+. Sudut pandang itu memberikan gambaran nyata tentang perjuangan seorang ibu yang juga meniti karir....like what my mom does.

My mom isn't a stay home mom, sejak gue lahir (bahkan jauh sebelum itu) beliau bekerja sebagai pegawai swasta di berbagai perusahaan (tentunya gak dalam satu waktu hehehe :p). Gue tahu bahwa beliau sangat bekerja keras dan banyak berkorban untuk dua perannya tersebut, tapi semenjak menjalani kesibukkan sebagai intern, gue mulai paham perjuangan beliau. 

Selama kurang lebih 10 tahun belakangan ini, nyokab bekerja di daerah sekitar Sudirman yang membutuhkan sekitar 1.5-2 jam perjalanan dr rumah. Melihat banyaknya waktu yang habis di luar rumah untuk bekerja, gue tetap merasa bahwa she always have time for me and for the family. Dalam dua minggu bekerja, si anak baru ini sudah merasa agak kewalahan membagi waktu....dan di titik itulah gue mulai paham betapa besarnya perjuangan dan pengorbanan nyokab gue selama ini. Bekerja from 9 to 6 (sometimes more than that) ditambah total empat jam perjalanan kantor-rumah dan beliau masih selalu punya waktu untuk gue dan bokap..... It shows me that she's the real super hero. 

Menjalani sebagian kecil dari kehidupan beliau for the last two weeks membuat gue sadar bahwa perjalanan gue masih sangat panjang untuk bisa membuat beliau bangga dan bahagia, meskipun kerap kali beliau bilang she's already proud of me. 

Di hari Ibu tahun ini, lewat kehidupan baru as an intern, gue semakin bersyukur to have her as my mom. Kondisi ini juga menjadi reminder untuk selalu bersyukur atas kehidupan yang gue jalani ini.

Dear mamiun, let me tell you something

For the last two weeks, I experience a small part of your life. It gives me a new point of view about your life, your sacrifice for me and the family, your love.

Terima kasih atas segalanya yang sudah tidak dapat lagi ku jabarkan. Maafkan anak mu ini belum bisa memberikan yang terbaik, yang dapat membuat mu bangga lewat prestasiku, membuatmu bahagia. 

Aku selalu berdoa....semoga Allah selalu menjagamu, memberikanmu kesehatan, memberikan rezeki yang cukup, dan bisa selalu ada di sampingku di setiap waktu. I love you ma....

Selamat hari Ibu, mamiun! 


Selamat hari ibu untuk para ibu dan calon ibu di manapun!


Thursday, June 30, 2016

Not His Story: My First Step to A New Beginning of Life

Thursday, June 23, 2016 is my latest favorite day simply because on that day, I finally passed the thesis defense! I can't say another word but Alhamdulillah. 

Execution-day Squad!

Kalau diingat-ingat, upaya gue untuk bisa menyelesaikan skripsi secara resmi di mulai pada bulan Februari 2016. Di bulan itu gue mulai rutin ketemu dosen pembimbing, Mas Ezra M. Choesin, untuk menyusun research design yang nantinya akan jadi guidance gue saat turun lapangan yang sudah gue rencanakan akan terlaksana di bulan Maret. Semangat gue sampai pertengahan bulan Maret bisa dibilang masing menggebu-gebu, terutama karena berkesempatan untuk ketemu tiga sosok wanita muda inspiratif, Aditira, Renee, dan Annissa, dan berbagi cerita seputar pengalaman mereka sebagai sosok plus-size fashion enthusiasts yang memanfaatkan media sosial untuk mengekspresikan diri mereka plus untuk menyampaikan pesan-pesan positif buat para followersnya. Ketiga wanita tersebut selama ini hanya bisa gue jadikan inspirasi berdasarkan postingan di media sosial mereka aja. Tapi, berkat skripsi ini, gue bisa kenal mereka dan tahu lebih banyak tentang mereka sekaligus belajar banyak dari mereka. Akhir bulan Maret, semangat gue perlahan-lahan redup. Ketemu dosen pembimbing semakin males, dan progressnya kurang memuaskan. Kalau gue gak pernah merencanakan untuk bimbingan bareng salah satu teman seperbimbingan gue, Novytya, mungkin tanggal 23 Juni itu gak ada makna apapun saat ini. Sejak bimbingan skripsi bareng Novytya, gue jadi semakin semangat dan termotivasi melihat progress skripsinya dia. Akhir bulan April-Mei gue seperti kesetanan, hampir tiap minggu bimbingan dan Alhamdulillah selalu bikin dosen pembimbing gue 'ngutang' ngecek progress gue. Selama masa-masa itu, gue cuman bisa pasrah sambil minta izin ke nyokab dan bokap in case gue harus menambah satu semester lagi untuk menyelesaikan perkuliahan. Do'a kedua orang tua gue rasanya punya peran cukup besar dalam terlaksananya goal gue untuk lulus empat tahun setelah merasa pesimis dan pasrah. Akhirnya, tanggal 2 Juni, skripsi gue disetujui oleh dosen pembimbing gue dan tanggal 3 Juni, tepat saat jatuh tempo pengumpulan skripsi, gue bisa mengumpulkan usaha gue selama 3 bulan itu ke departemen untuk disidangkan. 

Meet my role models: Annissa Mawinda, Irene Tanudibroto, and Aditira H.

Meet, Aditira a.k.a. Tiraemon on insta!


Menanti keluarnya tanggal sidang juga cukup membuat gue deg-deg an, karena mayoritas anak-anak bimbingan Mas Ezra belum punya tanggal sidang setelah kurang lebih seminggu setelah deadline pengumpulan skripsi. Gue sendiri baru dapat tanggal sidang itu seminggu sebelumnya, dan semakin deg-degan sampai hari H. Sakit perut rasanya sudah gak terhitung lagi berapa kali terjadi. Ketakutan tidak bisa menjelaskan dengan baik sampai takut gak lulus selalu muncul setiap malam dan menyebabkan agak sulit tidur. Sehari sebelum sidang-pun, the butterflies on my stomach won't go away! 

Setelah kurang lebih satu minggu ikutan maraton sidang dari teman-teman seangkatan, hari sidang skripsi gue akhirnya datang dan seperti kebiasaan empat tahun terakhir, gue datang kepagian. Belum ada teman untuk berkeluh kesah membuat gue akhirnya memutuskan untuk duduk di depan gedung departemen sambil mendengarkan lagu-lagu favorite supaya gak deg-degan dan fokus dengan tujuan gue di hari itu: Mempresentasikan skripsi gue. Alhamdulillah, sidang skripsi berjalan lancar, gue bisa mempresentasikan hasil penelitian dengan cukup baik, dan tanggapan dari dewan sidang-pun membuat hati tenang. Dan yang paling penting, gue dinyatakan LULUS! Alhamdulillah.
Yay! Done!


Skripsi gue ini sendiri adalah hasil penelitian gue terhadap praktik bermedia, especially social media, yang dilakukan oleh para plus-size fashion enthusiasts. Praktik itu berkaitan dengan upaya mengekspresikan makna dan pengalaman hidup mereka. Yaa secara garis besar, di penelitian gue itu mau melihat bagaimana para plus-size women menggunakan media sosial untuk mempromosikan plus-size fashion dan ide-ide seputar self-love dan body positive kepada para followers mereka. Gue sangat menikmati mengerjakan penelitian ini karena pada dasarnya, di skripsi ini gue mengangkat dua hal yang gue sukai: media sosial dan plus-size fashion. 

Lewat pengerjaan skripsi ini, gue jadi belajar untuk semakin menghargai diri sendiri dan orang lain karena pada dasarnya kita gak tau pengalaman mereka yang menjadi landasan mereka untuk menjalani kehidupan. Begitu kita tau dari proses interpretasi cerita maupun berbagai bentuk ekspresi mereka, kita punya pemahaman sendiri dan lebih bisa mengapresiasi orang lain berdasarkan pengalamannya itu sendiri. Gue juga belajar banyak dalam proses penyelesaian skripsi ini dan hal-hal tersebut gak akan gue lupakan. 

Lulus sidang skripsi baru tahap pertama untuk memasuki fase hidup yang baru. Gelar S.Sos di belakang nama baru akan resmi gue miliki setelah menyelesaikan revisi dan di wisuda tentunya. So, masih panjang perjalanan dan perjuangan yang harus dilakukan untuk memasuki 'kehidupan baru'. Semoga saja makin banyak ilmu yang gue peroleh selama perjalanan itu. 


Gue mau berterima kasih pada banyak pihak, mulai dari kedua orang tua yang selalu support dan mendo'akan gue, lalu ada pacar yang juga memotivasi gue dan mendukung gue, sahabat-sahabat dari SMA maupun teman-teman di dunia perkuliahan yang banyak mengajari gue tentang hidup, dosen pembimbing dan penguji, dan yang gak kalah penting adalah para plus-size women (terutama Tira, Renee, dan Annissa yang bersedia jadi narasumber di skripsi gue) yang ada di mana pun. Berkat mereka, gue belajar banyak untuk menghargai diri sendiri dan juga belajar bahwa ukuran tubuh bukanlah penghalang to do something.

Penggembira di hari eksekusi <3
Ibu satu ini rela cuti untuk mengantarkan gue ke kampus demi sidang skripsi :*


As a plus-size women, you can express yourself through fashion (and social media) so anyone can be inspired by you.  You can't be defined by your size. And the last, remember to always love yourself and celebrate who you are! 

Finally, (getting closer to) Fikriana Kusuma Andini, S.Sos.

Friday, June 10, 2016

Not His Story: Thnks fr th Mmrs!

Class of 2012!

Squad Goals

Setelah empat tahun menjadi bagian dari Social Anthropology UI class of 2012, tonight is my very first time to join a breakfasting event with my dearest pals. For the last three years, i can't join the similar event for many reasons, mulai dari karena isu kampanye ricuh sampai karena alasan sederhana seperti 'have no money'. Tahun ini, secara sengaja gue datang ke acara buka puasa bersama mengingat adanya kemungkinan bahwa tahun ini adalah tahun terakhir gue sebagai mahasiswa, sebelum memasuki dunia kerja yang tentunya akan semakin sulit untuk menyempatkan waktu bertemu teman-teman seperjuangan. Alasan lainnya, sebagai bendahara angkatan, gue merasa sudah terlalu lama menyimpan uang iuran tiap minggu yang dipercayakan kepada gue dan acara buka puasa bersama ini jadi sarana yang tepat untuk menyudahi tugas gue itu. FYI, tahun-tahun sebelumnya, tidak banyak teman-teman seangkatan yang bisa hadir dalam acara buka puasa bersama (including me), dan bisa dibilang, malam ini sebagian besar bisa datang berpartisipasi, jadi gue rasa keputusan gue untuk ikutan acara ini adalah tepat. 

A sentimental night.

Frase itu sepertinya tepat untuk mendeskripsikan kebersamaan tiga puluh enam mahasiswa (out of 46) dan satu calon sarjana (yang hanya tinggal menunggu wisuda) malam tadi. Mungkin gue merasa 'tersentuh' karena ada satu sesi acara yang spesial. Sebenarnya sesi itu sangat sederhana, menuliskan kesan pesan pada secarik kertas yang dimiliki oleh masing-masing dari kami. Setiap sekian menit, kertas itu harus terus diputar dan dituliskan oleh siapapun yang memegang kertas tersebut, sampai akhirnya kertas tadi sampai ke tangan pemilik aslinya. Lewat kertas tersebut, gue jadi tahu kesan tentang gue yang melekat pada mereka semua. Ada sekitar tiga puluh lima kesan dan pesan yang gue peroleh, I don't think I want to write each of them here, but overall they wish me good luck for my thesis defense, and think that all of my notes for the last 7 semesters are helpful, Tidak semua pesan disertai dengan nama, tapi gue sangat berterima kasih atas do'a mereka untuk gue. 

Berkat mereka, gue bisa menjalani segala bentuk tantangan yang harus gue hadapi, salah satunya ketiga memasuki masa ospek jurusan, yang kalau throwback ke lima tahun yang lalu, menjadi salah satu sumber insecurity gue. Dari mereka, gue belajar begitu banyak hal berharga yang gue rasa gak akan gue peroleh di tempat lain.

#Throwback to 2012.
Part of Social Anthropology class of 2012 with our 'kiddos', S.A. class of 2015

Thank you so much, my dearest troops! Terima kasih untuk segala ilmu yang kalian ajarkan ke gue, terima kasih untuk berbagai canda tawa yang kalian torehkan dalam hidup gue, terima kasih atas semuanya! Gue selalu berdo'a untuk kesuksesan kalian semua, berharap kita semua diberikan yang terbaik oleh Tuhan dalam setiap langkah yang kita ambil. Good luck and see you on the top of the world!


Tuesday, February 9, 2016

Not His Story: Another Opportunity, Another Trip to Singapore [Revision]

Bukan cuma proposal penelitian dan skripsi yang boleh dan bisa direvisi, tulisan di blog juga bisa dan dimungkinkan untuk direvisi kok. Tulisan kali ini tujuannya untuk memperbaiki dua tulisan yang pernah gue post dan telah gue hapus. Well, semoga pesan utama dari tulisannya bisa tetap tersampaikan :) -N

Beberapa pihak menganggap bulan Januari sebagai the trial month of the new year, sehingga bisa lebih baik di bulan-bulan berikutnya. Kalau menurut gue pribadi, a good start will lead us to such a great experience to be proud of in the end and a good start is relative. Awal yang bagi kita mungkin buruk bisa saja punya makna baik setelah direfleksikan, bukan? Secara garis besar, bulan pertama dari 12 bulan di tahun 2016 ini punya kesan yang sulit dilupakan dan gue harap gak akan bisa terlupakan sehingga bisa jadi pembelajaran di masa mendatang (that's why I'm writing about it naaaw). Salah satu alasan sulit terlupakannya bulan Januari adalah karena gue bisa ke Singapura (lagi)! Dari tahun 2014, gue dan sepupu gue selalu berencana ke Singapura, namun realisasinya kosong besar (meskipun akhirnya kita berdua berhasil ke Malang bulan November silam). Alhamdulillah kunjungan ke Singapura di akhir bulan Januari itu tidak begitu memakan biaya besar karena disubsidi. How?!

Awal tahun 2016 gue memperoleh sebuah broadcast message di LINE group pengurus himpunan yang isinya adalah undangan acara ASEAN CAREER FAIR WITH JAPAN 2016 IN SINGAPORE. Salah satu unsur dari pesan itu yang membuat gue menggebu-gebu adalah bahwa biaya akomodasi DITANGGUNG PANITIA. Butuh sekitar tiga hari sejak pesan itu dibagikan oleh salah satu junior di kampus sampai akhirnya gue mengisi form, menyertakan CV dan transkrip, dan men-submit semua itu ke panitia lewat website resmi mereka asean-career.com. Rupanya, hanya butuh beberapa jam saja hingga gue menerima e-mail balasan dari panitia yang isinya gue berhasil mendapatkan undangan resmi untuk hadir di ASEAN CAREER FAIR 2016 tersebut. Bahagia? tentu, bersyukur? wajib, bingung? PASTINYA! Bagaimana gak bingung, gue sama sekali belum pernah ikut pameran bursa kerja di Indonesia, apalagi di luar negeri? Meski begitu, dukungan kedua orang tua gue begitu mendengar bahwa gue memperoleh undangan ke acara itu cukup membuat gue tetap semangat. GIMANA GAK SEMANGAT, KE SINGAPORE LAGI BOK!!! :p

Dari hari gue memperoleh email dari panitia hingga keberangkatan, gue mengisi hari-hari dengan membaca bahan skripsi (yea it's gettin real!) dan memperhatikan company profile dari peserta pameran yang merupakan perusahaan dari negeri samurai, Jepang. Dari 17 perusahaan yang ikut serta, perhatian gue tertuju pada sejumlah perusahaan yang membuka kesempatan bagi mahasiswa from all major seperti Nitori (retail company, seperti IKEA-nya Jepang), Plan Do See (bergerak di bidang jasa perhotelan, restoran, dsb), SG Holding (logistic company), Yamato Transportation (also logistic company), Takenaka, dan Fuji Xerox Asia Pacific (yang lokasi kerjanya adalah di Singapore). Kenapa gue fokus pada perusahaan-perusahaan yang membuka kesempatan buat all major? Karena gue menganggap bahwa akan ada job training yang bisa jadi jalan untuk gue buat belajar untuk bekerja sekaligus mengaplikasikan ilmu antropologi gue di perusahaan tersebut. Bagi yang belum pernah ikut magang seperti gue, rasanya job training menjadi penting untuk tahu job description kita dan mengenal situasi tempat kerja. Selain membaca company profile, mempersiapkan CV dan cover letter atau surat pengantar juga sangat penting. I got a lot of help from google image, karena jadi dapet bayangan struktur cover letter tuh seperti apa sekaligus belajar bahasa inggris yang lebih formal.

Beberapa hari sebelum keberangkatan (I went to Singapore on January 29th and the event was on the next day), gue mendadak parno: khawatir lupa cara ngomong dalam bahasa Inggris dan takut pesawat kenapa-napa. Alasan parno yang nomor dua muncul setelah nonton music video dari GAC untuk single mereka 'Cinta'. I love that song and also the video, tapi potongan video yang menggambarkan ada kecelakan pesawat itu bikin gue merasa salah dan nyesel nonton video itu sebelum berangkat. Saat berangkat dari rumah sampai tiba di Arianna Hotel, Singapore (tempat menginap langganan selama ke Singapore), bawaannya gak tenang. Maunya semua cepat selesai, well at least sampai tanggal 30 selesai karena sisanya diniatkan buat jalan-jalan :p. Di pesawat kebetulan dapat tempat duduk yang gak biasa, alias terletak di pinggir dekat jalan utama, alhasil rasa gak nyaman itu membuat gue agak meriang di malam harinya. Beruntung banget nyokab yang ikut menemani ke Singapura membawa sejumlah obat-obatan yang bisa meredakan rasa gak enak badan itu. 

Tanggal 30 Januari 2016 akhirnya datang juga. Rasa khawatir tentu masih ada, tetapi sedikit terobati dengan menyantap plain prata dengan kari ayam dari C.M.K. 2001 Restaurant yang terletak gak jauh dari hotel. Selama dua kali ke Singapura (dan kemarin adalah kali ketiga yang pakai nginep di negeri singa itu), restoran itu jadi pilihan utama buat sarapan karena buka dari pagi dan dekat dari hotel. Harganya juga gak berubah banyak dari kunjungan terakhir gue di tahun 2014. Memang pada dasarnya kalau perut terisi, perasaan jadi lebih tenang juga sih :p. Oh ya, acara ASEAN CAREER FAIR 2016 berlangsung di Singapore Expo, tepatnya di Max Atria (lokasi dari Expo yang biasa digunakan untuk meeting atau conference). Lokasinya mudah dijangkau karena memang terhubung dengan stasiun MRT EXPO, satu stasiun dari MRT Changi Airport. Kalau dari hotel gue yang letaknya dekat dengan MRT Ferrer Park (exit F) di  North East Line (jalur ungu), bisa dengan dua cara:
  1. Cara gampang: Dari Ferrer Park, ambil kereta arah Harbour Front dan berhenti di Outram Park dan ganti ke East West Line (jalur hijau). Kemudian ganti kereta di Tanah Merah yang ke arah Changi Airport, berhenti di Expo
  2. Cara belibet tapi kesannya deket (padahal capek juga sih): Dari Ferrer Park, ambil kereta arah Punggol dan berhenti di Serangoon kemudian ganti kereta yang Circle Line (warna orange) ke arah Marina Bay. Berhenti di Paya Lebar untuk ganti kereta ke jalur hijau yang ke arah Changi Airport/Pasir Ris (termasuk di dalamnya ganti kereta di Tanah Merah).
Gue dan nyokab memutuskan untuk jadi the explorer dengan menggunakan cara yang ke dua. Capek memang, tapi setidaknya punya pemandangan dan pengalaman baru. Kembali pada acara utama, yaitu ASEAN CAREER FAIR 2016, gue sampai di lokasi agak lebih awal. Tapi, ke-ambi-an gue itu membuat gue jadi bisa kenalan dengan beberapa peserta dari negara lain seperti Vietnam, Singapore, dan Filipina. Gak hanya berkenalan, kita juga foto bareng..yaa kalau di tulisan yang pernah gue baca sih katanya kita belum bisa menyebut bahwa kita mengalami suatu momen kalau belum ada fotonya :p. Hanya butuh beberapa menit sebelum akhirnya gue bertemu dengan mahasiswa dari Indonesia, tepatnya dari ITB dan UNAIR. Kebetulan gue dan anak UNAIR datang tanpa kenal mahasiswa dari universitas yang sama, berbeda dengan anak-anak ITB yang beda jurusan tapi datengnya bareng-bareng. Kenalan gue bertambah! Itu kesempatan penting pertama yang gue peroleh dari ikut career fair ini


Invitee from Indonesia, Singapore, Vietnam, and Philippine 


#TeamIndonesia


Begitu dipersilahkan untuk masuk ruang pameran, niat awal gue adalah mengunjungi booth dari Nitori. Entah kenapa, begitu mendekati booth, kok perasaan gue bilang coba liat yang lain dulu....akhirnya booth pertama yang gue kunjungi adalah milik SG Holding, sebuah perusahaan jasa yang bergerak di bidang logistik. Gue disambut dengan ramah dan suasananya nyaman banget! Begitu datang, gue sudah dipersilahkan untuk duduk agar bisa mengikuti presentasi yang dibawakan oleh pihak HR dari perusahaan itu. Kebetulan, representatif dari SG Holding adalah orang Inggris sehingga bahasa inggrisnya mudah gue tangkap dan gue pahami, ALHAMDULILLAH :"). Berhubung gue awam banget dalam urusan career fair, begitu ditanya apakah gue mau mengumpulkan CV untuk interview, ya gue jawab aja iya. Rupanya gue mendapat giliran interview pertama! Bingung pastinya, cuma yaudah nikmatin aja deh. Sebelum interview, gue sempat berkunjung ke booth Nitori dan mengisi application form. Sempet ngobrol juga sama salah satu anggota dari recruitment team Nitori yang berbuah kenyataan pahit bahwa gue harus mampu ngomong dan mengerti bahasa Jepang saat interview di hari itu. Kecewa? BANGET! Tapi keinginan bekerja di Nitori itu berbuah manis karena pihak HR yang gue ajak bicara itu bilang bahwa akan ada kesempatan untuk membuka lowongan bagi pekerja dari luar Jepang. Tanpa basa-basi, gue tetap memberikan CV+application form in case ada lowongan di masa mendatang. Usai dari booth Nitori, rupanya gue sudah dapat giliran buat interview dengan SG Holding. Alhamdulillah saat interview, suasananya santai namun tetap formal. Ketakutan bahwa gue bakal lupa bahasa inggris menghilang begitu saja. TAPI, momen ter-zonk muncul ketika gue diminta mendeskripsikan diri dengan bahasa Jepang... i repeat..BAHASA JEPANG. FIX MAMPUS DI TEMPAT! Karena gak mungkin gue kabur begitu saja, akhirnya gue keluarkan saja apa yang gue bisa, alias kalimat hajimemashite, watashiwa nana desu. Sisanya? pasrah wae pake bahasa Inggris. Kesempatan penting kedua yang gue dapatkan adalah diingatkan betapa pentingnya me-maintain ilmu yang sudah dimiliki, dalam hal ini adalah bahasa Jepang yang gue pelajari semasa SMA. 


Usai interview, gue merasa bingung harus ngapain. Lemes banget karena 'tertampar' kenyataan bahwa gue terlalu malas dan tidak peduli untuk belajar bahasa Jepang dengan baik. Akhirnya gue 'mencari nafas' sebelum akhirnya masuk ke ruangan pameran lagi. Di dalam ruangan, gue mengisi application form untuk Yamato Transportation. Sedikit kagok ketika harus mengisi gaji yang diharapkan karena gue tahu setiap negara punya nilai upah minimun yang beda-beda. Di sini gue belajar bahwa kalau mau memasuki dunia kerja, we have to know about the standard salary  for fresh graduate. Jangan hanya sebatas apply kerja aja, istilahnya tahu hak dan kewajiban. Beres mengisi form dan mengumpulkan CV, gue keluar ruangan pameran untuk makan siang. Makan siang selama ASEAN CAREER FAIR 2016 ditanggung oleh panitia loh! Lumayan banget menghemat biaya makan satu kali selama di Singapura. Bahkan beberapa teman dari ITB menyayangkan kenapa gak bawa kotak makan...lumayan bisa stock sampai sore. Ada benernya juga ya -_-". Setelah makan, gue memutuskan mengambil istirahat selama 1 jam untuk memikirkan apa yang gue harus lakukan sampai nanti jam 5 sore, berhubung uang subsidi untuk akomodasi baru diberikan saat acara selesai (sekitar jam 5 sore itu). Sekitar jam 2 siang, gue kembali ke dalam ruangan dan apply untuk Takenaka dan Fuji Xerox Asia Pacific. Dari hasil kunjungan itu, gue mendaftarkan diri untuk bisa interview dengan Fuji Xerox pukul 4 sore. Sambil menunggu interview, gue memutuskan untuk menyudahi kegiatan browsing di ruang pameran dan menunggu waktu. Untungnya gue bertemu dengan dua anak FISIP UI yang kebetulan salah satunya pernah satu kelas di semester pertama kuliah. Kami bertiga akhirnya ngobrol sambil sharing seputar perkuliahan dan upaya mencari kerja di career fair ini. Selama ini gue adalah tipe orang yang kurang berani memulai percakapan, cenderung 'adaptasi' dulu sebelum bisa menikmati suatu momen. Di kegiatan ASEAN CAREER FAIR 2016 ini, gue berkesempatan untuk 'ditantang' oleh situasi untuk punya inisiatif dalam hal bersosialisasi dengan orang lain, dan rasanya kesempatan penting yang ketiga ini wajib di maintain sampai tua.

Jam 4 sore-pun tiba dan gue ikut dalam interview dengan Fuji Xerox Asia Pacific. Alhamdulillah kali ini tidak membutuhkan deskripsi dalam bahasa Jepang :"). Wawancara juga berjalan cukup lancar, bahasa inggris gue juga gak jelek-jelek amat, yaa overall lancar dan baik. Apapun hasilnya, gue sudah punya kesempatan untuk melatih bahasa inggris dan belajar untuk 'menjual' diri di pasar kerja.

Sekitar jam 5 kurang, gue akhirnya bisa mengambil subsidi dari panitia untuk akomodasi di Singapura. Sebelum pulang, gue bertemu lagi dengan anak-anak ITB (yang memang awalnya terpisah karena berpencar mencari peluang kerja) dan menyempatkan diri untuk foto-foto bersama mahasiswa ITB dan UNAIR. Proses mengabadikan momen itu aja rame buanget, tentunya gue gak bakal bisa lupa keseruan itu sih. Akhirnya setelah foto-foto selesai, gue pamit dan menghampiri nyokab yang sudah cukup puas berkeliling area Singapore Expo sambil menunjukkan sejumlah barang yang ia beli dari bazaar. "Coklat ini dek, satu harganya 10SGD tapi di sini karena lagi bazaar jadi 9SGD dapet 3 kotak", begitu kata nyokab. Alhasil, kami berdua gak berbelanja coklat lagi di Bugis maupun di Vivo City seperti biasa. Dari Singapore Expo, gue dan nyokab memutuskan untuk makan malam di daerah Bugis, tepatnya di Bugis Junction. Gue bener-bener lupa bahwa hari itu adalah hari sabtu, alhasil semua tempat makan penuh dan kami berdua berakhir di Yoshinoya....jauh-jauh ke Singapore makannya yoshinoya lagi dan lagi....gapapa yang penting bisa mengisi perut sebelum kembali ke hotel. Malamnya, gue tertidur sambil tersenyum lega karena tujuan utama ke Singapura selesai sudah. Sisa hari yang ada, mari untuk jalan-jalan!

Pada hari Minggu (lah jadi nyanyi), gue dan nyokab mengunjungi S.E.A. Aquarium di Resort World Sentosa, Esplanade, Gardens by the Bay, dan makan malam di ION Orchard. Ini adalah kali pertama mengunjungi S.E.A. Aquarium dan Gardens by the Bay. Gue terpesona dengan aquarium yang ditata begitu indah, begitu juga taman yang luas ditengah-tengan Singapura yang serba sibuk. Sayangnya, kunjungan ke Gardens by the Bay membuat gue dan nyokab merasakan hujan pertama selama pergi ke Singapura. Bagaimana kemudian kunjungan gue ke Esplanade? SUNGGUH TAK MAU KU LUPAKAN! alasannya adalah gue menikmati salah satu band yang sedang sound check di outdoor stage Esplanade dan perhatian gue tertuju pada penabuh drum dari band tersebut. Musik dari band tersebut mungkin bukan genre yang biasa gue nikmati sehari-hari, tapi tanpa adanya lirik membuat gue bisa menikmati momen siang hari di Singapura yang padat oleh wisatawan. Sang Penabuh Drum juga terlihat menikmati momen sound check saat itu dan membuat gue terpana aiiiishhhh!. Setelah berhasil ngecek di instagram, gue mendapati nama band tersebut adalah SPHAERAS. Begitu gue sampai di Jakarta keesokan harinya, langsung cek youtube dan men-download beberapa lagu dari mereka. Gak hanya nama band itu aja yang gue temukan di internet, tetapi juga nama si penabuh drum itu (YESH!)

Anyway, begitulah pengalaman gue selama di Singapura. Gak hanya bisa menikmati udara segar ditengah kesibukan negeri singa, gue punya banyak kesempatan dan pembelajaran penting untuk bisa direnungi dan diaplikasikan dalam kehidupan gue. Kalaupun gak berhasil 'nyantol' di salah satu perusahaan yang gue inginkan, setidaknya pengalaman itu jadi persiapan gue untuk langkah-langkah lainnya dalam mencari pekerjaan setelah lulus. Yang penting sekarang adalah: SELESAIKAN PROPOSAL PENELITIAN BIAR CEPET MULAI SKRIPSI DAN WISUDA!!! :") Bismillah.

Weekly  Current Obsession

SPHAERAS

Yap, hasil nonton mereka sound check di Esplanade beberapa hari lalu membuat gue menemukan hal baru untuk dinikmati sampai beberapa waktu kedepan. Mereka adalah instrumental band dari Singapura yang beranggotakan Zakhran, Hao Kai, Chun Kit, dan Axel. Musik mereka cukup bisa menemani gue menyusun latar belakang proposal penelitian (yang sampai detik ini belum beres) sambil 'nostalgia' akan kunjungan ke Singapura kemarin. So far, album mereka baru 1, MOIRAI, dan bisa di download di iTunes. My favorites go to Albert Fish, DeLorean, dan Same Decaying Matter.


Sunday, June 7, 2015

Not His Story: I am Feeling Twenty Two!

I always get excited to meet June, 6th every year just because I am very grateful to have another birthday and still breathing.

Sebenarnya masih belum bisa percaya kalau gue sudah berkepala dua sejak dua tahun yang lalu. Somehow, gue merasa kalau gue masih anak-anak dan belum sepantasnya jadi orang dewasa. Apalagi setiap berkunjung ke mall atau tempat-tempat nongkrong, gue merasa kurang bisa disebut dewasa ataupun tua setiap melihat segerombolan anak-anak SD atau SMP yang gaya dan dandanannya lebih hits dari gue. Gue-pun bertanya, ini gue yang salah karena gak sadar umur atau mereka yang gak sadar umur ya?

from my instagram, fkrnand


ANYWAY!

I spent my June 6th with my mom and dad dengan makan siang bersama. Secara keseluruhan, tanggal 6 Juni tahun ini terasa biasa-biasa saja, yang istimewa hanya fakta bahwa gue masih diberi kesempatan sama Allah untuk bisa bernafas dan menjadi individu yang lebih baik dalam berbagai hal. Di umur yang baru ini, gue-pun juga menyadari bahwa dalam waktu yang rasanya singkat, gue akan menghadapi tahun terakhir di perkuliahan, well setidaknya itu yang gue harapkan. Besar keinginan gue untuk bisa menyelesaikan skripsi di akhir usia 22 gue dan merasakan wisuda pada usia 23 tahun. Bagi sebagian, apa yang gue lakukan bisa saja disebut terlalu berambisi....tapi bagi gue pribadi, itu adalah sebuah konsekuensi dari keputusan gue di tahun 2012 untuk memulai lagi dari awal instead of melanjutkan apa yang sudah dijalani. Semoga saja, harapan tersebut bisa terwujud, Aamiin.

Memasuki usia baru ini, gue juga menyadari bahwa gue butuh banyak belajar. Bukan hanya sebatas belajar dalam rangka akademis saja, tetapi belajar tentang hidup atau setidaknya belajar mempersiapkan diri di realita....bukan lagi sebagai seorang pelajar tetapi sebagai wanita dewasa yang sedang berupaya membangun kariernya dan masa depannya. Berat? Semoga saja Allah selalu membantu gue dalam menjalaninya.

WHOAAA baru bertambah umur satu hari aja, gue sudah banyak berfikir hahahaha. Mungkin itu bagian dari pengaruh yang muncul ketika semua ujian akhir semester diberikan dalam bentuk makalah take home dengan batasan minimal ribuan kata....

weekly obsession!


Keinginan untuk bisa memilki salah satu varian dari macbook sebenarnya sudah jadi impian sejak SMA. Tapi faktor harga selalu jadi penghalang, mengingat gadget keluaran Apple-ini harganya terasa keterlaluan meskipun yaaa keren sih :p. Tapi, belakangan ini, dapet macbook sebagai kado ulang tahun selalu jadi do'a gue. Meskipun sebetulnya sih gak yakin ada yang mau ngasih. Kalau gue punya unlimited budget, gue akan menghadapi kebimbangan untuk memilih salah satu dari dua varian macbook tersebut: antara macbook air 13 inch dengan macbook pro (non-retina) 13 inch. Gue bahkan googling untuk melihat perbedaan diantara keduanya. Sebenarnya, bagi gue yang banyak ngetik dan suka buat poster atau edit foto, macbook air aja cukup. Tetapi, berdasarkan banyak review pengguna macbook, buat design ya lebih baik macbook pro. 

Berasa besok bakalan beli aja ya gue? hahaha. Berharap boleh dong ya? Semoga nanti saat gue sudah bisa menghasilkan uang sendiri, macbook bisa terjangkau oleh keuangan gue :") Aamiin.